Investor Daily
Published at
May 15, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Rontok Gegara Data Impor India Anjlok
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara mayoritas rontok pada Selasa (13/5/2025). Hal itu karena tertekan data impor batu bara India yang anjlok 9,2%.
Harga batu bara Newcastle untuk Mei 2025 naik US$ 0,15 menjadi US$ 99,9 per ton. Sedangkan Juni 2025 turun US$ 0,5 menjadi US$ 103,75 per ton. Sementara itu, Juli 2025 terkoreksi US$ 0,65 menjadi US$ 106,1 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Mei 2025 turun US$ 0,5 menjadi US$ 96,1. Sedangkan, Juni 2025 anjlok US$ 1,1 menjadi US$ 97,2. Sedangkan pada Juli 2025 jatuh US$ 1,15 menjadi US$ 96,95.
Dikutip dari IndiaTimes, impor batu bara India anjlok 9,2% sepanjang April 2024 hingga Februari 2025 menjadi 220,3 juta ton (MT), dibandingkan 242,6 juta ton pada periode yang sama tahun fiskal sebelumnya. Penurunan ini berhasil menghemat devisa sekitar US$ 6,93 miliar.
Penurunan terbesar terjadi di sektor non-regulasi (Non-Regulated Sector) atau sektor di luar kelistrikan, dengan penurunan impor mencapai 15,3% secara tahunan.
Meskipun pembangkit listrik tenaga batu bara mengalami pertumbuhan produksi sebesar 2,87% dalam periode yang sama, impor batu bara untuk kebutuhan pencampuran (blending) di PLTU justru turun tajam hingga 38,8%.
Pemerintah India telah meluncurkan sejumlah inisiatif untuk memperkuat produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Beberapa di antaranya adalah program Commercial Coal Mining dan Mission Coking Coal.
Berkat langkah tersebut, produksi batu bara India tercatat tumbuh 5,45% selama April 2024 hingga Februari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Batu bara merupakan tulang punggung sektor energi di India, terutama untuk industri penting seperti listrik, baja, dan semen. Namun, keterbatasan cadangan batu bara berkualitas tinggi dan batu bara kokas di dalam negeri membuat impor tetap penting, terutama bagi sektor baja.
Gangguan Pasokan
Sedangkan Trading View menyebut, gangguan pasokan sementara akibat cuaca buruk di Australia menjadi sentimen positif, sehingga penurunan harga batu bara menjadi terbatas.
Perusahaan tambang Australia, Whitehaven, melaporkan bahwa cuaca ekstrem pada kuartal I 2025 menghambat aktivitas ekspor batu bara mereka, turut menjadi faktor pendukung rebound harga di pasar global.
Namun, secara keseluruhan, harga batu bara masih turun sekitar 20% sepanjang tahun ini. Penurunan ini terjadi karena meningkatnya pangsa pembangkit listrik dari energi terbarukan serta permintaan pemanas yang melemah akibat musim dingin yang lebih hangat di China.
Produksi listrik berbasis bahan bakar fosil di China turun 4,7% secara tahunan pada kuartal pertama 2025. Imbasnya, impor batu bara termal China juga anjlok 13,1% secara tahunan, menjadi 91,5 juta ton hingga April.
Dari sisi pasokan, produksi batu bara Indonesia mencetak rekor baru sebesar 836 juta ton pada 2024, melampaui target awal sebesar 18%. Meski demikian, lonjakan investasi di sektor energi alternatif mulai menekan permintaan batu bara termal secara global.
Sementara itu, China berencana meningkatkan produksi batu baranya sebesar 1,5% pada 2025 menjadi 4,82 miliar ton, setelah mencetak rekor produksi pada tahun sebelumnya.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Published at
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Published at