Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) telah berada di jalur yang tepat dalam upaya transisi ke bisnis hijau sebagai strategi menghadapi penurunan daya tarik sektor batu bara.

Berdasarkan laporan keuangan TOBA periode Januari–September 2025, pendapatan dari segmen waste management atau pengelolaan limbah melejit 1.047%, dari US$9,75 juta per September 2024 menjadi US$111,92 juta pada akhir kuartal III/2025.

Kontribusi lini bisnis ini terhadap total pendapatan juga melesat dari hanya 2,89% menjadi 38,84%. Segmen waste management atau pengelolaan limbah menjadi penyumbang terbesar dalam portofolio perusahaan.

Sebaliknya, pendapatan dari segmen penjualan batu bara per September 2025 susut 44,43% YoY dari US$271,04 juta menjadi US$150,62 juta. Kontribusi segmen penjualan batu bara terhadap total pendapatan juga turun dari 80,51% pada akhir kuartal III/2024 menjadi 52,26% tahun ini.

Bisnis pengelolaan limbah melalui CORA Environment, yang sebelumnya dikenal sebagai Sembcorp Environment, kini mengelola hampir 1 juta ton limbah per tahun dan mempekerjakan lebih dari 700 tenaga kerja dengan 300 armada operasional di Singapura dan Indonesia.

CORA kini menjadi ujung tombak ekspansi regional menyiapkan investasi senilai lebih dari 200 juta dolar Singapura dalam lima tahun mendatang untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah di Asia Tenggara. Selain CORA, bisnis pengolahan limbah TOBA juga dilakukan melalui Asia Medical Enviro Services (AMES) dan ARAH Environmental.

Analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi menuturkan porsi bisnis non-batu bara kini menjadi tolok ukur penting transformasi di TBS.

“Model bisnis TBS kini bergerak di jalur yang lebih future-proof. Mereka tidak lagi bergantung pada siklus komoditas, tetapi pada recurring revenue yang berbasis layanan dan keberlanjutan,” kata Leonardo dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).

Dia menuturkan dari sisi transportasi rendah emisi, Electrum mencatat lebih dari 6.400 unit motor listrik yang beroperasi hingga September 2025 dan lebih dari 364 stasiun penukaran baterai aktif.

Jumlah motor yang beroperasi tersebut tumbuh dua kali lipat secara tahunan, sementara stasiun penukaran baterai tumbuh sekitar 54%. Ekspansi membuat TBS berkontribusi mengurangi 25 ton CO2 per hari.

Sementara itu, di sektor energi bersih, TBS telah menyelesaikan pembangunan PLTMH Sumber Jaya berkapasitas 6 MW di Lampung dan telah beroperasi penuh sejak Januari 2025. Adapun proyek PLTS Terapung Tembesi berkapasitas 46 MWp di Batam juga menunjukkan progres konstruksi dan ditargetkan commercial operation date (COD) pada pertengahan 2026.

Tak hanya itu, lanjutnya, TBS juga memiliki pipeline untuk membangun pembangkit listrik hijau dengan kapasitas di atas 370 MW hingga 2030.

Leonardo mengatakan proyek-proyek ini memperkuat positioning TBS sebagai pionir korporasi yang fokus pada pengalihan modal ke bisnis hijau.

Transformasi TBS kini mencakup tiga fondasi strategis, waste management, EV ecosystem, dan renewable energy, yang seluruhnya mendukung target netral karbon 2030. Dengan kas kuat sebesar US$89 juta, struktur utang sehat dengan DER di bawah 2x,TBS memiliki kapasitas ekspansi yang luas tanpa membebani neraca.