BISNIS
Published at
October 27, 2025 at 12:00 AM
Sektor Batu Bara Kaltim Melambat, APBI Soroti Biaya Produksi dan Ketidakpastian Regulasi
Bisnis.com, BALIKPAPAN — Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI-ICMA) Gita Mahyarani menyoroti perkembangan sektor batu bara bagi Kalimantan Timur. Pelemahan kinerja industri batu bara nasional diyakini akan berdampak ke kawasan.
Secara nasional, pelaku usaha kini mengalami peningkatan biaya produksi akibat pencabutan subsidi biofuel (B40) dan ketidakpastian regulasi, seperti rencana bea keluar ekspor. Kondisi ini menekan margin pelaku usaha dan memperlambat aktivitas produksi di sejumlah daerah penghasil batu bara utama.
Adapun, dia menuturkan khusus di tingkat regional, tantangan tidak kalah pelik. "Usulan kenaikan dana CSR tambang [menjadi Rp10.000 per ton], tarif BUP Muara Berau yang tinggi, ketidakpastian izin terkait deliniasi tambang di IKN, serta maraknya tambang ilegal menjadi hambatan serius," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip, Jumat (24/10/2025).
Secara year to date (YTD) hingga Agustus 2025, produksi nasional merosot 8,15%. Serupa tapi tak sama, volume ekspor juga tergerus 9,5% (YTD Januari hingga September). Pelemahan ini disebabkan oleh kombinasi lesunya permintaan global, kendala cuaca, tantangan teknis operasional, dan peningkatan biaya operasional.
Kalimantan Timur, yang mendominasi 33,7% izin pertambangan di Indonesia dan memiliki potensi sumber daya terbesar, menjadi wilayah yang paling merasakan dampaknya. Target produksi Kaltim untuk 2025 diproyeksikan turun 2% menjadi 380 juta ton, dari realisasi 388,5 juta ton di tahun sebelumnya.
Gita mengklaim perlambatan di sektor batu bara akan memberi efek domino terhadap perekonomian daerah. "Perekonomian Kaltim pada kuartal II/2025 tercatat melambat, hanya tumbuh 4,69% secara tahunan (y-on-y), atau turun dari 5,85% pada periode yang sama tahun lalu," klaimnya.
Kontraksi pada sektor pertambangan dan penggalian terjadi sebesar -0,13%.
Dari sisi pasar eksternal, penurunan ekspor batu bara Kaltim utamanya didorong oleh melemahnya permintaan dari dua raksasa Asia, China dan India. Namun, APBI mencatat ada secercah harapan dari meningkatnya permintaan beberapa negara di kawasan Asean yang mulai memperkuat kebutuhan energi mereka.
Di sisi lain, pasar domestik (DMO) juga menunjukkan tren serupa dengan penurunan 10,8% (YTD Januari–Agustus). Sektor kelistrikan masih menjadi konsumen domestik terbesar, menyerap 67,43% dari total DMO.
Source:
Other Article
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Published at
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Published at
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Published at