Sindo News
Published at
June 11, 2025 at 12:00 AM
Ketergantungan Afrika Selatan pada Batu Bara Membahayakan Ekonomi
JAKARTA - Ekonomi Afrika Selatan yang bergantung pada batu bara bisa membuatnya kehilangan pendapatan dari ekspor mencapai miliaran dolar serta ribuan pekerjaan seiring dengan semakin banyak negara dan perusahaan yang menerapkan impor bebas karbon . Hal ini disampaikan oleh Net Zero Tracker, sebuah kolaborasi dari empat organisasi non-profit yang melacak janji-janji net zero.
Negara paling terindustrialisasi di Afrika ini disebut sebagai salah satu pencemar terburuk di dunia dan menghasilkan sekitar 80% dari listriknya melalui batu bara. Kondisi tersebut membuatnya sangat rentan saat perusahaan mendekarbonisasi rantai pasokan mereka dan negara-negara menekan impor lewat intensif karbon.
"78 persen ekspor Afrika Selatan, senilai USD135 miliar, diperdagangkan dengan 139 yurisdiksi yang memiliki target net zero. Secara keseluruhan, ekspor ini mendukung lebih dari 1,2 juta pekerjaan domestik," kata laporan itu.
Jika negara tersebut gagal untuk mendekarbonisasi rantai pasoknya, maka dapat kehilangan sebagian dari perdagangan dan pekerjaan terkait. Kelompok tersebut mengatakan, bahwa Afrika Selatan dapat menghindari skenario ini dengan menghentikan penggunaan batu bara lebih cepat dan memposisikan dirinya sebagai "pemasok strategis dalam rantai pasokan dengan nilai emisi rendah."
"Afrika Selatan memiliki alat untuk beralih -- potensi energi terbarukan yang terbukti, mineral kritis, dan kursi di meja global," kata pemimpin proyek Net Zero Tracker, John Lang.
Laporan tersebut menyatakan bahwa Afrika Selatan berada "dalam posisi yang baik untuk menjadi pemasok utama barang-barang emisi rendah."
Salah satu kekuatan pendorong di balik dorongan dekarbonisasi adalah Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (CBAM) Uni Eropa. Diadopsi pada tahun 2022, kebijakan ini memberlakukan harga karbon pada impor barang seperti baja, aluminium, dan semen dari negara-negara dengan standar lingkungan yang lebih rendah.
Periode uji coba dimulai pada Oktober 2023 sebelum penerapan penuh undang-undang tersebut pada tahun 2026. Bank Sentral Afrika Selatan telah memperingatkan bahwa tarif berbasis karbon bisa mengurangi ekspor hingga 10% dan bahkan CBAM saja bisa memperkecil ekspor ke UE sebesar empat persen pada tahun 2030.
(akr)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Published at