KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) boleh jadi bakal lebih hijau di kuartal kedua tahun 2025 ini. Penyebabnya, emiten yang lekat dengan sosok Pandu Patria Sjahrir ini menargetkan divestasi pelepasan dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni PLTU Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut-1) 2x50 megawatt (MW) di Provinsi Gorontalo dan PLTU Sulut-3 2x50 MW di Provinsi Sulawesi Utara, selesai di kuartal pertama tahun ini. 

Aksi korporasi ini dilakukan dengan menjual seluruh saham TOBA dan anak usaha pada PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) yang memegang Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) PLTU Sulbagut-1 2x50 dengan PLN, dan seluruh saham pada PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) yang memegang PJBTL PLTU Sulut-3 2x50 MW dengan PLN. 

Pembelinya PT Kalibiru Sulawesi Abadi, perusahaan yang memiliki afiliasi dengan Hilmi Panigoro dan Benny Setiawan. Agenda ini telah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (14/11/2024). Nilai transaksinya diproyeksikan US$ 144 juta. 

"(Pelepasan 2 aset PLTU/penjualan GLP dan MCL) Sedang dalam proses penyelesaian," ungkap SVP Corporate Communication TOBA, Ratri Wuryandari kepada KONTAN (20/2/2025). 

Bisnis jual setrum PLTU Sulbagut-1 2x50 MW dan PLTU Sulut-3 2x50 MW bukan merupakan sumber pendapatan utama TOBA. Tetapi, dengan omzetnya yang berkisar puluhan juta dolar Amerika Serikat (AS) dalam setahun ini, kontribusi bisnis ketenagalistrikan TOBA tembus 10?ri total pendapatan konsolidasi TOBA di beberapa tahun belakangan.

Terakhir, porsinya mencapai 11,80% di tahun 2023, lalu meningkat menjadi 13,23% 

di sepanjang Januari-September 2024. Sebagai catatan, mengutip Laporan 

Tahunan TOBA periode 2023, lini bisnis energi, pendapatan 

ketenagalistrikan TOBA hanya berasal dari PLTU Sulbagut-1 2x50 megawatt (MW) di Provinsi Gorontalo dan PLTU Sulut-3 2x50 MW di Provinsi Sulawesi Utara. 

Sedangkan beberapa proyek lainnya masih dalam tahap pengembangan, antara lain Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) 2x3 MW di Provinsi Lampung, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 22 MW di Nusa Tenggara Timur, serta pengembangan ekosistem kendaraan listrik. 

Ratri sendiri tidak menampik, divestasi dua aset PLTU TOBA akan berdampak pada pendapatan tahunan TOBA terutama dalam jangka pendek. Sebab, MCL dan GLP sebelumnya merupakan bagian dari sumber pendapatan perusahaan. Namun, keputusan TOBA untuk melego kedua portofolio bisnis ini juga bukannya tanpa alasan. 

"Langkah ini sejalan dengan strategi transformasi TBS menuju bisnis yang lebih berkelanjutan, dengan fokus pada energi terbarukan, pengolahan limbah dan mobilitas listrik," terang perempuan yang akrab dengan sapaan Rurie tersebut.

Toh, TOBA sudah menyiapkan strategi untuk menjaga kinerja selepas divestasi. Rurie bilang, TOBA bakal melanjutkan ekspansi Bisnis Berkelanjutan untuk menutupi hilangnya 2 sumber pendapatan tersebut. 

"Ini sejalan dengan program TBS2030 yang melingkupi energi bersih tenaga surya dan mini hidro, kendaraan listrik melalui Electrum, serta solusi pengelolaan limbah dan ekonomi sirkular melalui ARAH Enviro dan Asia Medical Environmental Services," pungkas Rurie. 

"TBS juga menargetkan untuk dapat segera menyelesaikan akuisisi atas Sembcorp Environment. Langkah ini diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan pendapatan baru yang sejalan dengan arah transformasi perusahaan," imbuhnya lagi.

Seperti diketahui, TOBA berambisi menjadi perusahaan net zero emisi karbon pada 2030, suatu agenda yang kemudian dinamakan TBS2030 oleh perusahaan. Menurut rencana TOBA bakal mengejar target ini dengan memfokuskan bisnis pada 3 pilar utama: energi baru dan energi terbarukan, pengelolaan limbah, serta penjualan dan sewa kendaraan listrik. 

Dalam wawancara eksklusif KONTAN sebelumnya, Wakil Direktur Utama TOBA, Pandu Patria Sjahrir, mengatakan bahwa komposisi pendapatan TOBA bakal berubah seiring agenda ini. Proyeksi Pandu, pendapatan pengelolaan limbah bisa menyumbang sekitar 30-an?ri total pendapatan TOBA di tahun 2025, dengan porsi kontribusi bisnis batubara yang masih besar dalam total konsolidasi. 

Kontribusi pendapatan dari energi baru terbarukan diperkirakan bakal mulai besar di tahun 2027, dengan estimasi 30%-40%. Pandu bahkan tidak menampik kemungkinan bahwa porsi kontribusi lini bisnis energi baru dan terbarukan, pengelolaan limbah, serta penjualan dan sewa kendaraan listrik masing-masing bisa mencapai sepertiga pendapatan konsolidasi.

Beberapa agenda telah dilakukan untuk menggenjot pendapatan dari ketiga pilar TBS2030. Salah satunya yang teranyar ialah dengan menandatangani perjanjian pembelian saham atau share purchase agreement (SPA) antara anak usaha TOBA di Singapura, yaitu SBT Investment 2 Pte Ltd (SBT 2) dengan Sembcorp Industries Ltd pada 8 November 2024 lalu. 

Dalam rencana ini, SBT 2 bakal mencaplok 266,56 juta saham milik Sembcorp Industries Ltd di anak usahanya yang juga berdomisili di Singapura, yaitu Sembcorp Environment Pte Ltd (SEPL). 

SEPL merupakan mitra Pemerintah Singapura yang bertanggung jawab mengelola sekitar 50% limbah di Negeri yang kerap dijuluki salah satu negara terbersih di dunia itu.

Hingga akhir September 2024, mayoritas pendapatan TOBA pada periode ini masih berasal dari penjualan batubara sebesar US$ 271,04 juta (80,51%). pendapatan ketenagalistrikan US$ 44,53 juta, lalu ada pendapatan dari penjualan dan sewa kendaraan listrik US$ 6,85 juta (2,03%), penjualan tandan buah segar (TBS), inti sawit, dan minyak sawit mentah US$ 4,39 juta (1,30%), dan biaya jasa US$ 54.672 (0,01%).

Sumber: https://insight.kontan.co.id/news/toba-bakal-melepas-dua-aset-pltu-berikut-ini-kontribusinya-bagi-total-pendapatan