BISNIS
Published at
November 12, 2025 at 12:00 AM
Batu Bara Kaltim Lesu, Ekspor Tergerus 8 Persen pada September 2025
Bisnis.com, BALIKPAPAN — Sektor perdagangan luar negeri Kalimantan Timur mengalami dinamika yang kontras pada September 2025.
Di sisi ekspor, Kaltim tercatat terkoreksi hingga 8,23% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun di sisi lain, impor Kaltim justru menanjak signifikan sebesar 41,21% dalam periode yang sama.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Yusniar Juliana menyatakan nilai ekspor September 2025 tercatat US$1,67 miliar, atau turun dari US$1,83 miliar pada Agustus 2025.
Sementara itu, impor membukukan nilai US$438,38 juta atau melonjak tajam dari US$310,45 juta pada bulan sebelumnya.
"Penurunan nilai ekspor disebabkan karena turunnya nilai ekspor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 16,37% dan 7,37%," kata Yusniar Juliana dalam keterangan resmi, Senin (10/11/2025).
Yusniar menambahkan, komoditas hasil tambang yang didominasi batu bara masih menjadi tulang punggung ekspor Kaltim dengan kontribusi mencapai 69,82% selama periode Januari hingga September 2025.
Hasil industri menempati posisi kedua dengan pangsa 20,50%, disusul sektor migas di posisi ketiga dengan kontribusi 9,58%.
Dari sisi golongan barang, penurunan paling dalam terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati yang merosot drastis sebesar US$150,95 juta atau 57,74%.
Pada saat bersamaan, ekspor berbagai produk kimia justru mengalami kenaikan terbesar dengan nilai US$19,95 juta atau naik 85% dibanding Agustus.
Pelabuhan Balikpapan, Samarinda, dan Bonthan Bay menjadi 3 pintu keluar utama komoditas ekspor Kaltim pada September dengan nilai masing-masing US$384,63 juta, US$338,22 juta, dan US$283,25 juta.
Sementara itu, Negeri Tirai Bambu masih mempertahankan posisinya sebagai tujuan ekspor terbesar Kaltim.
Selama Januari sampai dengan September 2025, ekspor ke China mencapai US$4,44 miliar atau menguasai 32,23% pangsa pasar.
India menyusul di peringkat kedua dengan nilai US$2,34 miliar (16,98%), diikuti Filipina sebesar US$1,19 miliar (8,67%).
Kendati demikian, ekspor ke China pada September 2025 mengalami kontraksi 14,12% dibanding Agustus, atau turun dari US$640,58 juta menjadi US$550,10 juta.
Penurunan serupa juga dialami ekspor ke Filipina yang susut 20,16% dan Jepang yang merosot 13,85%.
Selanjutnya, Yusniar menyebutkan lonjakan impor September 2025 terutama didorong oleh membengkaknya impor migas yang naik hampir 60% menjadi US$374,87 juta. Sebaliknya, impor nonmigas justru terkoreksi 16,55% menjadi US$63,51 juta.
"Peningkatan impor migas ini terjadi pada semua komoditas, dengan gas mencatat kenaikan tertinggi sebesar 49,30%, diikuti minyak mentah 47,42%, dan hasil minyak 16,55%," kata Yusniar.
Dari sisi golongan barang, kapal, perahu, dan struktur terapung mencatat kenaikan impor terbesar dengan nilai US$5,05 juta atau naik 61,36%.
Kemudian, impor kendaraan dan bagiannya anjlok 47,91% atau berkurang US$4,02 juta.
China juga tercatat mendominasi negara asal impor nonmigas dengan kontribusi 35,55% atau senilai US$315,96 juta selama Januari–September 2025.
Jerman dan Amerika Serikat menyusul dengan pangsa masing-masing 8,79% dan 7,92%.
Meski ekspor turun dan impor naik, neraca perdagangan Kaltim pada September 2025 tetap mencatatkan surplus sebesar US$1,24 miliar.
Angka ini ditopang oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$1,46 miliar, yang mampu menutupi defisit sektor migas senilai US$228,76 juta.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari hingga September 2025 membukukan surplus US$11,72 miliar.
Adapun, dia menuturkan nilai ekspor kumulatif periode tersebut masih lebih rendah 14,67%, yaitu hanya senilai US$15,24 miliar dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencapai US$17,86 miliar.
Source:
Other Article
Bisnis Indonesia
Published at
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Published at
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Published at
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Published at