PETROMINER

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

Ekspansi Batubara: Produksi Melesat, Laba Merosot dan Emisi Meroket

Jakarta, Petrominer – Ekspansi besar-besaran industri batubara Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menghadirkan konsekuensi ganda. Peningkatan produksi tidak hanya berimbas pada meningkatnya emisi, namun juga membanjiri pasar global dan menyebabkan turunnya Harga. Kondisi ini berpotensi menggerus laba perusahaan dan menurunkan pendapatan nasional, terutama daerah penghasil batubara.

Laporan terbaru dari EMBER menyimpulkan bahwa produksi batubara Indonesia yang kembali mencapai rekor terbukti tidak berkelanjutan. Meski produksi mencapai 836 juta ton (Mt) pada tahun 2024, namun kondisi pasokan berlebih di pasar global terus menekan harga, mengurangi laba perusahaan, dan mengikis pendapatan negara. Pada saat yang sama, emisi metana dari penambangan batubara meningkat jauh melampaui perkiraan resmi.

Dalam laporannya bertajuk “Chasing Volume Losing Value: The Cost of Coal Over Expansion in Indonesia,” EMBER menyebutkan permintaan batubara mulai menurun tahun ini. Produksi turun 33 juta ton pada paruh pertama 2025, karena didorong oleh pasar ekspor dan domestik yang melemah.

“Ekspor ke China dan India, yang bersama-sama menyumbang sekitar 60 persen dari perdagangan batubara Indonesia, menurun seiring kedua negara meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan dan memperkuat pasokan batubara domestik. Pergeseran ini diperkirakan akan menyebabkan penurunan permintaan batubara Indonesia sekitar 10 persen pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya,” tulis laporan tersebut yang diperoleh PETROMINER, Jum’at (7/11).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa laba perusahaan tertekan karena harga batubara turun dan biaya produksi naik. Meskipun krisis energi tahun 2022 sempat mengangkat harga batubara hingga di atas US$ 400 per ton dan meningkatkan pendapatan negara, momentum ini telah memudar.

Pada tahun 2024, laba bersih perusahaan batubara turun di bawah level tahun 2021. Alami penurunan 67 persen dibandingkan puncaknya di tahun 2022. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari batubara juga turun 18,6 persen pada tahun 2024. Dan sekalipun target pemerintah tercapai tahun ini, penerimaannya akan tetap di bawah tahun-tahun sebelumnya.

“Daerah-daerah penghasil batubara di Indonesia perlu segera bersiap untuk menghadapi penurunan pendapatan dari sektor batubara. Begitu anggaran publik berkurang, upaya untuk mendiversifikasi perekonomian daerah akan semakin sulit,” ujar Wakil Kepala Unit Riset Transisi Energi Internasional Wuppertal Institut, Timon Wehnert.

Dampak Lingkungan

Tidak hanya pendapatan, dampak lingkungan dari ekspansi batubara juga signifikan. EMBER memperkirakan emisi metana tambang batubara (CMM) tahun 2024 mencapai 722 kiloton (kt) metana. Angka ini lebih dari empat kali lipat angka resmi pemerintah. Perbedaan ini disebabkan oleh penggunaan faktor emisi yang tidak tepat dan juga tidak diperhitungkannya emisi dari tambang bawah tanah.

Masalah ini diperkirakan akan memburuk dengan cepat. Emisi CMM diproyeksikan melonjak 25 persen tahun 2030, bahkan dalam skenario penurunan produksi batubara. Peningkatan emisi CMM akan didorong oleh ekspansi tambang bawah tanah yang besar di Kalimantan Selatan yang diperkirakan mencapai produksi 20 juta ton per tahun.

Tambang ini diperkirakan dapat menyumbang 332 kt CH4 tahun 2030, dan belum termasuk ancaman jangka panjang yang ditimbulkan oleh kebocoran Metana Tambang Terbengkalai (AMM) setelah penutupan tambang.

Laporan tersebut menyarankan perlunya perubahan mendasar, dari ekspansi ke pengelolaan. Pemerintah Indonesia perlu mengendalikan produksi dengan menerapkan moratorium terhadap semua izin pertambangan batu bara baru dan mengintegrasikan pembatasan produksi jangka panjang yang ketat ke dalam proses persetujuan rencana produksi tahunan (RKAB).

Untuk mengatasi krisis iklim, pemerintah harus mewajibkan pelaporan emisi di tingkat fasilitas bagi semua pemegang izin dan mengembangkan faktor emisi spesifik Indonesia untuk menggantikan metodologi yang sudah usang.

“Strategi pengelolaan batubara yang berfokus pada transisi diperlukan untuk mengarahkan industri dan mendukung daerah penghasil batubara dalam beradaptasi dengan lanskap energi yang terus berkembang,” ungkap Analis Senior Iklim dan Energi Indonesia EMBER, Dody Setiawan.

Source:

Bisnis Indonesia

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

11/10/25

10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi

IDX Channel.com

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

11/10/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

Kontan

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

11/10/25

190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman

CNBC Indonesia

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

11/10/25

190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya

CNBC Indonesia

Published at

November 10, 2025 at 12:00 AM

11/10/25

2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by