JAKARTA, KOMPAS.com - CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Perkasa Roeslani mengingatkan proyek Dimethyl Ether (DME) tidak boleh kembali terulang.

Pernyataan tersebut Rosan sampaikan saat diminta tanggapan terkait proyek hilirisasi yang dibahas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Presiden Prabowo Subianto dan Danantara, salah satunya terkait DME.

“DME ini dulu pernah dicoba dijalankan, sempat groundbreaking malah, tapi kemudian berhenti. Nah hal itu yang kami kalau Danantara tidak mau ada hal itu terjadi lagi,” kata Rosan di Istana Kepresidenan, kamis (6/11/2025).

Adapun DME merupakan gas yang didapatkan dari pengolahan batu bara. DME digadang-gadang menjadi substitusi gas LPG yang didominasi impor.

Rosan mengatakan, DME menjadi salah satu proyek yang dievaluasi secara menyeluruh bersama Presiden Prabowo dalam rapat terbatas.

Danantara meminta proyek DME dijalankan dengan teknologi terbaru dan paling efisien sehingga bisa berjalan secara maksimal.

“Sehingga pada saat kita mulai berjalan atau groundbreaking itu akan berjalan secara full dan sesuai dengan target-target yang dicadangkan investasi,” tutur Rosan.

Sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia menyebut, produksi DME menjadi salah satu topik yang disorot dalam rapat terbatas dengan Presiden Prabowo.

Bahlil mengatakan, saat ini, konsumsi LPG Indonesia mencapai 1,2 juta ton pertahun dan diprediksi bakal meningkat hingga 10 juta ton pada 2026.

Sementara itu, Prabowo menekankan pentingnya pembangunan industri guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

“Konsumsi kita nanti ke depan, di 2026, itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” ucap Bahlil, Kamis.