Bloomberg
Published at
September 3, 2025 at 12:00 AM
Pasar Batu Bara Lesu, Penambang RI Belum Minta Revisi RKAB
Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan belum ada satu pun perusahaan batu bara yang mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026 untuk menurunkan target produksi di tengah lesunya permintaan dari China dan India.
“Sampai saat ini perusahaan belum ada yang menyesuaikan rencana produksi terkait penurunan demand,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Surya Herjuna ketika dimintai konfirmasi, Selasa (2/9/2025).
Akan tetapi, Surya juga enggan menjelaskan apakah sudah terdapat perusahaan pertambangan batu bara yang justru mengajukan revisi RKAB untuk meningkatkan produksi tahun depan.
Pemerintah padahal menargetkan tenggat pengajuan revisi RKAB periode 2026 pada Oktober 2025. Jadwal itu itu turut berlaku bagi perusahaan yang sudah mengantongi RKAB eksisting, tetapi masih menggunakan skema 3 tahunan.
“Masih belum final,” Surya menegaskan.
Kementerian ESDM sebelumnya menyetujui sebanyak 587 pengajuan RKAB batu bara untuk produksi sebanyak 917,16 juta ton pada 2025.
Menyitir data Minerba One Data Indonesia (MODI) Ditjen Minerba Kementerian ESDM per 31 Agustus 2025, perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) batu bara tercatat sebanyak 885 perizinan.
Berdasarkan tahapan kegiatan, terdapat 11 perizinan untuk batu bara. Sementara itu, untuk operasi produksi batu bara terdapat sebanyak 874 perizinan.
Adapun, BPS melaporkan kinerja ekspor batu bara Indonesia susut 21,74% ke level US$13,82 miliar atau sekitar Rp227,47 triliun di tengah koreksi permintaan dari India dan China.
Torehan kinerja ekspor si batu hitam itu terpaut lebar dari capaian sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di level US$17,66 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan koreksi nilai ekspor batu bara itu ikut dibarengi dengan susutnya pengiriman batu bara secara volume sepanjang Januari sampai Juli tahun ini.
“Nilai ekspor batu bara turun 21,74% secara kumulatif,” kata Pudji dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/9/2025).
Ekspor batu bara secara volume juga terkontraksi 6,96% menjadi 214,71 juta ton sampai periode yang berakhir Juli 2025, lebih rendah dari rentang yang sama tahun sebelumnya sebesar 230,76 juta ton.
Sementara itu, rata-rata unit nilai ekspor batu bara juga susut 9,64% ke level US$64,37 per ton, lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya di level US$71,24 per ton.
Saat dihubungi Bloomberg Technoz, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai anjloknya ekspor batu bara periode Januari—Juli 2025 disebabkan karena melemahnya permintaan dari China dan India.
Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani menerangkan ekspor Indonesia ke China hingga Juli 2025 turun 19,2% sepanjang tahun berjalan.
Kendati demikian, menurut Gita, terdapat kenaikan ekspor secara bulanan pada Juli sebesar 42,1% secara bulanan.
Gita menerangkan pelemahan permintaan batu bara dari China terjadi lantaran Negeri Panda tengah mengerek kapasitas batu bara domestik dan bauran energi bersih.
“Namun, secara tahunan, impor batu bara secara globalnya masih turun 22,9%,” kata Gita.
Untuk ekspor ke India, Gita menerangkan penjualan batu bara termal per Juli 2025 turun 16% secara tahunan akibat melemahnya permintaan listrik dan industri dari negara tersebut.
Selain itu, India juga tengah mendiversifikasi impor batu bara kalori menengah ke tinggi dari Afrika Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Australia.
“Ekspor Indonesia ke India Januari—Juli juga turun 8,8% year to date,” tuturnya.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Published at
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Published at