Bloomberg Technoz

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

PTRO Ingin Lepas Perlahan Atas Ketergantungan di Bisnis Batu Bara

Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten terafiliasi Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) menegaskan strategi keluar dari ketergantungan pada batu bara yang selama ini menjadi kontributor utama bisnis perseroan. Manajemen memastikan mulai menggeser portofolio ke sektor lain, termasuk nikel, emas, migas, dan layanan lepas pantai.

Direktur PTRO Kartika Hendrawan menyatakan bahwa langkah diversifikasi ini merupakan jawaban atas tekanan investor dan pemangku kepentingan terkait keberlanjutan usaha di era peralihan energi.

“Kami memahami bahwa isu transisi energi menjadi perhatian penting. Dengan akuisisi HBS Group dan Hafar Group, kami berupaya memperluas basis pendapatan, mengurangi ketergantungan pada batu bara, serta membuka peluang pertumbuhan baru yang lebih berkelanjutan,” ujarnya dalam paparan publik, dikutip Selasa (7/10/2025).

Meski tetap mempertahankan layanan efisien, aman, dan berdaya saing tinggi untuk klien di sektor batu bara, PTRO menegaskan akuisisi dan diversifikasi di luar komoditas tersebut menjadi prioritas jangka panjang.

PTRO mulai memperluas jangkauan internasional. Setelah 100% pendapatan masih berasal dari Indonesia pada 2024, perseroan menargetkan kontribusi luar negeri 2% pada 2025 dan meningkat menjadi 6% pada 2026. Ekspansi ini mengandalkan jaringan HBS di Papua Nugini serta portofolio bisnis Hafar di offshore oil & gas.

“Diversifikasi ini bertujuan mengurangi risiko ketergantungan pada satu komoditas, sekaligus memposisikan Petrosea agar lebih adaptif terhadap kebutuhan energi baru dan terbarukan di masa depan,” katanya.

Kelanjutan Akuisisi HBS dan Hafar

Pasca akuisisi Grup HBS dan Hafar dipercaya dapat memberikan dorongan signifikan terhadap kinerja keuangan PTRO, juga bagian dari penguatan diversifikasi usaha perseroan kata Direktur Ruddy Santoso.

Ia menambahkan bahwa integrasi bisnis HBS dan Hafar diproyeksikan mampu mendongkrak pendapatan serta EBITDA dalam dua tahun mendatang. “Secara finansial, pasca akuisisi HBS dan Hafar Group, kami melihat potensi peningkatan pada pendapatan sekitar 7–13% serta EBITDA sebesar 10–21% pada tahun 2025 hingga 2026,” sebut dia.

Selain itu, EBITDA margin setelah akuisisi diharapkan meningkat menjadi 22% pada tahun 2026, sejalan dengan margin HBS dan Hafar yang diperkirakan berada di level 30–34%. Manajemen mencatat, sinergi dengan HBS akan memperkuat ekspansi regional, terutama melalui pemanfaatan basis dan jaringan di Papua Nugini. Selain itu, akses pendanaan perbankan bagi Grup HBS akan membuka peluang akselerasi pertumbuhan PTRO ke depan.

Di sisi lain, akuisisi Hafar Group memberikan pintu masuk bagi Petrosea ke bisnis offshore EPCI dan pelayaran, khususnya pada layanan kapal tongkang untuk pemasangan pipa. Aksi ini sekaligus memperluas diversifikasi perseroan di sektor LNG dan memperkuat posisi di rantai pasok energi.

Manajemen memperkirakan kontribusi sinergi dari dua perusahaan tersebut akan mendorong EBITDA margin konsolidasi Petrosea ke level 21% pada 2026, dengan tambahan kontribusi positif dari unit bisnis baru hasil integrasi. Berdasarkan proyeksi internal, pendapatan dari sektor mineral yaitu nikel sebesar 12%, emas dan tembaga sebesar 20% pada 2026. Sektor minyak dan gas juga diproyeksikan kontribusinya menjadi 12%.

Dari sisi geografi, Petrosea menargetkan distribusi yang lebih seimbang. Jika pada 2024 sebagian besar pendapatan masih terkonsentrasi di Indonesia, pada 2026 kontribusi internasional diperkirakan meningkat menjadi 6%. Hal ini sejalan dengan integrasi HBS yang memiliki basis operasional kuat di wilayah tersebut.

Manajemen juga menyoroti sinergi operasi dari akuisisi HBS yang mampu memperbesar skala bisnis regional. Selain memperkuat portofolio di jasa pertambangan, keberadaan HBS akan memfasilitasi diversifikasi ke mineral logam yang memiliki prospek jangka panjang, seiring meningkatnya permintaan global terhadap komoditas energi transisi.

Kemudian, Hafar Group memberi akses strategis bagi Petrosea untuk masuk ke bisnis offshore. Unit ini mencakup engineering, procurement, construction, dan installation (EPCI) untuk proyek-proyek laut dalam, serta jasa pendukung LNG. Petrosea melihat peluang besar dari sektor ini, seiring meningkatnya proyek LNG dan energi di kawasan Asia Pasifik.

Source:

IDX Channel.com

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

10/8/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

10/8/25

2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

CNBC Indonesia

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

10/8/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Bloomberg Technoz

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

10/8/25

5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara

Ruang Energi

Published at

October 8, 2025 at 12:00 AM

10/8/25

60% Batu Bara Nasional dari Kaltim, Gubernur Harum: Jangan Sampai Kemajuan Nol, Kerusakan di Mana-Mana!

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by