Investor Daily
Published at
September 22, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Berbalik Arah, Pasar Tunggu Kabar dari India
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara terkoreksi pada Jumat (19/9/2025), setelah reli empat hari beruntun. Penurunan itu terjadi di saat pasar wait and see terhadap kebijakan India.
Harga batu bara Newcastle untuk September 2025 stabil di US$ 103,35 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle Oktober 2025 melemah US$ 0,4 menjadi US$ 107,5 per ton. Sementara November 2025 turun US$ 0,25 menjadi US$ 107,5 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk September 2025 anjlok US$ 1,2 menjadi US$ 92,65. Sedangkan, Oktober 2025 ambles US$ 1,8 menjadi US$ 94,6 dan November 2025 juga terkoreksi US$ 1,65 menjadi US$ 95,95.
Dikutip dari BigMint, pelaku pasar masih bersikap hati-hati menjelang kebijakan India yang akan diterapkan pada 22 September 2025. Pasalnya, harga batu bara dalam perjanjian Fuel Supply Agreement (FSA) diperkirakan akan mengalami penyesuaian turun setelah pemerintah menghapus pungutan cukai (cess).
Untuk sementara, penawaran domestik tetap tidak berubah, dengan arah pasar sangat bergantung pada dinamika penyesuaian pasca implementasi reformasi GST.
Sementara itu, BigMint melaporkan, ekspor batu bara global melalui jalur laut (seaborne) naik 3,3% secara mingguan menjadi 18,51 juta ton pada pekan ke-37 (6–12 September 2025), dibandingkan 17,93 juta ton pada pekan sebelumnya. Data ini berdasarkan catatan vessel line-up BigMint.
Kenaikan tersebut ditopang oleh peningkatan pengiriman dari Indonesia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Kolombia, yang mampu mengimbangi penurunan ekspor dari Australia dan Kanada.
Pendorong Ekspor Batu bara
Menurut BigMint, perbaikan ketersediaan kapal di Afrika Selatan, stabilnya pengapalan di Indonesia, serta pengiriman oportunistis dari AS dan Kolombia menjadi pendorong utama rebound pekan ini. Namun, permintaan lesu dari India tetap membatasi momentum, seiring biaya impor yang lebih tinggi dan reformasi GST yang sedang berlangsung.
Ekspor batu bara Indonesia naik 7% menjadi 7,7 juta ton pada pekan ke-37 dari 7,2 juta ton pada pekan sebelumnya. Lonjakan ini didukung cuaca stabil dan arus kargo yang konsisten. Taboneo mencatat volume tertinggi (1,66 juta ton), disusul Samarinda (1,07 juta ton) dan Bunati (0,81 juta ton), sementara pelabuhan kecil menyumbang sisanya.
Dari sisi permintaan, India (1,86 juta ton) dan China (1,49 juta ton) tetap menjadi pembeli utama batu bara Indonesia, diikuti Filipina (1,10 juta ton) dan Korea Selatan (0,94 juta ton). Kendati stabil, pelaku pasar menilai melemahnya pembelian dari India akibat biaya impor yang lebih tinggi masih membatasi kenaikan.
Sebaliknya, ekspor batu bara Australia turun 5,7% menjadi 6,40 juta ton pada pekan ke-37, dari 6,79 juta ton sepekan sebelumnya. Penurunan ini memperpanjang tren lesu setelah Agustus yang kuat. Newcastle mendominasi pengapalan (3,09 juta ton), disusul Gladstone (1,43 juta ton) dan DBCT (0,68 juta ton).
Lesunya kinerja pekan ini disebabkan aktivitas kapal yang berkurang dan waktu bongkar muat lebih panjang, sehingga menekan throughput di terminal utama. Dari sisi permintaan, Jepang (2,02 juta ton) dan China (1,07 juta ton) menjadi pembeli utama. Namun, ekspor ke India turun signifikan, karena biaya impor yang tinggi pasca pelemahan tarif angkutan dan reformasi GST menekan pembelian.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Published at
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Published at