KONTAN
Published at
December 24, 2025 at 12:00 AM
Tekanan Batubara Belum Reda, AADI Fokus Efisiensi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas harga batubara dan sejumlah tantangan di industri ini berpotensi berlanjut tahun depan. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pun berupaya mempertahankan kinerjanya tetap stabil.
Hingga akhir kuartal ketiga 2025, produksi batubara AADI naik tipis 1% year on year (yoy) menjadi 51,49 juta ton. Volume penjualan batubara AADI juga tumbuh 2% yoy menjadi 52,69 juta ton pada periode yang sama.
Sedangkan nisbah kupas AADI per kuartal III-2025 tercatat 4,2 kali. Hasil ini sejalan dengan target penjualan batubara termal AADI pada 2025, sekitar 65 juta--67 juta ton dengan nisbah kupas 4,3 kali.
Mayoritas penjualan batubara AADI ditujukan ke pasar ekspor. Sekitar 22% di antaranya untuk pasar Asia Tenggara, India 19%, Asia Timur Laut kecuali China 19%, China 13%, dan lainnya 2%. AADI juga memasok batubara ke pasar domestik dengan porsi 25%. Sekitar 84% pelanggan batubara AADI adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pendapatan AADI turun 11% yoy menjadi US$ 3,61 miliar pada akhir kuartal III-2025. Laba bersih AADI menyusut 44% yoy menjadi US$ 655 juta. Hal ini tak lepas dari penurunan harga jual rata-rata atau average selling price AADI, tercermin dari pelemahan harga batubara global.
AADI merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 243 juta hingga kuartal III-2025. Realisasi capex ini juga sejalan dengan panduan AADI pada 2025 yakni di kisaran US$ 250 juta-US$ 300 juta.
Direktur AADI, Lie Luckman mengatakan, pasar batubara termal memang menghadapi tekanan harga sejak awal tahun lalu di tengah kondisi kelebihan pasokan akibat peningkatan produksi negara pengimpor utama seperti China dan India dan penurunan permintaan musiman. Tapi, peluang AADI tumbuh diyakini tetap terbuka, lantaran batubara memiliki peran dalam bauran energi global seiring meningkatnya kebutuhan energi dalam jangka panjang.
Tahun 2026, AADI akan fokus pada penerapan tata kelola yang baik, disiplin keuangan, meningkatkan produktivitas dan pengendalian biaya di tengah volatilitas pasar.
"Kami fokus pada aspek biaya dan upaya mencapai volume batubara yang ditargetkan dengan seefisien mungkin," ujar dia dalam paparan publik, Senin (22/12).
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi mengatakan, kinerja AADI pada 2026 diperkirakan cenderung stagnan atau sulit memasuki fase pertumbuhan agresif. Pemulihan kinerja AADI pada tahun depan agresif. Pemulihan kinerja AADI pada tahun depan juga sangat bergantung pada kebijakan stimulus China dan India sebagai konsumen batubara terbesar dunia, termasuk bagi emiten tersebut.
AADI wajib mengutamakan strategi cost leadership. Pasalnya, dalam siklus harga batubara rendah, produsen yang jadi jawara adalah yang memiliki ongkos produksi paling murah. "AADI harus menekan stripping ratio dan efisiensi logistik," imbuh dia.
Wafi merekomendasikan trading buy saham AADI dengan target harga Rp 8.700. Kemarin saham AADI stagnan di harga Rp 7.050 per saham.
Source:
Other Article
Liputan 6
Published at
1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
METRO
Published at
10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia
CNBC Indonesia
Published at