Katadata

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

Harga Batu Bara Berpotensi Naik Jika Perang Israel-Iran Berlanjut

Harga batu bara berpotensi naik akibat konflik Iran dan Israel, setelah mengalami penurunan harga berturut-turut sejak Mei 2025. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan, Bisman Bakhtiar, mengatakan potensi kenaikan ini dikaitkan dengan peran batu bara sebagai komoditas substitusi energi bagi minyak bumi.

“Jadi peluang harga naik dalam waktu dekat sangat mungkin terjadi tergantung eskalasi kondisi global dan situasi konflik Iran-Israel,” kata Bisman kepada Katadata, Senin (16/6).

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan harga batu bara acuan (HBA) terus mengalami tren penurunan sejak Mei 2025. HBA pada awal Mei mencapai US$ 121,15 per ton, kemudian mulai turun menjadi US$ 110,38 per ton pada periode kedua Mei. Penurunan harga berlanjut pada periode pertama Juni 2025 menjadi US$ 100,97 per ton, dan pada periode kedua Juni menjadi US$ 98,61 per ton.

Bisman menyampaikan tren penurunan harga batu bara acuan (HBA) saat ini terjadi akibat oversupply atau kelebihan pasokan. “Secara umum penurunan harga ini disebabkan oleh oversupply, pasokan dan penumpukan di pasar cukup besar,” katanya.

Bisman mengatakan hal tersebut terjadi karena produksi batu bara negara produsen cenderung naik, seperti Cina, Australia, Rusia, dan Indonesia. Di waktu yang bersamaan, permintaan batu bara turun yang disebabkan karena laju industri dan ekonomi secara global yang melambat, serta mulai naiknya tren penggunaan energi terbarukan.

Dia mengatakan pemerintah dan pelaku usaha bisa melakukan sejumlah upaya agar harga batu bara tidak terus turun. Solusi tersebut misalnya pengendalian produksi, optimalisasi pemanfaatan untuk pasar domestik, serta segera melakukan proyeksi hilirisasi batu bara.

“Baik batubara untuk energi (DME) maupun pemanfaatan batu bara untuk produk-produk lain. Untuk itu diperlukan inovasi dan investasi,” katanya.

Terkait minyak, dua harga acuan dunia naik pada awal perdagangan Selasa (17/6), minyak Brent naik US$ 1,17 atau 1,6% menjadi US$ 74,4 per barel pada pukul 00.05 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,34 atau 1,87% menjadi US$ 73,11.

Kenaikan harga minyak ini didorong eskalasi konflik Iran-Israel dan seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar warga sipil mengungsi dari Teheran. Ketegangan tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan minyak global.


Source:

IDX Channel.com

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

6/18/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

6/18/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Detik Kalimantan

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

6/18/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

CNBC Indonesia

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

6/18/25

Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega

Bloomberg Technoz

Published at

June 18, 2025 at 12:00 AM

6/18/25

Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by