Investor Daily
Published at
August 8, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Jatuh Lagi Gara-Gara Kabar dari India
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara jatuh lagi pada Rabu (6/8/2025). Pelemahan tersebut karena konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di India terus mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut.
Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2025 turun US$ 0,3 menjadi US$ 114,5 per ton, harga batu bara Newcastle September 2025 melemah US$ 0,9 menjadi US$ 116,1 per ton, dan Oktober 2025 terpangkas US$ 0,9 menjadi US$ 117,1 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Agustus 2025 turun US$ 0,4 menjadi US$ 102,2, September 2025 terpangkas US$ 1 di US$ 103,5, dan Oktober 2025 jatuh US$ 1,15 menjadi US$ 104,5.
Dikutip dari Reuters, konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di India terus mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut, meskipun permintaan listrik tetap meningkat. Akibatnya, sejumlah PLTU lebih banyak menarik batu bara dari persediaan cadangan, ketimbang membeli baru dari Coal India Ltd (CIL), perusahaan tambang milik negara yang selama ini menyuplai sekitar 75% kebutuhan batu bara nasional.
Menurut laporan Reuters, penurunan permintaan ini dipicu oleh lonjakan output dari pembangkit listrik tenaga air, angin, dan surya, yang kian mendominasi bauran energi India.
Pada Juli 2025, cadangan batu bara di PLTU turun 13% dari rekor 58,1 juta ton pada akhir Juni, jauh lebih tajam dibanding rata-rata penurunan bulanan sebesar 2% selama satu dekade terakhir, berdasarkan catatan analis dari Citi.
“Cadangan yang cukup dan tidak adanya risiko kekurangan pasokan membuat PLTU lebih fleksibel dalam mengelola biaya, sehingga mengurangi pembelian dari Coal India,” kata mantan Chairman Coal India Partha Sarathi Bhattacharya.
Pertumbuhan Permintaan Listrik
Namun, Bhattacharya mengingatkan kondisi ini bersifat sementara. “Pembelian batu bara akan kembali naik jika pertumbuhan permintaan listrik meningkat lebih cepat,” ujarnya.
Coal India mencatat penurunan produksi sebesar 15,6% dan penurunan pasokan 9,9% pada Juli dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan penurunan terdalam sejak 2019 dan tercepat dalam lima tahun terakhir.
Situasi ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya produksi batu bara dari perusahaan tambang swasta, menyusul reformasi sektor pertambangan sejak 2020 yang membuka peluang bagi pemain non-pemerintah.
Di sisi lain, meski pertumbuhan penggunaan listrik nasional melambat akibat hujan deras dan penurunan permintaan pendingin ruangan, total pembangkit listrik pada Juli tetap tumbuh 1,8% menjadi 164,66 miliar kilowatt-jam (kWh). Ini ditopang lonjakan produksi listrik tenaga air sebesar 22,4% dan energi terbarukan (angin dan surya) sebesar 14,4%.
Akibatnya, pangsa batu bara dalam bauran listrik India merosot menjadi 64,3%, level terendah dalam lima tahun terakhir, dari 68,3% pada Juli tahun lalu. Angka ini juga lebih rendah dibanding awal tahun yang masih di atas 70%.
India menambahkan rekor kapasitas baru sebesar 22 gigawatt (GW) dari tenaga surya dan angin pada paruh pertama 2025. Pemerintah juga menargetkan kapasitas listrik non-fosil mencapai 500 GW pada 2030. Para analis memperkirakan tren penurunan penggunaan batu bara akan berlanjut seiring realisasi target tersebut
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Published at