Dalam Rangka Penyusunan Rencana Produksi Batubara Nasional Tahun 2024, Direktorat Jenderal Mineral Dan Batubara Menggelar Agenda Rapat Untuk Mengumpulkan Pandangan Dari Para Pelaku Usaha Serta Asosiasi Yang Terkait Tentang Poternsi Pasar Secara Domestik Maupun Ekspor Di Tahun 2024 Mendatang Sebagai Bahan Penyusunan Rencana Produksi Batubara Nasional. Rapat Yang Dibuka Oleh Tri Winarno, Direktur Pembinaan Program Minerba Dilaksanakan Secara hybrid Pada Jumat (16/06).
APBI-ICMA Hadir Memenuhi Undangan Dan Turut Berpartisipasi Aktif Memberikan Paparan Dalam Agenda Tersebut. Selain, Asosiasi Juga Diundang Produsen-produsen Batubara Untuk Memaparkan Pandangannya Terkait Potensi Pasar Domestik Serta Ekspor Yang Sesuai Dengan Negara Tujuan Ekspor Masing-masing Perusahaan, Pergerakan Harga Batubara, Serta Peluang Dan Tantangan Apa Saja Yang Akan Dihadapi Oleh Pelaku Usaha Di Tahun 2024 Mendatang. Perusahaan-perusahaan Tersebut Antara Lain PT Kaltim Prima Coal, PT Berau Coal, Dan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Yang Juga Merupakan Anggota APBI-ICMA.
Perwakilan Dari PT Berau Coal, Rori Surya Perdana Yang Juga Merupakan Komite Marketing APBI-ICMA Menjelaskan Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Peranan Penting Dalam Kebijakan Ekspor-impor Batubara. Harga Gas Serta Pertumbuhan Energi Terbarukan Memiliki Pengaruh Dalam Penggunaan Batubara. Kebijakan Dan Situasi Di Pasar China Untuk Pembelian Maupun Impor Batubara Pun Masih Memegang Peranan Yang Penting. Ia Menyampaikan Hampir Dapat Dipastikan Bahwa Kompetisi Dalam Penjualan Batubara Di Tahun 2023 Dan 2023 Tidak Dapat Dihindari Antar Negara Produsen Batubara. Kegiatan Government To Government (G2G) Diharapkan Menjadi Perhatian Khusus Dalam Hal Ini.
PT Kaltim Prima Coal Yang Diwakili Oleh Ramdani Fajar Menyampaikan Dalam Paparannya Bahwasannya Potensi Ekspor Batubara Di Indonesia Di Tahun 2024 Mendatang Sangat Tergantung Pada Kondisi Ekonomi Negara-negara Tujuan Ekspor Seperti China, Jepang, Dan India Yang Sejauh Ini Menunjukan Pertumbuhan Ekonomi Dibawah Perkiraan Sebelumnya. Selain Itu, Hal Yang Perlu Menjadi Perhatian Khusus Adalah Antisipasi Terhadap Kondisi Cuaca Di Indonesia, Harga Bahan Bakar, Serta Berbagai Regulasi Yang Dapat Mendukung Operasi Produksi Dan Ekspor Batubara.
Tri Suprajeni Perwakilan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Menyampaikan Perusahaannya Lebih Fokus Pada Pembahasan Strategi Mikro Mengingat Kondisi Spesifikasi Batubara Yang Dimiliki PKN Yaitu Kalori Rendah (low Rank) Sehingga Sulit Untuk Menyesuaikan Dengan Pasar Ekspor. PKN Berfokus Pada Pemenuhan Kebutuhan Domestik, Seperti Untuk Pembangkit Listrik, Industri Semen Serta Smelter Mineral Yang Dimana Seiring Berjalannya Waktu Akan Terus Meningkat. Walaupun Demikian, PKN Sendiri Juga Turut Mengekspor Batubaranya Ke China, India, Thailand, Pakistan Dan Yang Terbaru Adalah Vietnam Untuk Pemenuhan Pembangkit Listrik Serta stock And Sales.
Dalam Rangka Penyusunan Rencana Produksi Batubara Nasional Tahun 2024, Direktorat Jenderal Mineral Dan Batubara Menggelar Agenda Rapat Untuk Mengumpulkan Pandangan Dari Para Pelaku Usaha Serta Asosiasi Yang Terkait Tentang Poternsi Pasar Secara Domestik Maupun Ekspor Di Tahun 2024 Mendatang Sebagai Bahan Penyusunan Rencana Produksi Batubara Nasional. Rapat Yang Dibuka Oleh Tri Winarno, Direktur Pembinaan Program Minerba Dilaksanakan Secara hybrid pada Jumat (16/06).
APBI-ICMA Hadir Memenuhi Undangan Dan Turut Berpartisipasi Aktif Memberikan Paparan Dalam Agenda Tersebut. Selain, Asosiasi Juga Diundang Produsen-produsen Batubara Untuk Memaparkan Pandangannya Terkait Potensi Pasar Domestik Serta Ekspor Yang Sesuai Dengan Negara Tujuan Ekspor Masing-masing Perusahaan, Pergerakan Harga Batubara, Serta Peluang Dan Tantangan Apa Saja Yang Akan Dihadapi Oleh Pelaku Usaha Di Tahun 2024 Mendatang. Perusahaan-perusahaan Tersebut Antara Lain PT Kaltim Prima Coal, PT Berau Coal, Dan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Yang Juga Merupakan Anggota APBI-ICMA.
