Published at
September 10, 2025 at 12:00 AM
tekMIRA Tawarkan 5 Solusi Peningkatan Nilai Tambah Batubara
Bandung, 10 September – Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (BBPMB) tekMIRA menggelar Bimbingan Teknis bertema Implementasi Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara, menghadirkan perwakilan industri batubara. Kegiatan ini menjadi ajang diskusi mendalam mengenai strategi hilirisasi batubara untuk mendukung ketahanan energi nasional, peningkatan nilai tambah, dan keberlanjutan industri.
Dalam sambutannya, Yose Rizal selaku Kepala BBPMB tekMIRA menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan narasumber. Ia menegaskan bahwa batubara masih berkontribusi sekitar 40% terhadap bauran energi primer nasional, sehingga upaya peningkatan efisiensi dan penurunan emisi menjadi krusial. Yose menjelaskan bahwa hilirisasi batubara merupakan salah satu strategi penting, mencakup gasifikasi, pembuatan kokas untuk industri baja, upgrading dan briketisasi untuk produk yang lebih tahan simpan, hingga co-firing dengan biomassa guna mengurangi emisi.
Lebih jauh, Yose menjelaskan bahwa BBPMB tekMIRA telah menyiapkan beragam fasilitas pendukung hilirisasi, mulai dari pilot plant gasifikasi, instalasi upgrading, hingga sistem co-firing. Selain itu, tekMIRA juga terus mengembangkan standar teknis dan layanan pengujian produk. “Kami berkomitmen mendampingi industri dalam implementasi teknologi hilirisasi agar batubara nasional dapat memberi manfaat optimal bagi masyarakat sekaligus menjadi produk bernilai tinggi di pasar global,” ujarnya.
Dari sisi industri, Plt. Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Gita Mahyarani, menegaskan bahwa hilirisasi batubara adalah keniscayaan untuk menjaga daya saing di tengah tekanan global terhadap energi fosil. Ia menyoroti tantangan besar yang tengah dihadapi industri batubara, mulai dari fluktuasi harga, kenaikan biaya operasional, penurunan ekspor hingga 11,2% pada semester I 2025, serta desakan internasional untuk menurunkan emisi. “Meski industri menghadapi tantangan berat, anggota APBI dituntut untuk tetap berinovasi, menjaga efisiensi, serta memastikan pasokan domestik dan daya saing ekspor,” ungkapnya.
Gita juga menyoroti langkah konkret APBI-ICMA dalam mendorong peningkatan nilai tambah batubara melalui proyek strategis seperti coal-to-methanol, coal-to-DME, gasifikasi, UCG, hingga pengembangan artificial graphite dan humic acid. Ia menegaskan pentingnya prinsip affordable, applicable, available, dan sustainable agar inovasi energi tidak hanya efektif tetapi juga ekonomis dan ramah lingkungan.
Menurutnya, hambatan seperti kebutuhan investasi tinggi, keterbatasan pendanaan, kesiapan teknologi, dan kelayakan ekonomi harus dijawab dengan solusi konkret. “Ketersediaan SDM terampil, inovasi berbasis lokal, serta proyek-proyek sederhana yang cepat diimplementasikan menjadi langkah nyata agar manfaat hilirisasi dapat langsung dirasakan masyarakat sekitar tambang,” imbuh Gita.
Kegiatan ini turut memaparkan lima topik utama pengembangan nilai tambah batubara: gasifikasi (fluidized bed) sebagai solusi energi kompetitif, gasifier mini (Gasmin) untuk mendukung IKM, produksi semikokas bagi kebutuhan reduktor smelter, teknologi coal upgrading untuk meningkatkan kualitas batubara peringkat rendah, serta briketisasi sebagai solusi energi murah dan berkelanjutan di daerah terpencil.
Acara ditutup dengan kesimpulan bahwa hilirisasi batubara bukan sekadar upaya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga momentum memperkuat kolaborasi erat antara industri, pemerintah, dan masyarakat. Dalam konteks ini, APBI-ICMA menegaskan bahwa hilirisasi harus menjadi bagian dari strategi besar industri untuk menekan biaya energi, memaksimalkan pemanfaatan batubara kalori rendah, serta memperkuat kemandirian energi nasional dengan mengurangi ketergantungan pada impor minyak dan gas.