Batubara masih menjadi sumber energi utama dan penyangga energi di Indonesia hingga energi terbarukan dapat mencapai porsi yang diharapkan sesuai target bauran energi nasional. Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Hilirisasi Mineral dan Batubara pada saat menyampaikan paparan pada acara Indonesia Coal Summit 2024.

Bertempatkan di Kota Samarinda, tema yang disusung pada acara ini adalah The Resilience of Coal: Powering a Sustainable Future. Tiga topik seminar dipersembahkan dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari kementerian/lembaga terkait, asosiasi pertambangan, dan stakeholder lainnya.

Pertemuan ini menyoroti beberapa hal yang masih menjadi persoalan pelik terkait industri pertambangan, khususnya batubara. Manakala persepsi tentang pertambangan di Tanah Air masih dinilai belum baik dalam hal penerapan prinsip-prinsip environment, social, governance (ESG). 

Ansari menyampaikan produksi batubara dunia tahun 2024-2026 diproyeksikan sedikit ada penurunan dibandingkan tahun 2023. Sedangkan rencana produksi batubara nasional tahun 2024-2026 sekitar 710-730 juta ton. Kemudian berdasarkan proyeksi, Indonesia masih menggunakan batubara sebagai sumber energi sekitar 67 persen hingga 59 persen dalam bauran energi.

Dalam hal ini, Ansari berpesan bahwa perlunya percepatan pengembangan industri hilir batubara agar batubara dapat dimanfaatkan secara optimal dan aman bagi lingkungan. 

“Pemanfaatan biofuel dan energi terbarukan lainnya perlu dioptimalkan untuk menggantikan energi fosil di area pertambangan, juga termasuk menetapkan strategi agar transisi energi dapat memberikan peluang bagi perekonomian” pungkasnya.


Senada dengan hal tersebut, Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, Priyadi mengajak kepada para pelaku usaha pertambangan batubara untuk mencari solusi bersama dalam rangka menciptakan energi rendah emisi. 

“Mari dorong bersama-sama, kita cari solusi agar kita juga bisa berperan dalam energi rendah emisi, kita juga bisa mempersiapkan clean coal technology,” ucap Ketua Umum APBI-ICMA tersebut.

Apabila menilik dari segi struktur ekonominya, Pj Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, Akmal Malik menguraikan bahwa daya dongkrak pertumbuhan ekonomi Provinsi Kaltim pada periode 2009-2023 didominasi dari sektor migas dan batubara.

“Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi, lapangan usaha pertambangan dan penggalian memberikan andil positif terbesar, yaitu sebesar 2,42%,” urainya.

Dalam konteks pelaksanaan ESG, Akmal berharap bahwa perusahaan tambang batubara di wilayah Kaltim mampu mendukung agenda diversfisikasi dan transformasi ekonomi dengan mengarahkan rencana reklamasi, pasca tambang, dan program pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan kegiatan ekonomi hijau yang berkelanjutan.