Bisnis.com, BALIKPAPAN — Penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Timur (Kaltim) anjlok dari berbagai sektor pada kuartal II/2025.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Budi Widihartanto menyatakan kontraksi paling dalam terjadi pada sektor pertambangan yang mencapai 20,52% secara tahunan (year-on-year/yoy).

"Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan PDRB-nya akibat pelemahan permintaan batu bara dari negara mitra dagang utama," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (13/10/2025).

Secara sektoral, perlambatan kredit tidak hanya melanda pertambangan. Budi menyebutkan sektor industri pengolahan dan konstruksi turut mencatatkan kontraksi masing-masing sebesar 9,72% (yoy) dan 6,23% (yoy).

Sementara itu, sektor pertanian juga mengalami penurunan, meskipun dengan besaran yang lebih terkendali. Namun, terdapat secercah harapan dari sektor rumah tangga dan perdagangan.

Dia menjelaskan kedua sektor ini masih mencatatkan pertumbuhan positif, kendati melambat dibandingkan kuartal sebelumnya, yang sejalan dengan normalisasi permintaan pasca momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Kendati demikian, pangsa kredit sektor pertambangan tetap mendominasi dengan kontribusi 18,09% dari total penyaluran kredit di provinsi ini.

Menariknya, meski pertumbuhan kredit mengalami kontraksi, rasio Non-Performing Loan (NPL) sebagian besar sektor utama Kaltim masih berada pada level yang sehat di bawah ambang batas 5%. Sektor pertanian dan pertambangan bahkan mencatatkan NPL yang rendah, masing-masing hanya 0,13% dan 0,39%.

Sementara, NPL sektor industri pengolahan melonjak menjadi 5,84%, terutama dipicu oleh ekspansi subsektor industri kayu lapis yang agresif untuk memenuhi tingginya permintaan ekspor ke Amerika Serikat.

"Namun, belum sepenuhnya diikuti dengan perbaikan kinerja pembayaran debitur," terang Budi.

Secara spasial, peta penyaluran kredit di Kaltim menunjukkan disparitas yang cukup mencolok. Dia mengungkapkan bahwa Kabupaten Kutai Timur mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi sebesar 11,37% (yoy), disusul Kota Samarinda dengan 10,96% (yoy).

Di sisi lain, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Mahakam Ulu justru mengalami kontraksi yang sangat dalam, masing-masing mencapai 26,55% (yoy) dan 31,44% (yoy).

Kabupaten Berau, yang pada kuartal sebelumnya tumbuh tinggi, kini berbalik arah dan ikut mencatatkan kontraksi. Meski demikian, kabar baiknya adalah hampir seluruh kabupaten/kota di Kaltim berhasil menjaga rasio NPL di bawah threshold 5%.

Kabupaten Mahakam Ulu bahkan mencatatkan NPL terendah sebesar 0,02%, sementara NPL tertinggi tercatat di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 6,75%.

Lebih jauh, Budi mengatakan penyaluran kredit Kaltim masih terkonsentrasi di dua kota besar, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Kedua kota ini menyerap 48,84% dari total kredit yang disalurkan di Benua Etam.

Sebaliknya, Kabupaten Penajam Paser Utara yang berdekatan dengan ibu kota negara (IKN) justru menempati posisi terendah dengan pangsa terhadap kredit Kaltim yang hanya sebesar 0,82%.