Bloomberg Technoz
Published at
November 27, 2025 at 12:00 AM
Ekspansi Infrastruktur Dorong Pertumbuhan Strategis RMKE
Bloomberg Technoz, Jakarta - Memasuki kuartal IV 2025 hingga 2026, tren permintaan batubara dunia diproyeksikan meningkat signifikan. Kenaikan ini didorong kebutuhan musim dingin di negara-negara beriklim subtropis serta pemulihan konsumsi energi industri. Secara historis, semester kedua selalu menjadi periode penguatan bagi harga batubara karena meningkatnya permintaan impor, khususnya dari Asia Timur dan Asia Selatan.
Sebagai salah satu negara dengan cadangan batubara terbesar di dunia, Indonesia tetap menjadi pemasok utama bagi pasar global. Peran ini semakin penting ketika permintaan kembali memanas di kuartal IV 2025. Sumatera Selatan menjadi wilayah strategis dengan cadangan batubara terbesar kedua di Indonesia dan menjadi penopang utama stabilitas suplai global.
Untuk mendukung Sumatera Selatan sebagai episentrum produksi batubara nasional, rangkaian ekspansi infrastruktur negara dan BUMN energi terus berjalan. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan 100 juta ton produksi pada 2030, naik 138% dari 42 juta ton pada 2024. Bersinergi dengan PTBA, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyiapkan pengembangan besar untuk menopang lonjakan permintaan batubara nasional dengan menambah kapasitas angkut 28 juta ton/tahun yang ditargetkan masuk awal 2026. Proyek jalur rangkap tiga (triple track) KAI juga mulai digarap untuk mendukung target kapasitas angkut 165 juta ton/tahun pada 2029. Pemerintah daerah Sumatera Selatan pun telah mengeluarkan peraturan untuk tidak memakai jalan umum sebagai jalur pengangkutan batubara.
RMK Energy (RMKE), perusahaan logistik batubara terintegrasi, menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dari kebijakan ini. RMKE telah menyelesaikan jalan khusus angkutan batubara sepanjang 38 km yang terhubung dengan dua tambang baru, Wiraduta Sejahtera Langgeng (WSL) dan Duta Bara Utama (DBU). Jalan ini juga akan terhubung dengan tambang-tambang potensial lainnya termasuk PTBA.
Meski RMKE mengalami tekanan pada sembilan bulan pertama 2025, dengan pendapatan turun 36,1% YoY dan laba bersih turun 22% YoY, segmen coal services menunjukkan kinerja positif. “Gross profit coal services naik 15,3% YoY dan kontribusi revenue naik dari 30,5% ke 46,5%,” catat NH Korindo Sekuritas Indonesia dalam laporannya. Dengan adanya jalan hauling baru, ekspansi kapasitas KAI, peningkatan produksi PTBA, serta kenaikan permintaan global semester kedua, NH Korindo menilai RMKE siap memasuki fase pertumbuhan keuangan yang lebih kuat mulai 2026.
Analis NH Korindo, Axell Ebhenhaezer, memprediksi saham RMKE bisa mencapai Rp7.000 dengan rekomendasi BUY dan potensi kenaikan 112,8%, seiring ekspansi kapasitas, infrastruktur baru, dan dukungan pemerintah terhadap ketahanan energi.
“Dengan katalis peningkatan permintaan global, ekspansi kapasitas KAI dan PTBA, serta kesiapan infrastruktur baru RMKE, kami menargetkan harga saham RMKE di Rp7.000. Kami merekomendasikan BUY dengan potential upside +112,8%. Momentum pertumbuhan terlihat kuat mulai semester kedua tahun ini hingga tahun depan, sejalan dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada energi,” ujarnya.
Proyeksi NH Korindo menunjukkan pertumbuhan signifikan bagi RMKE. Revenue diperkirakan melonjak dari Rp4,1 triliun pada 2026 menjadi Rp15,5 triliun pada 2028, dengan net profit meningkat 236% YoY pada 2026. Penilaian valuasi menggunakan metode 5-Year DCF menetapkan nilai perusahaan mencapai Rp30,8 triliun, dengan Forward PE 8,38x, PBV 2,67x, dan EV/EBITDA 6,15x.
Permintaan global tetap menjadi motor utama pertumbuhan batubara. Laporan International Energy Agency (IEA) mencatat, konsumsi batubara dunia pada 2024 mencapai 8,79 miliar ton, meningkat 1,5% dibandingkan 2023. Asia, terutama China dan India, menjadi penggerak utama pertumbuhan. Sementara itu, pasokan global diperkirakan mencapai 9,2 miliar ton pada 2025, meski produksi Indonesia diperkirakan menurun 10% akibat harga internasional rendah dan gangguan cuaca.
RMKE, yang mengoperasikan jalur logistik terintegrasi dari tambang ke pelabuhan Musi 2 Keramasan, termasuk Gunung Megang Loading Station, Simpang Station, dan jalur hauling 8 km, memanfaatkan kombinasi infrastruktur jalan dan rel kereta untuk menjamin efisiensi. Sistem ini juga mendukung kegiatan trading batubara melalui anak usaha PT Royaltama Multi Komoditi Nusantara (RMKN), yang memastikan fleksibilitas pasokan dan volume melalui rantai logistik terintegrasi.
Dengan kombinasi kapasitas logistik, strategi trading, dan prospek permintaan global yang meningkat, RMK Energy dinilai berada pada posisi strategis untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan batubara dalam beberapa tahun mendatang.
Source:
Other Article
Liputan 6
Published at
1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
METRO
Published at
10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia
CNBC Indonesia
Published at