JAKARTA, investor.id – Harga batu bara menguat pada perdagangan Senin (27/10/2025), didorong oleh optimisme terhadap stabilitas pasokan dari China di tengah kebijakan pembatasan produksi. Kenaikan tipis ini terjadi meski harga batu bara masih berada dalam tren pelemahan secara bulanan dan tahunan.

Harga batu bara Newcastle untuk Oktober 2025 menguat US$ 0,15 menjadi US$ 104,25 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle November 2025 naik US$ 0,75 menjadi US$ 108,5 dan Desember melesat US$ 0,95 menjadi US$ 109,95 per ton.

Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2025 meningkat US$ 0,35 menjadi US$ 92,5. Sedangkan, November 2025 melejit US$ 1,55 menjadi US$ 96,1 dan Desember 2025 juga terkerek US$ 1,4 menjadi US$ 97,15.

Dikutip dari Trading Economics, harga batu bara dunia tercatat naik tipis pada perdagangan Senin (27/10/2025), seiring munculnya harapan stabilitas pasokan dari China di tengah kebijakan pembatasan produksi. Berdasarkan data trading economics, harga batu bara kontrak acuan (Coal CFD) naik 0,14% ke posisi US$ 104,25 per ton.

Kendati mencatat penguatan harian, harga batu bara masih turun 2,34% dalam sebulan terakhir dan anjlok 27,85% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sepanjang sejarahnya, harga batu bara pernah menyentuh rekor tertinggi di level US$ 457,8 per ton pada September 2022.

Kenaikan tipis harga batu bara kali ini terjadi setelah data menunjukkan produksi batu bara China turun 1,8% year on year pada September menjadi 411,51 juta ton. Meski lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu, produksi tersebut meningkat dari 390,5 juta ton pada Agustus 2025.

Kebijakan China

Penurunan produksi terjadi di tengah kampanye ‘anti-involution’ pemerintah China yang menargetkan industri berat seperti batu bara dan baja. Kebijakan ini bertujuan menekan kelebihan kapasitas, menstabilkan harga, serta menjaga keberlanjutan sektor energi nasional.

Analis menilai kebijakan tersebut bisa mendukung harga batu bara dalam jangka pendek, meski permintaan global masih cenderung moderat. “Langkah China mengatur produksi dapat membantu menyeimbangkan pasar dan mencegah penurunan harga lebih dalam,” kata seorang analis energi global.

Meski transisi energi global terus digencarkan, batu bara masih menjadi komponen utama dalam bauran energi dunia. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), batu bara masih menyumbang sekitar 35% dari total pembangkitan listrik global tahun ini.

Sebagian besar kapasitas baru berada di 15 negara, dipimpin oleh China, India, dan Amerika Serikat, dengan sekitar 2.500 pembangkit listrik tenaga batu bara masih beroperasi secara aktif.