Investor Daily
Published at
October 10, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Terpukul Bejibun Sentimen Negatif
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara terpukul pada Rabu (8/10/2025). Pelemahan ini karena bejibun sentimen negatif, mulai dari prospek suram batu bara Australia, ekspor batu bara Indonesia masih stabil, hingga sedikit pelemahan permintaan global.
Harga batu bara Newcastle untuk Oktober 2025 turun US$ 0,65 menjadi US$ 90,35 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle November 2025 terpangkas US$ 1,20 menjadi US$ 91,20. Sementara Desember jatuh US$ 1,30 menjadi US$ 92,25 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2025 terkoreksi US$ 0,65 menjadi US$ 90,35. Sedangkan, November 2025 anjlok US$ 1,20 menjadi US$ 91,20 dan Desember 2025 juga ambles US$ 1,30 menjadi US$ 92,25.
Industri batu bara Australia menghadapi masa depan yang semakin suram seiring melemahnya permintaan global dan bergesernya pola pasokan di pasar utama Asia. Sebaliknya, ekspor batu bara Indonesia masih relatif stabil meski menunjukkan tanda-tanda permintaan yang melemah di beberapa negara.
Dalam laporan terbaru Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), disebutkan bahwa permintaan batu bara termal global mulai menghadapi tekanan besar akibat transisi energi dan meningkatnya daya saing energi terbarukan.
CEO IEEFA Australia Amandine Denis-Ryan, mengungkapkan bahwa China, selaku pendorong utama permintaan batu bara dunia, telah mencapai titik balik penting dalam transisi energinya. “Emisi sektor listrik di China turun 3% pada paruh pertama tahun ini, karena lonjakan pembangkit listrik tenaga surya menahan kenaikan permintaan listrik,” jelasnya.
Menurut Denis-Ryan, konsumsi batu bara China kini mulai menurun, sementara investasi energi terbarukan, gas, dan nuklir terus meningkat di kawasan Asia. “Biaya energi surya dan penyimpanan baterai kini jauh lebih kompetitif dibandingkan pembangkit listrik tenaga batu bara,” ujarnya.
Meski China masih memiliki banyak proyek PLTU batu bara baru, tingkat utilisasinya diperkirakan terus menurun, rata-rata kini hanya 50% dan bisa turun separuh lagi pada 2050.
IEEFA mencatat pipeline pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia Tenggara juga menurun tajam, seiring peralihan negara-negara kawasan ini ke energi terbarukan dan gas. Kapasitas proyek energi terbarukan kini mencapai 10 kali lipat dibanding proyek batu bara, sementara kapasitas gas tiga kali lipat lebih besar.
China pun mulai beralih dari batu bara impor Australia menuju pasokan domestik dan dari negara tetangga seperti Indonesia serta Rusia. Bahkan, impor batu bara China diperkirakan turun lebih dari 20% pada 2025 dan sepertiga pada 2030. “Indonesia kini menjadi pemasok utama batu bara termal untuk China dan Asia Tenggara. Bahkan, setelah invasi ke Ukraina, impor batu bara Rusia ke China hampir tiga kali lipat,” ujar Denis-Ryan.
Penerapan CCS
Dengan biaya tinggi dan kendala teknologi, penerapan carbon capture and storage (CCS) dinilai bukan solusi realistis untuk mempertahankan masa depan batu bara. “Lebih murah membangun pembangkit energi terbarukan baru ketimbang memasang CCS pada PLTU lama,” tegas Denis-Ryan.
“Dominasi batu bara dalam bauran energi Asia mungkin segera mencapai puncaknya atau bahkan menurun, sementara kompetisi pasokan semakin ketat. Bagi Australia, perubahan ini menggambarkan masa depan yang suram, tetapi bagi Indonesia, peluang untuk mempertahankan pasar masih terbuka,” papar Denis-Ryan.
Sementara itu, BigMint melaporkan, ekspor batu bara non-coking Indonesia pada September 2025 tercatat stabil di 32,06 juta ton, hanya turun tipis 0,1% dibanding bulan sebelumnya. Namun secara tahunan, ekspor turun 4,38% dibanding September 2024, menandakan sedikit pelemahan permintaan global.
Dari sisi pasar, India meningkatkan impor batu bara Indonesia 11% menjadi 9,03 juta ton, diikuti China yang naik 7,68% menjadi 7,82 juta ton. Malaysia juga mencatat kenaikan 11,85% menjadi 2,05 juta ton. Sebaliknya, Jepang dan Korea Selatan mencatat penurunan tajam masing-masing 28% dan 23,8%, sementara Filipina turun 7,6%.
Kinerja ekspor di tingkat wilayah pun beragam. Kalimantan Timur naik 6,6% menjadi 16 juta ton, sementara Kalimantan Utara melonjak 23,5%. Namun Sumatra anjlok 14,35% dan Kalimantan Selatan turun 4,9%.
Di sisi harga, Harga Batubara Acuan (HBA) Agustus 2025 menunjukkan tren campuran: batu bara kalori tinggi (6.322 kcal/kg) turun ke US$ 100,69 per ton, sedangkan batu bara kalori rendah (3.400 kcal/kg) merosot ke US$ 33,48 per ton.
Ekspor batu bara Indonesia diperkirakan tetap stabil dalam beberapa bulan mendatang, ditopang oleh permintaan kuat dari India dan China. Namun pelemahan pembelian dari Jepang dan Korea Selatan, serta fluktuasi harga dan tantangan logistik, diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan ekspor di kuartal berikutnya.
harga batu bara hari ini
ekspor batu bara Indonesia
permintaan batu bara Asia
industri batu bara Australia
IEEFA laporan batu bara
harga batubara acuan (HBA)
Source:
Other Article
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Published at
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Published at
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Published at