Dunia Energi
Published at
August 19, 2025 at 12:00 AM
Potensi Besar, Ini Upaya Mencapai Target 100 % EBT
JAKARTA – Dalam Rapat Paripurna DPR-RI Ke-1 Tahun Sidang 2025/2026 dan RAPBN Anggaran 2026, di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (15/8), Presiden Prabowo Subianto menargetkan 100% sumber listrik di Indonesia berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Target ini diharapkan bisa tercapai dalam 10 tahun atau bahkan lebih cepat.
Hingga 2040, lebih dari 100 GW kapasitas energi akan dibangun. Dari jumlah tersebut, 75% akan berasal dari EBT, 5 GW dari nuklir, dan sisanya dari gas. Sekilas terlihat visi besar Presiden Prabowo sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia perlu mempercepat transisi energi, meninggalkan ketergantungan pada energi fosil, dan beralih ke energi terbarukan.
“Target 100% EBT yang dimaksud adalah akumulasi target RUPTL ditambah rencana pemerintah hingga tahun 2045. Dengan demikian, total kapasitas EBT, termasuk PLTN, diproyeksikan mencapai sekitar 25 GW, karena dalam 15–20 tahun ke depan diharapkan pembangunan EBT akan bertambah sekitar 10 GW (10.000 MW),” ungkap Riki F Ibrahim, Dewan Pengawas Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), kepada Dunia Energi, Selasa(19/8).
Menurut Riki Ibrahim, yang juga Dosen Magister EBT UNSADA dan Direktur Utama GeoDipa Persero (2016–2022), pada tahun 2025 pemanfaatan EBT baru mencapai sekitar 15 GW atau setara 16% dari bauran energi nasional. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan komitmen serius dari semua pihak.
Riki menekankan untuk bersikap dan berpikir optimis serta tidak menyebut target yang tidak realistis, agar Pemerintah dapat lebih fokus merealisasikan insentif fiskal yang menarik, seperti tax holiday. “Skema ini berarti setiap proyek bebas pajak hingga 15 tahun pertama, dan mulai tahun ke-16 dikenakan pajak hingga akhir masa kontrak,” ujarnya.
Riki menjelaskan bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga air (hydropower), angin, ocean stream, biofuel, kendaraan listrik (EV), penyimpanan energi surya (PV storage), energi dari sampah, serta panas bumi (geothermal) diyakini mampu menjawab harapan Presiden Prabowo dalam mewujudkan kemandirian energi nasional.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar dengan beragam teknologi yang tersedia. Karena itu, kuncinya adalah bekerja secara serius dan fokus dalam pelaksanaannya. Ia menegaskan, target tersebut tidak bisa dianggap tidak realistis, kecuali memang Indonesia tidak memiliki sumber energi EBT yang cukup — padahal faktanya, potensi energi EBT tersedia melimpah.
Riki menyebut upaya prioritas yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah kepastian regulasi. Pemerintah perlu menyusun regulasi yang konsisten, berjangka panjang, dan tidak konflik dengan regulasi kementerian lainnya serta daerah agar investor memiliki kepastian.
Selanjutnya, terkait insentif fiskal. Pemerintah dapat memberikan tax holiday 15 tahun, pembebasan bea impor peralatan EBT.
Riki mengatakan upaya berikutnya berupa skema pendanaan hijau, yakni memperluas akses green financing melalui perbankan, obligasi hijau (green bonds), serta dukungan lembaga multilateral internasional (ADB, World Bank, dan lainnya).
Kemitraan publik-swasta (KPBU/ Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha) juga akan mendorong kolaborasi antara BUMN, swasta, dan pemerintah daerah agar ada jaminan pemerintah.
“Dinaikan pajak terhadap energi fosil secara bertahap dan pasti, agar EBT semakin kompetitif secara ekonomi. Selain itu, penguatan transmisi & smart grid di daerah potensial (Sumatera, Kalimantan, NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua) bisa disalurkan ke pusat konsumsi (Jawa-Bali) dan bahkan Ekspor ke Singapore dan Malaysia,” jelas Riki.
Ia menambahkan perlunya integrasi EV & storage guna mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari sistem energi yang saling mendukung (vehicle-to-grid).
“Terpenting adalah komunikasi yang membangun kesadaran bahwa EBT bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan strategis untuk ketahanan energi kepada Publik sehingga mengalahkan kampanye mafia migas dan batu bara. Konsistensi politik Pemerintah dan DPR pada setiap pergantian pemerintahan harus tetap melanjutkan roadmap transisi energi mencapai Indonesia NZE 2060,” kata Riki.(RA)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Published at
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at