Perwakilan Dari PT Berau Coal, Rori Surya Perdana Yang Juga Merupakan Komite Marketing APBI-ICMA Menjelaskan Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Peranan Penting Dalam Kebijakan Ekspor-impor Batubara. Harga Gas Serta Pertumbuhan Energi Terbarukan Memiliki Pengaruh Dalam Penggunaan Batubara. Kebijakan Dan Situasi Di Pasar China Untuk Pembelian Maupun Impor Batubara Pun Masih Memegang Peranan Yang Penting. Ia Menyampaikan Hampir Dapat Dipastikan Bahwa Kompetisi Dalam Penjualan Batubara Di Tahun 2023 Dan 2023 Tidak Dapat Dihindari Antar Negara Produsen Batubara. Kegiatan Government To Government (G2G) Diharapkan Menjadi Perhatian Khusus Dalam Hal Ini.
PT Kaltim Prima Coal Yang Diwakili Oleh Ramdani Fajar Menyampaikan Dalam Paparannya Bahwasannya Potensi Ekspor Batubara Di Indonesia Di Tahun 2024 Mendatang Sangat Tergantung Pada Kondisi Ekonomi Negara-negara Tujuan Ekspor Seperti China, Jepang, Dan India Yang Sejauh Ini Menunjukan Pertumbuhan Ekonomi Di Bawah Perkiraan Sebelumnya. Selain Itu, Hal Yang Perlu Menjadi Perhatian Khusus Adalah Antisipasi Terhadap Kondisi Cuaca Di Indonesia, Harga Bahan Bakar, Serta Berbagai Regulasi Yang Dapat Mendukung Operasi Produksi Dan Ekspor Batubara.
Tri Suprajeni Perwakilan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Menyampaikan Perusahaannya Lebih Fokus Pada Pembahasan Strategi Mikro Mengingat Kondisi Spesifikasi Batubara Yang Dimiliki PKN Yaitu Kalori Rendah (low Rank) Sehingga Sulit Untuk Menyesuaikan Dengan Pasar Ekspor. PKN Berfokus Pada Pemenuhan Kebutuhan Domestik, Seperti Untuk Pembangkit Listrik, Industri Semen Serta Smelter Mineral Yang Dimana Seiring Berjalannya Waktu Akan Terus Meningkat. Walaupun Demikian, PKN Sendiri Juga Turut Mengekspor Batubaranya Ke China, India, Thailand, Pakistan Dan Yang Terbaru Adalah Vietnam Untuk Pemenuhan Pembangkit Listrik Serta stock And Sales.
Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Hendra Sinadia Turut Memaparkan Potensi Perkembangan Pasar Ekspor Dan Kebutuhan Domestik Batubara Nasional Sebagai Proyeksi Di Tahun 2024 Mendatang. Pasokan Dan Permintaan Batubara Diproyeksikan Masih Mengalami Peningkatan Di Tahun 2023, Dimana Di Tahun Ini Juga Menunjukan Adanya Kondisi oversupply batubara. Adapun Juga Disampaikan Proyeksi Permintaan Jangka Panjang Diperkirakan Akan Turun Secara Signifikan Di Wilayah Eropa, Asia Timur, Tiongkok, Dan Benua Amerika. Hal Tersebut Sejalan Dengan Target Peak Emission dan Target Net Zero Emission di Negara-negara Utama Tersebut.
Hal Yang Menjadi Tantangan Industri Dalam Penetapan Produksi Batubara Nasional Ini Adalah Terkait Volatilitas Harga Komoditas Harga Komoditas Serta Disparitas Harga Jual Aktual Dan Harga Batubara Acuan (HBA), Yang Dimana Formula HBA Baru Yang Masih Terdapat Disparitas Harga Ini Memengaruhi Kewajiban Pembayaran Royalti Yang Lebih Tinggi. Selain Itu, Terdapat Juga Terkait domestic Market Obligation (DMO) Juga Akan Berlakunya Tarif Iuran Pungut Salur Batubara Atau Skema Mitra Instansi Pengelola (MIP). Skema Ini Rencananya Akan Diterapkan Iuran Pungut Salur Dana Kompensasi Batubara (DKB) Yang Akan Diterapkan Dalam Waktu Dekat, Serta Transaksi Pungut Salur DKB Akan Terkena PPN Yang Tidak Dikreditkan, Dana buffer, Dana Operasional, Dan Lain Sebagainya.
Beban Kenaikan Tarif Pembayaran Royalti Yang Berlaku Pada Tahun 2022 Melalui PP 15 Tahun 2022 Dan PP No. 26 Tahun 2022, Serta Kewajiban Penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (RPP Revisi PP No. 1/2019) Turut Menjadi Tantangan Bagi Pelaku Usaha. Harapannya Pemerintah Dapat Menaruh Perhatian Khusus Dalam Berbagai Tantangan Tersebut Termasuk Dalam Hal Pendanaan Disaat Perusahaan Dituntut Untuk Melakukan Upaya Transisi Energi.