Bloomberg Technoz
Published at
October 27, 2025 at 12:00 AM
Nonekonomis, Danantara Didesak Tak Terlibat Proyek DME Batu Bara
Bloomberg Technoz, Jakarta – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara didesak membatalkan rencana pendanaan ke gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), jika proyek tersebut tidak memiliki nilai keekonomian yang menarik.
Terlebih, modal yang diperlukan untuk pembangunan tersebut terbilang tinggi, yakni mencapai US$2,5 miliar (sekitar Rp41,55 triliun asumsi kurs saat ini).
Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli berpendapat jika hasil kajian ekonomi tidak memenuhi kriteria investasi seperti net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan payback period (PBP) yang positif, Danantara sebaiknya fokus mendanai proyek lain yang lebih menguntungkan.
“Bagi Danantara yang harus diwaspadai adalah proyek ini harus dikaji secara mendalam terutama untuk evaluasi ekonominya. Agar penyertaan modalnya tidak sia-sia atau merugi,” kata Rizal ketika dihubungi, Sabtu (25/10/2025).
Selain membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang tinggi, Rizal memandang DME masih memiliki nilai keekonomian yang kurang menarik. Selain itu, dia menyatakan proyek DME batu bara membutuhkan teknologi tinggi yang harus didapatkan dari mitra kerja asing.
Insentif Baru
Dengan begitu, Rizal menyarankan agar pemerintah mengalihkan subsidi gas minyak cair atau liquified petroleum gas (LPG) ke DME, guna membuat harga jual produk tersebut menarik atau tidak lebih mahal dari LPG.
“Juga membutuhkan fasilitas fiskal dan pengalihan subsidi dari LPG ke DME,” tegas dia.
Sebagai alternatif, Rizal menyarankan agar pengembangan hilirisasi batu bara diarahkan terlebih dahulu pada tahap gasifikasi.
Dia memandang langkah tersebut lebih realistis, sebab sempat diuji oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) melalui proyek percontohan (pilot project) di Lampung, namun akhirnya terhenti.
“Hasil gasifikasi tersebut digunakan untuk mengalirkan gas ke rumah tangga lewat Jargas/Jarkot. Namun, perlu dikaji lagi karena penelitian tersebut tidak diteruskan lagi karena sesuatu hal,” ucap dia.
Selain itu, Rizal menilai bahwa Danantara dapat memfokuskan investasi pada pengembangan ladang gas eksisting dengan menggandeng PT Pertamina (Persero) atau investor migas lain.
Sebagai informasi, PTBA memastikan spesifikasi proyek gasifikasi batu bara menjadi DME yang ditarget mulai dibangun pada tahun depan memiliki spesifikasi yang serupa dengan proyek yang sempat digagas perusahaan dengan Air Products & Chemicals Inc. (APCI).
PTBA juga memastikan BPI Danantara sedang mengkaji berbagai insentif yang akan diberikan terhadap proyek tersebut, mulai dari keringanan pajak, kemudahan impor barang modal, hingga dukungan terhadap kebutuhan capex proyek.
“Spek dan kapasitas DME masih sama. Sekitar 1 juta ton per tahun. Itu sesuai arahan Satgas Hilirisasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),” kata Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto ketika dihubungi Bloomberg Technoz.
Turino menjelaskan, peran Danantara dalam proyek tersebut hingga kini masih dalam pembahasan. Dengan kata lain, belum terdapat kepastian apakah sovereign wealth fund (SWF) tersebut akan membantu pembiayaan proyek tersebut atau tidak.
Turino hanya memastikan PTBA masih membahas proyek hilirisasi batu bara tersebut dengan Danantara, termasuk pada aspek perhitungan manfaat ekonomi proyek serta potensi dukungan fiskal dari Danantara.
“Dengan Danantara masih dalam proses diskusi. Belum selesai. Di dalam nya membahas insentif, cost-benefit analysis, dan lain-lain. Mudah-mudahan segera mengerucut,” ungkap Turino.
Sebelumnya, Turino mengatakan perseroan menargetkan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek gasifikasi batu bara menjadi DME perseroan senilai US$2,5 miliar atau sekitar Rp39,5 triliun akan dilakukan pada 2026.
Proyek DME batu bara yang digagas PTBA tersebut menjadi salah satu dari enam proyek hilirisasi batu bara yang sedang dikaji oleh Danantara
Turino tidak menampik perusahaan memang masih mencari mitra kerja untuk berinvestasi di proyek DME batu bara tersebut. Namun, dia memberikan sinyal bahwa proyek tersebut akan dikembangkan bersama investor asal China.
“Insyallah [groundbreaking tahun depan], kalau semua lancar ya. Kami sudah agak mengerucut nih. Cadangan sudah ready, tempat sudah ready, teknologi kami sudah ready. Terus kemudian tinggal keekonomian sedikit lagi. Lagi berembuk dengan Danantara,” kata Turino di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Turino mengalkulasikan proyek DME batu bara akan membutuhkan 5—6 juta ton batu bara per tahun. Dia memastikan PTBA sudah menyediakan cadangan batu bara sebesar 800 juta ton khusus untuk proyek hilirisasi batu bara, termasuk untuk DME batu bara.
Kementerian ESDM sebelumnya juga sempat berencana menambah insentif baru untuk mendongkrak investasi di penghiliran batu bara merupakan imbas dari hengkangnya APCI dari proyek DME batu bara milik PTBA.
Adapun, tiga insentif gasifikasi batu bara yang disiapkan pemerintah a.l. pertama, royalti 0% khusus untuk batu bara yang diolah atau dikonversi melalui gasifikasi. Adapun, batu bara termal (coking coal) akan tetap dikenai tarif royalti yang sudah berlaku.
Kedua, insentif pengaturan harga batu bara khusus untuk meningkatkan nilai tambah atau proses gasifikasi yang dilaksanakan di mulut tambang.
Ketiga, insentif masa berlaku izin usaha pertambangan (IUP) batu bara yang bakal diberikan sesuai dengan umur ekonomis industri gasifikasi batu bara.
Source:
Other Article
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Published at
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Published at
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Published at