Kontan
Published at
July 25, 2025 at 12:00 AM
Menilik Prospek Emiten Batubara Seiring Pelemahan Harga dan Impor dari China & India
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten batubara sempat tertekan oleh pelemahan harga dan tantangan ekspor pada paruh pertama 2025. Namun, prospek sektor ini diproyeksikan kembali menguat di semester II-2025.
Sejumlah analis melihat sinyal pemulihan dari sisi permintaan global, harga komoditas, hingga perbaikan volume penjualan. Korea Investment And Sekuritas Indonesia (KISI) dan Indo Premier Sekuritas kompak merekomendasikan sektor ini sebagai salah satu sektor dengan potensi pemulihan yang menarik.
Namun memang, untuk kinerja kuartal II masih akan dibayangi oleh tekanan harga jual dan gangguan cuaca. Hal itu mengakibatkan harga jual rata-rata (ASP) batubara pun akan turun seiring koreksi harga acuan global seperti Newcastle dan ICI3, yang masing-masing melemah 7% dan 12% secara kuartalan.
Ditambah, harga acuan batubara domestik (HBA) yang digunakan untuk ekspor berpotensi menjadi penghambat karena spread terhadap harga pasar global yang semakin lebar. Lalu, curah hujan tinggi pada April-Mei 2025 menghambat aktivitas tambang dan logistik, sehingga membatasi volume penjualan.
Alhasil, laba bersih emiten seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), hingga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) cenderung menurun. "Rentang kontraksi bervariasi antara 4% hingga 50% secara kuartalan," tulis analis Indo Premier Sekuritas, Reggie Parengkuan dan Ryan Winipta dalam risetnya, Jumat (18/7).
Namun, Indo Premier Sekuritas meyakini bahwa kinerja di kuartal II yang lemah telah sebagian besar tercermin dalam harga saham. Saat ini, rata-rata diperdagangkan 2%-16% di atas level terendahnya (pada Maret-Mei) meskipun kelemahan ICI3 terus berlanjut hingga Juli.
Hal ini menunjukkan posisi yang ringan, karena posisi dana lokal di sektor ini telah turun 9% year to date (YtD). Selain itu, harga Qinghuangdao telah rebound 3% dari level terendahnya pada Juni 2025 meskipun saat ini sedang dalam periode destocking, dan harga ICI4 saat ini diperdagangkan di bawah biaya tunai produsen utama seperti Kideco. "Menunjukkan potensi penurunan harga batubara yang terbatas," terangnya.
Tengok saja, di tengah proyeksi penurunan kinerja emiten di sektor batubara, harga saham sejumlah emiten bergerak cukup positif. Misalnya ITMG yang naik 4,17% ke Rp 23.125 dan PTBA naik 1,23% ke Rp 2.470.
Analis KISI, Muhammad Wafi melanjutkan bahwa penurunan volume ekspor memang terjadi, tetapi permintaan dalam negeri masih cukup kuat. "Ke depan, kami perkirakan permintaan dari India dan China akan kembali meningkat karena faktor musiman jelang akhir tahun, penurunan persediaan domestik di kedua negara, serta pemulihan ekonomi global," jelasnya saat dihubungi KONTAN, Kamis (24/7).
Di semester II 2025, KISI memperkirakan adanya kenaikan, baik dari sisi harga maupun volume, meskipun penguatan nilai tukar rupiah bisa menekan sebagian potensi tersebut.
Pemulihan harga batubara sendiri sudah mulai terlihat sejak April 2025, ketika harga komoditas ini menyentuh titik terendahnya. Kenaikan harga batubara sejak April terjadi seiring meningkatnya aktivitas ekonomi global.
"Fenomena heatwave di Asia dan Eropa serta instruksi dari otoritas China untuk menahan produksi batubara domestik turut mendukung tren pemulihan harga ini," katanya.
Volume penjualan juga diperkirakan meningkat pada semester II. Wafi memperkirakan pertumbuhan volume penjualan batubara bisa mencapai 5% hingga 10% dibanding semester I, yang selama ini terhambat oleh curah hujan tinggi dan dinamika logistik.
Sejalan dengan itu, Indo Premier Sekuritas juga menyebut sektor batubara sebagai salah satu sektor dengan profil risiko dan imbal hasil yang kembali menarik. Mereka menaikkan rekomendasi sektor menjadi overweight, dan memilih AADI sebagai saham unggulan, berkat valuasi murah (P/E 3,4x 2025), margin tinggi, dan potensi dividen yield sekitar 10%.
Sehingga, Indo Premier Sekuritas memberikan rekomendasi buy AADI dengan target harga Rp 10.000. Emiten-emiten lain seperti ITMG dan UNTR juga dinilai menunjukkan valuasi yang semakin atraktif, dengan potensi kenaikan jika harga batubara dan volume terus membaik, sehingga merekomendasikan hold UNTR dan ITMG dengan target harga Rp 24.000 dan Rp 21.000.
Sementara Wafi memberikan rekomendasi trading buy ADRO dengan target harga Rp 2.200, ITMG Rp 24.000, BUMI Rp 130, PTBA Rp 2.500, INDY Rp 1.400, dan UNTR Rp 24.800.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Published at