Taksonomi merupakan klasifikasi aktivitas ekonomi yang mendukung upaya dan tujuan berkelanjutan yang digunakan sebagai panduan dalam mengalokasikan modal, serta petunjuk  bagi investor untuk meningkatkan pembiayaan berkelanjutan untuk mendukung pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Jumat (15/09) secara hybrid, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Rapat Pembahasan Kriteria Taksonomi untuk Aktivitas Supply Chain yang merupakan serangkaian kick-off, workshop dan diskusi untuk membahas konsep pengkinian THI menjadi Taksonomi Berkelanjutan Indonesia.



Agenda ini digelar sebagai bentuk komitmen dalam mengimplementasikan Taksonomi Hijau Indonesia Edisi 1.0 (THI) agar sejalan dengan kepentingan nasional, program pemerintah, perkembangan kebijakan kementerian/lembaga terkini, serta perkembangan pada level regional.

Diskusi yang dihadiri oleh asosiasi industri terkait, termasuk APBI-ICMA ini membahas pertimbangan secara seimbang sekaligus berkredibilitas sejauh mana signifikansi peranan PLTU dalam supply chain industri electric vehichle (EV) yang merupakan salah satu program Pemerintah yang sustainable.

Selain itu kira-kira apakah tepat apabila PLTU yang berada dalam satu ekosistem supply chain EV tersebut diberikan dukungan kebijakan/akses pendanaan guna mendorong industi EV, serta meminta masukan kebijakan apa yang tepat untuk mendorong industri ini.

Ivan Manalu, selaku komite sustainability APBI-ICMA turut berpartisipasi aktif dalam agenda disekusi ini secara daring. Ia menyampaikan bahwa pada dasarnya Taksonomi ini menjadi poin penting bagi penambang batubara untuk mendukung upaya Pemerintah dalam mencapai target transisi energi. Ia berharap kedepannya Pemerintah dapat memberikan satu ruang bagi penambang batubara dalam melakukan transformasi bisnis ke energi terbarukan.

Beberapa anggota perusahaan APBI-ICMA sendiri sudah melakukan transformasi bisnis berkelanjutan di bidang EV seperti PT TBS Energi Utama dan juga PT Indika Energy Tbk.