Valid News
Published at
November 18, 2025 at 12:00 AM
APBI: Pangkas Produksi Bukan Solusi Atasi Anjloknya Harga Batu Bara
JAKARTA - Pemerintah berencana memangkas produksi batu bara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada tahun 2026 mendatang. Hal itu dilakukan untuk mengendalikan harga batu bara yang sedang jatuh.
Anjloknya harga batu bara belakangan ini ditengarai karena kondisi oversupply. Produksi yang dilakukan secara masif tak sejalan dengan permintaan pasar yang sedang melemah.
Namun demikian, Plt. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani menilai pemangkasan produksi tidak sepenuhnya menjadi solusi atas anjloknya harga batu bara.
Dia menegaskan Indonesia bukanlah pengendali harga batu bara. Dengan demikian, harga batu bara dunia tak serta merta terkendali dengan memangkas produksi sesuai dengan yang direncanakan pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Saat ini kami menyebutkan Indonesia bukan market controller, dalam artian tidak bisa serta merta cutting production (batu bara) itu bisa langsung otomatis mempengaruhi harga di dunia," ucap Gita dalam ASPEBINDO Energy Executive Forum di Jakarta, Senin (17/11).
Produksi batu bara Indonesia tahun ini dipatok sekitar 739,6 juta ton atau turun dari realisasi tahun 2024 yang kala itu mencapai kisaran 830 juta ton. Sampai Oktober 2025 lalu, produksi batu bara sudah nyaris 90% dari target yang ditetapkan.
Perjalanan Indonesia untuk menjadi pengendali pasar batu bara dunia masih sangat jauh. Pasalnya China dan India sampai saat ini masih dikenal sebagai raja batu bara dunia. Bahkan, produksi batu bara China mencapai rata-rata 4 miliar ton per tahunnya.
"Pemain batu bara dunia ini cukup banyak. Kalau kita lihat China, India itu juga cukup punya pengaruh. Apalagi, China memproduksi sendiri hingga 4 miliar ton," jabarnya.
APBI sampai saat ini masih menunggu kejelasan kebijakan dari pemerintah soal pemangkasan produksi batu bara tahun depan. Pasalnya, proses pengajuan RKAB masing-masing perusahaan masih berlangsung lewat aplikasi Minerba One yang diluncurkan beberapa waktu lalu.
"Kita juga masih menunggu sebetulnya bentuk dan sistematikanya seperti apa karena saat ini RKAB melalui Minerba One masih juga dilakukan," kata Gita Mahyarani.
Harga Batu Bara
Info saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga batu bara Indonesia pada kuartal III/2025 dibanderol US$110,46 per metrik ton. Adapun capaian ini terhitung anjlok signifikan dibanding kuartal III/2024 hingga 21,57% (yoy), yang sempat menyentuh sekitar US$140,84 per metrik ton.
Meski demikian, secara kuartalan, harga batu bara di kuartal ketiga masih naik 6,19% (qoq) dibanding kuartal kedua yang diperkirakan berada di kisaran US$104,02 per metrik ton.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada Jumat (14/11) lalu mengamini ada rencana pemangkasan volume produksi batu bara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2026
Bahlil menjelaskan, wacana untuk memangkas volume produksi batu bara dalam RKAB dijalankan sebagai upaya menjaga harga komoditas batu bara. Pasalnya, harga komoditas tersebut saat ini sedang anjlok karena oversupply.
"Teman-teman tahu sekarang kan RKAB kita itu sampai 900 juta ton (produksi). Akibatnya apa? Supply dan demand tidak seimbang. Kebutuhan batu bara dunia hanya 1,3 miliar ton, kita bisa menyuplai 600 juta ton, hampir 50%. Akhirnya, sekarang harga batu bara lagi turun jauh," tandasnya.
Source:
Other Article
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Published at
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Published at
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Published at