Kontan
Published at
April 17, 2025 at 12:00 AM
Punya Prospek Positif, Simak Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA) Dari Sejumlah Analis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten pertambangan batubara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diyakini akan tetap positif kendati industri batubara pada tahun ini cukup menantang.
Dalam berita sebelumnya, PTBA mencatatkan kenaikan volume penjualan batubara sebesar 16% year on year (yoy) menjadi 42,89 juta ton pada 2024. Hasil ini ditopang oleh kenaikan penjualan batubara ke pasar ekspor sebesar 30% yoy menjadi 20,26 juta ton dan penjualan di pasar domestik yang juga naik 6% yoy menjadi 22,64 juta ton.
Berkat capaian ini, pendapatan PTBA naik 11% yoy menjadi Rp 42,76 triliun pada 2024. Namun, akibat tekanan harga jual batubara, laba bersih PTBA menyusut 16,41% yoy menjadi Rp 5,1 triliun.
PTBA pun menargetkan dapat memproduksi 50 juta ton batubara pada 2025 atau naik 16,55% dibandingkan realisasi produksi tahun sebelumnya. Perusahaan ini juga menargetkan volume penjualan dan angkutan batubara masing-masing 50,1 juta ton dan 43,2 juta ton pada 2025.
Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla mengatakan, kinerja PTBA akan sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal, terutama pasar ekspor batubara yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan.
Sentimen dari pasar global turut menjadi pertimbangan, seperti langkah Presiden AS Donald Trump yang baru-baru ini menandatangani empat perintah eksekutif untuk menghidupkan kembali industri batubara di Negeri Paman Sam. Dalam kebijakan tersebut, Trump bahkan mengaktifkan defense production act untuk mempercepat produksi domestik batubara, sebagai respons terhadap lonjakan kebutuhan listrik.
Kebijakan pro-batubara seperti ini tentu bisa menambah pasokan global yang pada akhirnya berpotensi menekan harga batubara internasional. “Meski PTBA tidak memiliki eksposur langsung ke pasar AS, tekanan pasokan dan harga bisa memengaruhi permintaan dari mitra dagang utama seperti China dan India,” tutur dia kepada Kontan, Senin (14/4).
Alhasil, kendati target produksi batubara sebesar 50 juta ton kemungkinan bisa dicapai PTBA, perusahaan ini tetap harus hati-hati. Volatilitas harga bisa memengaruhi margin PTBA. Strategi pemasaran ekspor PTBA juga perlu lebih agresif dan adaptif terhadap perubahan pasar internasional.
Dihubungi secara terpisah, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan, dukungan kebijakan pemerintah yang mengutamakan swasembada energi berpotensi membuat produksi batubara meningkat. Pada akhirnya, ini menjadi sentimen positif bagi kelangsungan usaha PTBA sepanjang 2025 berjalan.
Langkah PTBA yang mengikuti arahan pemerintah untuk melanjutkan proyek gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) juga dapat mengangkat kinerja perusahaan tersebut secara signifikan, jika memang berhasil diimplementasikan.
Tidak hanya DME, PTBA juga melaksanakan pilot project bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupa konversi batubara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-Ion (Li-ion). Bahkan, PTBA juga menggandeng PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk mengembangkan hilirisasi batubara menjadi Substitute Natural Gas (SNG).
“Namun, perusahaan perlu berhati-hati agar investasi dalam proyek-proyek tersebut tidak membebani neraca keuangan secara keseluruhan,” imbuh dia, Selasa (15/4).
Sementara itu, Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas memperkirakan pendapatan PTBA dapat tumbuh 5% pada 2025 menjadi Rp 44,7 triliun. Proyeksi ini mengacu pada asumsi nilai tukar Rp 16.000 per dollar AS serta asumsi harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara sebesar Rp 878.102 per ton, meski angka ini lebih rendah dari ASP batubara tahun sebelumnya yakni Rp 980.979 per ton.
Bersamaan dengan itu, laba bersih PTBA juga diprediksi tumbuh 5% menjadi Rp 5,4 triliun hingga akhir tahun 2025. “Prospek pertumbuhan PTBA didukung oleh target produksi dan penjualan yang lebih tinggi, serta ekspansi yang berkelanjutan ke pasar ekspor,” tulis dia dalam riset yang dipublikasikan Senin (14/4).
Sukarno merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga di level Rp 3.100 per saham. Harga ini mencerminkan Price to Earning Ratio (PER) emiten ini di level 6,65 kali dan Price to Book Value (PBV) di level 1,42 kali. Risiko yang dihadapi PTBA antara lain perlambatan global, harga batubara yang tidak stabil, risiko volatilitas kurs, transisi energi, dan kebijakan pemerintah.
Ekky juga merekomendasikan beli saham PTBA yang saat ini berada dalam fase bullish dengan target harga selanjutnya di kisaran Rp 2.800—3.000 per saham. Namun, investor diharapkan hati-hati dengan aksi profit taking lantaran harga saham PTBA sudah naik cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Thoriq turut merekomendasikan beli saham PTBA di kisaran Rp 2.700—2.710 per saham dengan target harga di level Rp 2.830 per saham dan stop loss di level Rp 2.600 per saham.
Source:
Other Article
Warta Ekonomi
Published at
APBI Nilai Kebijakan Batu Bara Trump Tak Ganggu Ekspor Indonesia
Majalah Tambang
Published at
AS Balik ke Batu Bara, Genjot Produksi Pasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Majalah Tambang
Published at
Berau Coal Gelar Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Cokelat Bagi Masyarakat Lingkar Tambang
CNBC Indonesia
Published at
Bukan Pasar Utama, Tapi Begini Efek Tarif Trump ke Ekspor Batu Bara RI
Kontan
Published at