
Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pemanfaatan batu bara dapat menjadi cara untuk mendorong transisi energi berbiaya murah. Menurutnya itu perlu dilakukan agar upaya mencapai nol emisi tak terus terhalang oleh ongkos yang harus dikeluarkan.
"Biaya 1 Kwh dari batu bara hanya 5-6 sen, tapi kalau pakai EBT (energi baru terbarukan) 9,5-11 sen. Satu gigawatt, kebutuhan gas 20-25 kargo, kalau 10 GW, kita butuh 250 kargo. Kita mau pilih mana, gas atau batu bara?" ujar Bahlil dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Jakarta, dikutip Rabu, 12 Februari 2025.
Bahlil mengatakan, Kementerian ESDM bersama dengan PLN telah mengkaji dan menghitung penggunaan batu bara dalam proses transisi energi. Itu dapat dilakukan melalui pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS).
Dengan demikian, karbon dioksida yang dihasilkan dari batu bara dapat ditangkap oleh CCS. Hal itu menurut Bahlil mampu menekan kerusakan yang dilakukan batu bara.
Penggunaan batu bara bakal masih eksis
Penggunaan batu bara juga disebut belum akan hilang dari dunia. Apalagi setelah Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump memastikan bakal kembali memanfaatkan energi fosil.
"Di awal, dunia berbicara green energy, dan green industry untuk melahirkan produk bersih. Tapi begitu Trump jadi presiden AS, bubar jalan sudah. Kita pikir batu bara selesai, tapi bernyawa lagi barang ini," jelas Bahlil.
Kendati begitu, Bahlil menegaskan Indonesia tetap berkomitmen untuk mencapai energi bersih pada 2060 atau lebih cepat. Itu sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Saya memilih untuk blending batu bara, gas, dan EBT lain tetapi masyarakat tidak dikorbankan dengan harga mahal, dan negara tidak dibebani dengan subsidi. Kita ke depan akan tetap mendorong EBT sebagai bagian terpenting NZE 2060," tutur dia.
Sumber: https://www.metrotvnews.com/read/koGCd4xv-manfaatkan-batu-bara-bahlil-dorong-transisi-energi-dengan-biaya-murah