Bisnis.com, PALEMBANG — Produksi batu bara di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) pada semester I/2025 menunjukkan kinerja yang belum optimal dengan capaian sebesar 58,5 juta ton. Berdasarkan data yang diterima Bisnis, realisasi tersebut baru sekitar 40% dari target produksi tahun 2025 yang ditetapkan sebesar 146,7 juta ton.

Capaian produksi batu bara di Sumsel per bulan pada tahun ini juga tercatat fluktuatif, yakni Januari 8,4 juta ton, Februari 8,2 juta ton, Maret 7,5 juta ton, April 9,3 juta ton, Mei 12,3 juta ton, dan Juni 12,6 juta ton.

Sementara jika dibandingkan secara tahunan, realisasi pada enam bulan pertama tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar 47,7 juta ton dan 2023 yang sebesar 48,9 juta ton.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel Hendriansyah mengatakan produksi batu bara di Sumsel pada tahun ini berpotensi terganggu akibat persoalan penggunaan jalan.

Diketahui sejak ambruknya Jembatan Muara Lawai yang terletak di Kabupaten Muara Enim, pengangkutan komoditas batu bara menuai sorotan. B

Tahun Ini Pemerintah Provinsi Sumsel kemudian mendorong agar pengangkutan batu bara tidak lagi melalui jalan umum. “Kalau mereka [perusahaan] tidak berproduksi, tidak mau mengangkut batu bara melalui jalan khusus, ya pasti terganggu. Mereka nggak bisa keluarkan batu baranya,” ujarnya, dikutip Selasa (23/9/2025).

Sebagai alternatif, distribusi hasil penambangan diarahkan untuk memanfaatkan jalan khusus agar proses produksi tidak terganggu. Namun demikian, menurutnya, langkah tersebut kembali pada masing-masing perusahaan.

Pasalnya, hal itu akan memengaruhi cost yang harus dikeluarkan untuk pengangkutan batu bara tersebut. “Kalau mau pakai jalan khusus itu, ya bisa [tetap produksi], tapi kalau mereka menunggu pemerintah izinkan melalui jalan umum, ya nggak akan dapat [izin] itu,”tutupnya.