Bisnis Indonesia
Published at
June 30, 2025 at 12:00 AM
Jalan Diversifikasi Bumi Resources (BUMI) Kurangi Ketergantungan Batu Bara
Bisnis.com, JAKARTA — PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), produsen batu bara terbesar di Indonesia, mulai menempuh strategi diversifikasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.
Vice President Investor Relations & Chief Economist Bumi Resources Achmad Reza Widjaja menjelaskan BUMI menargetkan bisa meraih sekitar 50% pendapatan dari non-batu bara pada 2030 mendatang.
“Kalau kita lihat sekarang ini, 17% pendapatan dari non-batu bara. Karena kami ada konsolidasi dengan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), kami punya saham 20% di BRMS, jadi ada masukan pendapatan atau profit dari BRMS tentunya,” ujar Reza, belum lama ini.
Reza juga menyampaikan pada 2026 nanti, produksi BRMS dapat meningkat. Lalu, pada 2027 dan seterusnya, Reza meyakini pendapatan non-batu bara termal BUMI akan terus meningkat sampai nantinya tahun 2060.
Sejalan dengan upaya diversifikasi ini, menurut Reza BUMI akan melirik berbagai sektor tambang lainnya, bukan hanya batu bara. Menurutnya, hal ini sesuai dengan keahlian perseroan di sektor tambang.
“Unlocking the future, ini yang kami akan angkat. Kami notabene tidak melihat batu bara ke depan itu akan menjadi penopang dari bisnis kita sendiri,” kata Reza.
Menurutnya, BUMI akan mengubah perusahaan ini dengan bisnis yang tadinya hanya berfokus pada batu bara menjadi non-batubara. Hal ini sesuai dengan yang diwacanakan oleh pemerintah dan dunia.
Lebih lanjut, untuk mendukung diversifikasi ini, Reza menjelaskan BUMI baru saja mengumumkan akuisisi tambang emas Wolfram, Australia. BUMI berharap tambang ini dapat berproduksi pada satu atau dua tahun pertama.
“Akuisisi Wolfram, kami harap tahun depan, tahun pertama dan kedua kami sudah dapat melakukan produksi,” tutur Reza.
Dengan berproduksinya tambang emas Wolfram tersebut, Reza berharap hal ini dapat menambah pendapatan perseroan dalam jangka pendek.
Sebagai informasi, BUMI telah menandatangani kesepakatan awal (term sheet agreement) dengan Wolfram Limited (Wolfram), sebuah perusahaan yang berbasis di Australia yang bergerak di bidang pertambangan emas dan tembaga.
Menurut manajemen, akuisisi Wolfram merupakan langkah strategis yang sejalan dengan rencana transformasi BUMI, mengingat potensi Wolfram memproduksi emas dan tembaga dalam waktu relatif singkat, yang memberikan nilai tambah bagi pemegang saham BUMI.
Penyelesaian transaksi ini masih menunggu persetujuan dari Foreign Investment Review Board (FIRB) di Australia.
Manajemen juga menjelaskan BUMI telah melakukan sejumlah kajian secara komprehensif selama beberapa tahun terakhir untuk mendukung strategi diversifikasi dan saat ini fokus pada aset-aset yang sedang dalam tahap produksi atau yang berpotensi memulai produksi dalam waktu dekat.
Reza juga menuturkan, selain di Australia, BUMI juga mendiversifikasi pendapatannya melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) yang memproduksi emas.
BRMS sebelumnya diketahui menargetkan tambang emas bawah tanah dapat mulai berproduksi pada 2027. Proyek penambangan bawah tanah di Palu itu diklaim sebagai salah satu game changer BRMS lantaran memiliki umur produksi sekitar 12 tahun sampai 15 tahun.
Diversifikasi Dorong Harga Saham
Analis Sucor Sekuritas Yoga Ahmad Gifari menjelaskan katalis diversifikasi non-batu bara akan menjadi katalis utama BUMI untuk revaluasi saham ke depan.
Inisiatif diversifikasi BUMI ini menurut Yoga akan menandai pergeseran strategis BUMI menuju aset-aset dengan margin tinggi dan umur panjang yang secara signifikan dapat meningkatkan EBITDA masa depan BUMI dan mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.
Yoga juga mencermati aksi akuisisi yang dilakukan BUMI saat ini, yaitu akuisisi Wolfram dan aset bauksit di Indonesia, yang akan dilanjutkan dengan pembangunan smelter alumina.
Aset bauksit ini diperkirakan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2028. Produksi awal bauksit diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun, dan akan meningkat menjadi 3 juta ton per tahun setelah kilang selesai dibangun.
“Kami meyakini kedua akuisisi ini dapat mendorong profitabilitas BUMI dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan ke depan,” kata Yoga dalam risetnya.
Di sisi lain, Yoga menuturkan BUMI tetap menjadi produsen batu bara terbesar di Indonesia dengan proyeksi produksi stabil sebesar 80 juta ton per tahun, didukung oleh cadangan besar sebesar 940 juta ton dan sumber daya sebesar 4,5 miliar ton.
KPC dan Arutmin diperkirakan akan mempertahankan total produksi gabungan sebesar 79–81 juta ton dalam tiga tahun ke depan.
Sucor Sekuritas juga meyakini BUMI saat ini berada pada tahap awal proses pemulihan multi-years, dengan prospek profitabilitas yang semakin membaik. Hal tersebut didorong oleh inisiatif diversifikasi di luar batu bara termal, struktur permodalan yang lebih ramping, dan disiplin biaya yang kuat.
Adapun Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham BUMI, dengan target harga sebesar Rp160 per saham.
Valuasi ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan laba yang solid serta ekspansi margin, terutama didorong oleh penurunan tarif royalti.
“Meskipun terjadi sejumlah perbaikan fundamental, kami menilai bahwa pasar masih meremehkan valuasi BUMI. Pengumuman akuisisi aset non-batubara yang akan datang berpotensi menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham,” ujar Yoga.
Berdasarkan data Terminal Bloomberg, selain Sucor Sekuritas, Samuel Sekuritas juga tercatat memberikan rekomendasi buy untuk saham BUMI. Sucor Sekuritas memberikan target harga sebesar Rp170 per saham untuk BUMI.
Sementara itu, saham BUMI tercatat ditutup menguat 0,89% pada level Rp113 per saham pada penutupan perdagangan Kamis (26/6/2025). Saham BUMI sejak awal tahun tercatat masih melemah 4,24%, dan selama tiga bulan terakhir menguat 17,71%.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Published at