Kompas

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

Cadangan Batubara Indonesia, Cukupkah untuk 40 Tahun Lagi?

Pasar batubara Indonesia kini sedang menantang setelah tiga tahun yang fantastis, baik dari segi harga maupun permintaan pasar internasional. Sementara cadangan batubara nasional acap kali disebut masih melimpah di perut bumi negeri. Benarkah cukup untuk memenuhi kebutuhan selama lebih dari 40 tahun?

Sejak lonjakan harga batubara internasional pada 2022, hingga mencapai 400 dollar AS per ton, produksi nasional terus menanjak dan menorehkan rekor. Pada 2023, produksi batubara sebanyak 775,2 juta ton, sedangkan pada 2024 produksi mencapai 836 juta ton. Realisasi selalu di atas target nasional.

Kondisi itu dipengaruhi relatif terjaganya harga batubara internasional serta meningkatnya permintaan ekspor, terutama dari China dan India. Namun, memasuki 2025, kondisi tengah menantang karena kedua negara utama tujuan ekspor batubara Indonesia itu justru meningkatkan produksi dalam negeri.

Sementara di domestik, batubara berperan penting bagi ketahanan energi. Ketenagalistrikan nasional masih sangat bergantung pada batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Namun, dalam beberapa tahun terakhir, proporsi batubara yang diekspor cenderung meningkat dan mencapai lebih dari 60 persen.

Sebagai komoditas strategis, baik sebagai penopang kelistrikan nasional maupun pendulang penerimaan negara bukan pajak (PNBP), keberlanjutan batubara diperlukan. Benarkah melimpahnya cadangan batubara Indonesia sesuai dengan kebutuhan jangka panjang?

Sumber daya dan cadangan

Mengutip data Badan Geologi pada 2024, total sumber daya batubara Indonesia sebanyak 97,96 miliar ton, sementara total cadangan batubara sebanyak 31,95 miliar ton. Sumber daya batubara berarti mencakup total batubara yang mengendap di perut bumi, sedangkan cadangan ialah bagian dari sumber daya yang dapat ditambang secara ekonomis.

Sumber daya dan cadangan batubara tersebut terdiri dari tiga kategori kualitas, yakni kalori rendah, sedang, dan tinggi. Kalori rendah berarti 4.200 kkal/kg (gar) ke bawah, kalori sedang 4.200-5.200 kkal/kg (gar), dan kalori tinggi 5.200 kkal/kg (gar) ke atas.

Dari total sumber daya batubara pada 2024, kalori rendah dominan dengan 68,73 persen, diikuti kalori sedang 15,84 persen dan kalori tinggi 15,41 persen. Begitu juga pada cadangan batubara, didominasi kalori rendah dengan 75,28 persen, diikuti kalori sedang 14,2 persen dan kalori tinggi 10,5 persen.

Dari peruntukan, batubara kalori sedang dominan dimanfaatkan untuk PLTU. Batubara dengan kalori lebih tinggi umumnya untuk kebutuhan industri, termasuk semen. Adapun kalori rendah, dengan kadar air tinggi, memiliki keekonomian lebih rendah. Namun, bisa dicampur dengan kalori tinggi untuk menghasilkan batubara yang sesuai untuk pengguna akhir.

Berdasarkan data Badan Geologi pada 2024, total sumber daya batubara Indonesia sebanyak 97,96 miliar ton, sementara total cadangan batubara sebanyak 31,95 miliar ton. Dari angka tersebut, batubara kalori rendah dominan.

Ketua Indonesia Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo, Jumat (30/5/2025), mengatakan, seperti tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) 2025-2034, batubara masih akan dibutuhkan hingga 2026. Selanjutnya, diperkuat dengan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).

Menurut dia, cadangan batubara dengan kalori tinggi dan sedang perlu lebih dikedepankan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri meski saat ini pemerintah lebih meletakkan batubara sebagai revenue driver. Pasar ekspor untuk batubara kalori sedang dan tinggi perlu dikurangi.

Di sisi lain, aktivitas eksplorasi batubara perlu ditingkatkan. ”Lalu, perlu ada pengendalian produksi batubara dengan peta yang lebih pasti, baik dari sisi volume maupun kualitas. Peta ini akan menjadi arah bagi (perusahaan) tambang dalam membuat rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang disetujui pemerintah,” ujarnya.

Perlu memperhitungkan kualitas

Singgih menambahkan, dengan jumlah izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi yang mencapai 884 izin dan IUP eksplorasi sebanyak 11 izin, pemerintah perlu memetakan dampak ikutan (multiplier effect) kepada pemerintah daerah. Ini bagan dari perencanaan pengendalian produksi batubara nasional.

Mengutip Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2024, umur cadangan batubara pada 2024 ialah 43,93 tahun. Angka tersebut didapat dari perbandingan antara jumlah total cadangan terbukti (proven reserve) batubara dan produksi batubara pada tahun yang sama.

Diketahui, ada tren penurunan umur cadangan batubara dari 71,47 tahun (2020), 59,29 tahun (2021), 50,51 tahun (2022), dan 48,76 tahun (2023). Penurunan tersebut diakibatkan adanya peningkatan laju produksi batubara nasional yang tidak diimbangi penambahan cadangan baru.

Dari penghitungan Ditjen Minerba Kementerian ESDM itu, kondisi cadangan batubara saat ini bisa bertahan utuk 43,93 tahun. Namun, umur cadangan itu masih berdasarkan cadangan batubara Indonesia secara keseluruhan, belum mengacu pada klasifikasi kualitas atau jenis kalorinya.

Singgih menilai, akan berbahaya jika pengendalian produksi hanya mengacu volume tanpa berdasarkan jenis kalorinya. Bisa jadi, nanti batubara akan ada, tetapi kualitasnya tak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kelistrikan nasional. Pengendalian produksi nasional mesti juga memperhitungkan kualitas batubara.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Surya Herjuna dalam diskusi terkait batubara di Jakarta, Rabu (28/5/2025), menuturkan, saat ini, peran batubara masih besar, baik untuk PLTU maupun industri. Selain itu, tak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga kontributor PNBP.

Cadangan batubara dengan kalori tinggi dan sedang perlu lebih dikedepankan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri meski saat ini pemerintah lebih meletakkan batubara sebagai ’revenue driver’.

Ia menambahkan, batubara juga masih menjadi sumber energi yang paling murah dibandingkan dengan jenis energi lain. Oleh karena itu, salah satu hal yang terus didorong adalah peningkatan nilai tambah serta pemanfaatan batubara untuk pembangkit-pembangkit dengan teknologi yang mampu menekan emisi.

Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengemukakan, pasar batubara tengah menantang karena jauh menurunnya permintaan ekspor pada awal 2025. Produksi batubara Indonesia pada 2025 pun diperkirakan lebih rendah dibandingkan pada 2024.

Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia yang didominasi kalori rendah perlu mendapat perhatian. Sebab, melimpahnya cadangan saat ini bisa jadi tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan, khususnya untuk kepentingan domestik. Bagaimanapun, ketahanan energi dalam negeri perlu diutamakan sambil menyiapkan bentuk adaptasi batubara untuk kebutuhan masa depan.


Source:

IDX Channel.com

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

6/9/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

6/9/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Detik Kalimantan

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

6/9/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

CNBC Indonesia

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

6/9/25

Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega

Bloomberg Technoz

Published at

June 9, 2025 at 12:00 AM

6/9/25

Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by