Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dekati level US$100/ton bersamaan dengan penurunan permintaan dari China yang kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (20/2/2025) tercatat di US$106,2/ton atau turun 1,12% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 19 Februari 2025 yang sebesar US$107,4/ton.

Depresiasi harga batu bara ini kembali menunjukkan bahwa kondisi global yang belum mampu membuat harga batu bara kembali ke level yang lebih tinggi dalam waktu dekat.

Penurunan permintaan batubara di China kemungkinan akan berlanjut selama beberapa bulan, membebani pasar global yang telah menyaksikan raksasa pertambangan Glencore Plc terpaksa mempertimbangkan pemangkasan produksi setelah harga turun mendekati level terendah dalam dekade ini.

Sebagai catatan, China merupakan produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia dan telah berupaya keras menimbun pasokan yang cukup untuk mencegah pemadaman listrik yang melumpuhkan ekonomi seperti dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, rekor produksi domestik dan impor yang tinggi bertepatan dengan perlambatan ekonomi, menciptakan surplus dan mendorong harga batubara pemanas lokal mendekati level terendah dalam empat tahun.

"Batubara termal bisa menguji level terendah baru dalam jangka pendek," kata Li Xuegang, analis di China Coal Transportation and Distribution Association, dalam sebuah pengarahan pada Rabu, dikutip dari Bloomberg.

Dia menambahkan bahwa penurunan harga kemungkinan akan mengurangi minat China terhadap impor, dengan permintaan yang diperkirakan baru pulih pada paruh kedua tahun ini jika pemerintah meningkatkan stimulus ekonomi.

Saat itu juga merupakan periode ketika permintaan batubara untuk pendinginan melalui penggunaan AC mencapai puncaknya.

Sementara itu, harga ekspor regional mengikuti tren penurunan yang sama, dengan kontrak berjangka batubara Newcastle Australia turun ke level terendah sejak 2021 minggu ini. Namun, sedikit kelegaan mungkin segera datang jika perusahaan seperti Glencore terpaksa memangkas pasokan.

Namun, kondisi di China tetap suram. Analis dari CCTD memperkirakan harga spot akan turun di bawah tingkat kontrak jangka panjang yang biasanya menjadi penopang pasar. Mereka juga mencatat bahwa lignit berkualitas rendah yang biasanya dicampur dengan batubara berkualitas lebih tinggi untuk meningkatkan nilai kalorinya akan mengalami penurunan harga terbesar.

Batubara dengan kualitas tertinggi yang digunakan dalam tanur tinggi juga mengalami tekanan akibat krisis properti yang berkepanjangan di China. Pabrik baja semakin menuntut diskon lebih besar untuk pembelian batubara kokas mereka, kata Li Xiaolong, analis CCTD lainnya.

Di sisi pasokan, tekanan bisa meningkat karena pusat pertambangan utama Shanxi bersiap untuk melanjutkan produksi yang sebelumnya dikurangi akibat inspeksi keselamatan tahun lalu. Sementara itu, Mongolia, pemasok utama batubara kokas ke China, berencana meningkatkan penjualannya ke negara tersebut hampir 20% tahun ini meskipun hal itu bisa mengorbankan pangsa pasar Australia.


CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

(rev/rev)

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/research/20250221064453-128-612413/china-buat-harga-batu-bara-makin-menderita-suram