Published at
August 14, 2025 at 12:00 AM
Potensi Nilai Ekonomi Karbon di Sektor Energi
Jakarta, 13 Agustus 2025 – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menghadiri acara diskusi bertajuk Strategi dan Implementasi Instrumen Nilai Ekonomi Karbon di Sektor Energi yang diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Energi dan Lingkungan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan, baik dari sektor publik maupun swasta.

Acara diawali dengan sambutan dari Senior Advisor GIZ, Deni Gumilang, dan Koordinator Direktorat Konservasi Energi dan Lingkungan ESDM, Nurcahyanto. Keduanya menekankan pentingnya kesiapan sektor energi dalam menghadapi tantangan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Selanjutnya, paparan awal dari perwakilan Direktorat Konservasi Energi dan Lingkungan memberikan gambaran teknis mengenai pengukuran dan pelaporan emisi di sektor energi, sebagai pengantar menuju pembahasan utama.
Memasuki sesi inti, perwakilan Direktorat Konservasi Energi dan Lingkungan, Andi Samsyanugraha, memaparkan konsep Nilai Ekonomi Karbon (NEK) beserta mekanisme yang dapat diterapkan, seperti perdagangan emisi (cap-and-trade), offset emisi, hingga pembayaran berbasis kinerja. Ia menyampaikan bahwa penerapan NEK tidak hanya bertujuan menurunkan emisi GRK, tetapi juga dapat memberikan manfaat tambahan, seperti mengurangi impor energi dan mendukung pendapatan negara.
Lebih lanjut, Andi menguraikan sejumlah studi kasus internasional, termasuk penerapan di Tokyo, Uni Eropa, Cina, dan Ontario–Kanada. Berbagai contoh ini menunjukkan keberagaman pendekatan dalam mengelola emisi di sektor energi, yang dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam merancang strategi implementasi yang sesuai dengan kondisi nasional.
Sejalan dengan itu, Andi menegaskan bahwa implementasi NEK di Indonesia memerlukan persiapan matang, mencakup koordinasi kebijakan, kesiapan teknis perusahaan dalam mengumpulkan dan memverifikasi data emisi, serta dukungan regulasi dan pengawasan yang efektif. “Pelaksanaan NEK tidak instan. Dibutuhkan persiapan menyeluruh dari berbagai aspek agar instrumen ini dapat mendorong pengurangan emisi sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru,” ujarnya.
Kegiatan ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif, di mana para peserta berbagi pandangan dan pengalaman terkait upaya pengelolaan emisi di unit usaha masing-masing. Melalui forum ini, diharapkan terjalin sinergi yang lebih kuat antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mendukung implementasi NEK di Indonesia.