Bloomberg Technoz
Published at
November 26, 2025 at 12:00 AM
DMO Mau Diperlebar, Penambang Batu Bara Bersiap Pendapatan Rontok
Bloomberg Technoz, Jakarta – Penambang batu bara mulai mewaspadai terjadinya penurunan pendapatan gegara wacana kenaikan porsi mandatori pasok domestik atau domestic market obligation (DMO) serta pemangkasan produksi pada 2026.
Direktur PT ABM Investama Tbk. (ABMM) Hans Manoe menyatakan masih perlu menghitung dampak finansial dari wacana pelebaran porsi DMO batu bara dan pemangkasan produksi batu bara pada tahun depan.
Hans menyatakan akan mempertimbangkan apakah penurunan ekspor yang terjadi dapat terkompensasi dengan kenaikan harga batu bara di pasar global atau tidak, maupun menganalisis keuntungan yang bisa didapatkan dari penjualan batu bara domestik.
“Kami masih perlu menganalisis apakah penurunan volume ekspor batu bara akan dapat terkompensasi dengan kenaikan harga ekspor batu bara, apalagi bila dikaitkan dengan peningkatan volume penjualan domestik sementara harga batu bara domestik tetap tidak ada perubahan di US$70 per metrik ton,” kata Hans ketika dihubungi, Selasa (25/11/2025).
Dia menjelaskan struktur biaya perusahaan batu bara sangat didominasi oleh biaya tetap atau fixed cost, sehingga setiap perubahan pada volume penjualan dapat langsung memengaruhi kinerja perusahaan batu bara.
“Mengingat struktur cost perusahaan batu bara lebih besar porsi fixed cost ketimbang variable cost,” tambahnya.
Selain itu, kebijakan perluasan DMO juga dipandang memiliki efek rambatan terhadap ekosistem industri. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan tambang, tetapi juga bisa dirasakan oleh mitra bisnis, vendor, pelanggan, hingga aspek lingkungan dan komunitas sekitar.
“Risiko penurunan profit yang mungkin terjadi karena perubahan komposisi volume penjualan ekspor dan domestik yang perlu segera kami antisipasi bila kebijakan tersebut dijalankan,” ucap dia.
Harga Statis
Dihubungi secara terpisah, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyatakan para penambang mengeluhkan harga batu bara khusus DMO tak mengalami penyesuaian sejak 2018 padahal biaya produksi terus mengalami peningkatan.
Sebagai perbandingan, dia mengatakan saat ini harga batu bara DMO untuk pembangkit tenaga listrik dipasok US$70/ton, sementara indeks batu bara Indonesia untuk kalori tinggi (ICI-1) berada disekitar US$102/ton.
“Asosiasi dan para ahli pertambangan mengingatkan bahwa biaya produksi naik akibat rasio pengupasan tanah yang makin tinggi, harga bahan bakar, serta kewajiban biodiesel, sehingga jika porsi DMO dinaikkan tanpa penyesuaian harga DMO, margin perusahaan akan makin tertekan. Tekanan margin ini sudah tecermin pada kinerja beberapa emiten batubara,” kata Josua.
Dia menyatakan realisasi harga jual rata-rata perusahaan pertambangan batu bara akan bergantung pada struktur kontrak jangka panjang dan komposisi kualitas batu bara.
Walhasil, perusahaan dengan portofolio kalori tinggi dan kontrak tetap cenderung bisa bertahan ketika harga batu bara bergerak pada rentang tersebut. Sebaliknya, produsen batu bara kalori rendah akan sangat bergantung pada pasar spot.
“Pada akhirnya, keberhasilan kebijakan DMO yang diperbesar tidak hanya diukur dari pengaruhnya terhadap harga global, tetapi juga dari keseimbangan antara tiga tujuan: menjaga keamanan pasokan dan harga energi di dalam negeri, menjaga keberlanjutan usaha dan investasi di sektor pertambangan, serta mempertahankan kontribusi penerimaan negara,” tegas Josua.
Untuk itu, selain mengatur porsi DMO dan menurunkan produksi, Josua mendorong pemerintah turut mengevaluasi harga batu bara khusus DMO agar tidak terlalu jauh tertinggal dari harga pasar, menyempurnakan formula Harga Batubara Acuan (HBA) agar lebih adaptif terhadap kondisi global dan struktur biaya, serta melakukan koordinasi erat dengan pelaku industri.
“Sehingga penyesuaian produksi berlangsung terukur dan tidak menimbulkan gejolak mendadak di pasar tenaga kerja maupun penerimaan fiskal,” ungkapnya.
Adapun, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno memberikan sinyal ingin menambah porsi DMO batu bara lantaran berencana memangkas produksi batu bara pada tahun depan.
Tri menjelaskan rencana kebijakan tersebut pada dasarnya menjadi opsi untuk ditempuh gegara pemerintah berwacana memangkas produksi batu bara pada tahun depan.
Tri menjelaskan jika produksi batu bara dipangkas dan porsi persentase DMO masih dalam besaran yang sama, volume batu bara yang wajib dipasok ke dalam negeri sebenarnya turun. Dengan demikian, wacana menaikkan porsi DMO ditempuh untuk menyeimbangkan hal tersebut.
“Logikanya, kalau misalnya kebutuhan segitu-segitu saja, persentase [DMO]-nya dinaikkan, berarti produksi diturunkan. Tentang sampai seberapa [menaikkan porsi DMO], belum,” kata Tri ditemui di kompleks parlemen, Kamis (13/11/2025).
Tri membuka peluang bahwa target produksi batu bara Indonesia pada tahun depan akan diturunkan menjadi dibawah 700 juta ton atau lebih rendah dari target produksi pada tahun ini sebesar 735 juta ton.
Selain itu, Tri menegaskan langkah yang direncanakan Kementerian ESDM tersebut ingin dilakukan untuk menjaga harga batu bara Indonesia agar tidak makin tertekan.
Dalam perkembangannya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegasakan wacana memperbesar porsi DMO dan memangkas produksi batu bara pada tahun depan tak diikuti dengan merevisi harga batu bara khusus DMO.
“Masih, masih [harga batu bara DMO],” kata Bahlil kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Kementerian ESDM menetapkan target produksi batu bara pada tahun ini sebanyak 735 juta ton. Sepanjang Januari—September 2025 ESDM mencatat produksi batu bara Indonesia mencapai 585 juta ton atau terkontraksi 7,47% secara tahunan.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai September 2025 minus 20,85% ke level US$17,94 miliar atau sekitar Rp298,79 triliun (asumsi kurs Rp16.655 per dolar AS).
Kinerja ekspor batu bara secara volume terkoreksi 4,74% ke level 285,23 juta ton sampai periode yang berakhir September 2025, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 299,41 juta ton.
Source:
Other Article
Liputan 6
Published at
1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
METRO
Published at
10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia
CNBC Indonesia
Published at