Bisnis Indonesia
Published at
December 2, 2025 at 12:00 AM
Bea Keluar Batu Bara Berpotensi Biayai Program PLTS 100 GW
Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk menerapkan bea keluar atas ekspor batu bara mulai 2026 berpotensi menambah pemasukan negara yang dapat dialokasikan untuk membiayai program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 100 gigawatt (GW).
Direktur Eksekutif Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (Sustain) Tata Mustaya mengemukakan bea keluar batu bara tak hanya memainkan peran sebagai instrumen fiskal, tetapi kunci untuk mendukung transisi energi yang selama ini kerap menghadapi hambatan pembiayaan.
“Dengan pendapatan yang bisa mencapai Rp 360 triliun dalam empat tahun ke depan, kita punya kesempatan nyata untuk mewujudkan 100 GW energi surya dan membawa Indonesia menuju kemandirian energi hijau,” kata Tata, dikutip dari siaran pers, Senin (1/12/2025).
Berdasarkan skenario paling minimal dalam kajian Sustain yang menggunakan patokan Harga Batu bara Acuan (HBA) Oktober 2023, penerapan bea keluar berpotensi menghasilkan US$5,63 miliar atau sekitar Rp90 triliun per tahun.
Dalam empat tahun sisa masa pemerintahan Presiden Prabowo, potensi pendapatan ini dapat mencapai setidaknya Rp360 triliun. Nilai ini diestimasi cukup menjadi sumber pendanaan program 100 GW energi surya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengestimasi realisasi instalasi tenaga surya di 80.000 desa melalui Program 100 GW membutuhkan investasi mencapai US$100 miliar, atau sekitar Rp1.600 triliun.
Sementara itu, potensi pemasukan negara sebesar Rp360 triliun dari bea keluar batu bara dapat menjadi investasi awal bagi penerapan Program 100 GW di 18.000 desa atau lebih dari 20% jumlah desa di Indonesia, dengan kapasitas instalasi 1 megawatt (MW) di setiap desa.
Sustain menyebutkan pemerintah dapat mengalokasikan pembiayaan ini kepada beberapa desa percontohan, misalnya untuk desa di wilayah yang diproyeksikan akan mengalami peningkatan permintaan listrik, atau desa yang belum dialiri listrik, atau bahkan desa yang masih bergantung dengan listrik mahal dari bahan bakar diesel, sebagai langkah awal atau piloting untuk penerapan Program 100 GW.
Sustain pun menekankan bahwa pendapatan dari bea keluar batu bara harus dialokasikan secara jelas dan dikelola oleh Kementerian Keuangan untuk mendanai Program 100 GW agar kebijakan ini benar-benar mendukung agenda transisi energi.
Oleh karena itu, Sustain mendorong pemerintah untuk memastikan tiga hal utama yang mencakup penetapan bea keluar batu bara dengan skema progresif dan berkeadilan, pengalokasian penerimaan secara khusus (earmarking) untuk program 100 GW energi surya, dan Penguatan koordinasi lintas kementerian, terutama antara Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Kementerian Koperasi, dan PLN, untuk menjamin akuntabilitas dan efektivitas implementasi.
Source:
Other Article
Liputan 6
Published at
1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
METRO
Published at
10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia
CNBC Indonesia
Published at