Business Insight

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

Turunnya Harga Batubara Diprediksi Memasuki Fase Bullish ini Pandangan Pengusaha

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kiwoom Sekuritas menganalisis siklus pergerakan harga batubara global selama beberapa periode waktu. Berdasarkan pengamatan mereka pergerakan harga emas hitam ini menunjukkan siklus yang sangat khas.

Gambarannya, fase penurunan (bearish) selama dua tahun hingga tiga tahun seringkali diikuti oleh fase naik (bullish) yang serupa durasinya. Kiwoom Sekuritas pun menilik lebih jauh pola ini dalam beberapa tahun belakangan. Pada 2011-2015, harga batubara tertekan selama lima tahun berturut-turut, dengan return tahunan negatif yang dalam (-8% hingga -29%).

Kemudian pada 2016-2017, pasar pulih kuat, menghasilkan return tahunan +75% dan +14%. Selanjutnya di 2019-2022, setelah koreksi -34% pada 2019, pasar kembali menguat dengan kenaikan beruntun di tahun 2020 sebesar 19%, 2021 sebesar 111%, dan 2022 melonjak 138%.

Lantas di 2023-2025 alias periode saat ini, komoditas batubara tengah berada dalam fase pelemahan baru dengan -64% pada 2023, disusul -14% pada 2024 dan -19% pada periode tahun berjalan atau year to date (YtD).

"Tetapi apakah ini berarti titik nadir sudah dekat?" itulah hal yang dipertanyakan Kiwoom Sekuritas dengan pola pergerakan batubara. Dalam riset itu, pihaknya membuka perspektif ke jangka panjang, dunia ini mengalami pola supercycle 7 tahun-10 tahunan yang menonjol. Misalnya saja di 2011-2015 koreksi mendalam karena oversupply global dan melemahnya permintaan dari China.

Lalu pada 2016-2022, supercycle baru dipicu oleh pemulihan permintaan, krisis energi global (Eropa & Asia), serta gangguan logistik akibat pandemi.

Pada 2023-2025 koreksi tajam yang mengingatkan kita pada pola pasca booming komoditas 2008.

Dengan koreksi -64% di 2023 atau menjadi yang terbesar dalam 17 tahun terakhir, serta tekanan yang mulai melambat di 2024 dan 2025, mereka melihat pola ini mirip dengan 2015 sebelum batubara melejit pada 2016.

"Maka itu bukannya tak mungkin 2025 bisa jadi akhir fase Bottoming, dengan peluang memasuki awal fase akumulasi untuk siklus komoditas berikutnya, asalkan faktor makro mendukung," kata Analis Kiwoom Sekuritas.

Khusus untuk batubara, Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif APBI Gita Mahirani melihat, harga batubara mengikuti mekanisme pasar dan sangat tergantung pada permintaan.

Baca Juga: Ekspor & DMO Batubara Indonesia Menyusut

"Uniknya lagi kondisi di China, batubara domestik mereka itu dijual dengan harga yang lebih rnedah dibandingkan dengan batubara impor. Harga perbandingannya bahkan dari data-data yang kami simulasikan mencapai sekitar US$ 2, difference-nya. Itu tentunya menjadi tantangan," ungkap Gita di acara focus group discussion (FGD) di Jakarta belum lama ini.

Lebih lanjut Gita menjelaskan, tantangan yang dihadapi pengusaha saat ini ialah harga batubara yang terus menurun di tahun ini, berbeda dengan 2023 atau bahkan di 2022. Menurutnya ketika harga batubara di US$ 100 per ton saja, pengusaha sudah sangat bersyukur.

Saat KONTAN menghubungi kembali Gita pada Selasa (3/6), dirinya mengakui, saat ini kondisi batubara cukup tertekan dengan penurunan harga yang sangat dalam. Sementara kondisi global belum menunjukkan arah yang menjadi penopang dasar kenaikkan harga.

Momentum harga bottom alias paling rendah dapat dilihat dari indikator ekonomi global terutama dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia yakni Tiongkok dan India. Apabila kedua negara tersebut masih terus memproteksi ekonomi melalui peningkatan produksi domestik mereka, maka harga masih akan terus tertekan.

"Terkait historikal di rentang 2011-2015 hampir bisa dikatakan memiliki faktor kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Indikator makronya tidak sama," kata Gita.

Baginya, peluang harga batubara untuk rebound ialah seberapa besar penambang di Indonesia mampu bertahan pada kondisi saat ini.

Laporan International Energy Agency (IEA) juga memandang demikian. Setelah konsumsi batubara mencapai tertinggi di 2024, permintaan global terhadap komoditas ini diperkirakan stabil dalam beberapa tahun mendatang karena lonjakan pemanfaatan energi terbarukan di seluruh dunia.

Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA, Keisuke Sadamori menyatakan, penerapan teknologi energi bersih yang pesat tengah membentuk kembali sektor kelistrikan global, yang menyumbang dua pertiga penggunaan batu bara dunia.

"Akibatnya, model kami menunjukkan permintaan global terhadap batu bara akan mencapai titik jenuh hingga tahun 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam," ujarnya dalam laporan tersebut.

Di sebagian besar negara maju, permintaan batu bara telah mencapai puncaknya dan diperkirakan akan terus menurun hingga 2027. Laju penurunan akan terus bergantung pada penerapan kebijakan yang kuat, seperti yang diterapkan di Uni Eropa, ketersediaan sumber daya energi alternatif, termasuk gas alam murah di Amerika Serikat dan Kanada.

Sementara itu, permintaan batu bara masih meningkat di beberapa negara berkembang yang permintaan listriknya meningkat tajam seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi, seperti India, Indonesia, dan Vietnam.

Perdagangan batu bara internasional berdasarkan volume telah mencapai rekor pada 2024. Jika melihat ke depan, volume perdagangan global akan menyusut, dengan batu bara termal mengalami penurunan terbesar.

Menurut laporan tersebut, Asia tetap menjadi pusat perdagangan batu bara internasional, dengan semua negara pengimpor terbesar di kawasan tersebut, termasuk Tiongkok, India, Jepang, Korea, dan Vietnam, sementara eksportir terbesar termasuk Indonesia dan Australia.

Source:

IDX Channel.com

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

6/5/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

6/5/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Detik Kalimantan

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

6/5/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

CNBC Indonesia

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

6/5/25

Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega

Bloomberg Technoz

Published at

June 5, 2025 at 12:00 AM

6/5/25

Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by