Kabar Bursa

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

Batu Bara Global Masih Bearish, Pasokan Indonesia Tahan Koreksi

KABARBURSA.COM – Pergerakan harga batu bara global belum menunjukkan perubahan. Harga masih bearish, tergerus permintaan yang semakin hari terus menurun. China dan India, dua konsumen batu bara terbesar dunia, menurunkan jumlah permintaan. Ketidakpastian pasokan dari Indonesia sebagai produsen terbesar, juga menjadi katalis negatif.

Pada perdagangan Selasa, 16 Desember 2025, kontrak Newcastle Desember 2025 tertahan di USD108,6 per ton, sementara kontrak Januari dan Februari 2026 sudah bergeser turun ke kisaran USD106,6 per ton.

Di Eropa, harga Rotterdam bahkan berada di bawah USD100 per ton, dengan kontrak Desember 2025 di USD95,65 per ton. Secara struktural, ini menegaskan bahwa pasar global sedang melakukan repricing terhadap permintaan jangka menengah, khususnya untuk batu bara termal pembangkit listrik.

Tekanan utama datang dari sisi permintaan. Reuters mencatat pengiriman global batu bara termal pada 2025 diperkirakan turun 5 persen secara tahunan menjadi sekitar 945 juta ton. Ini adalah penurunan pertama sejak 2020.

Penurunan ini terutama dipicu oleh merosotnya impor Asia hingga 7 persen, di tengah transisi energi, perlambatan ekonomi, serta peningkatan bauran energi terbarukan dan gas.

Data Kpler memperkuat narasi bahwa volume ekspor batu bara global berpotensi telah mencapai puncaknya, sehingga ruang pemulihan berbasis volume menjadi semakin terbatas.

Indonesia Penahan Keruntuhan Batu Bara

Namun, di tengah sentimen bearish global tersebut, Indonesia justru menjadi faktor penahan kejatuhan harga. Sebagai eksportir terbesar batu bara low dan mid calorific value, Indonesia saat ini memasuki fase pricing firmness.

Hingga pertengahan Desember, kuota produksi nasional 2026 belum ditetapkan. Ini menjadi sebuah kondisi yang tidak lazim dan memicu kehati-hatian produsen. Ketidakpastian tersebut memunculkan kekhawatiran potensi pembatasan produksi, pengetatan ekspor, hingga wacana pajak ekspor dan pengetatan DMO.

Akibatnya, pasokan ke pasar spot cenderung tertahan meskipun pembeli Asia semakin agresif meminta diskon.

Struktur pasar seperti ini menciptakan anomali yang menarik. Harga global melemah karena permintaan turun, tetapi tidak runtuh karena pasokan Indonesia tidak sepenuhnya responsif terhadap tekanan harga.

Artinya, pelemahan yang terjadi lebih bersifat grinding lower, bukan sell-off tajam. Ini penting untuk membaca implikasinya ke saham batu bara di Bursa Efek Indonesia, khususnya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Tekanan harga batu bara tercermin cukup jelas pada pergerakan saham ITMG. Dalam satu bulan terakhir, saham ini terkoreksi 5,24 persen ke level 21.250, dengan volume transaksi 321.900 saham, jauh di bawah rata-rata bulanannya 1,35 juta saham.

Kombinasi penurunan harga dan volume yang relatif kecil menunjukkan bahwa pelemahan ITMG lebih banyak dipicu oleh minimnya minat beli ketimbang aksi jual panik. Pasar tampaknya sudah mulai mendiskon prospek margin ITMG yang sensitif terhadap harga batu bara internasional, mengingat porsi ekspornya yang besar dan ketergantungannya pada pasar seaborne.

PTBA menunjukkan karakter yang sedikit berbeda. Saham ini turun 2,56 persen ke level 2.280, dengan volume transaksi 655.700 saham, jauh di bawah rata-rata bulanan 10,56 juta saham. Tekanan harga yang lebih ringan dibandingkan ITMG mengindikasikan bahwa pasar masih memberikan bantalan valuasi terhadap PTBA, terutama karena profilnya sebagai BUMN dengan pasar domestik yang kuat dan keterkaitan dengan kebijakan DMO.

Namun, rendahnya volume juga menandakan bahwa investor belum melihat katalis jangka pendek yang cukup kuat untuk masuk agresif.

Dalam konteks ini, pelemahan saham batu bara bukan semata refleksi harga harian komoditas, melainkan penyesuaian ekspektasi jangka menengah. Dengan data global menunjukkan penurunan volume pengiriman dan sinyal bahwa permintaan Asia mulai melemah secara struktural, pasar ekuitas mulai menguji ulang asumsi keberlanjutan supercycle batu bara.

Ketahanan harga akibat pasokan Indonesia memang memberi penyangga, tetapi belum cukup untuk membalikkan sentimen secara menyeluruh.

Selama ketidakpastian kebijakan produksi Indonesia belum terjawab dan permintaan global belum menunjukkan tanda pemulihan, saham-saham batu bara seperti ITMG dan PTBA berpotensi bergerak dalam fase konsolidasi defensif. Setiap rebound harga cenderung bersifat teknikal dan rentan dimanfaatkan sebagai momentum profit taking, bukan awal tren naik baru.

Pasar kini menunggu satu hal yang krusial, yakni apakah ketahanan pasokan Indonesia mampu benar-benar menahan harga di tengah penurunan volume global, atau justru hanya menunda penyesuaian yang lebih dalam.

Source:

Liputan 6

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

12/18/25

1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam

Bisnis Indonesia

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

12/18/25

10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi

IDX Channel.com

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

12/18/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

METRO

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

12/18/25

10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia

CNBC Indonesia

Published at

December 18, 2025 at 12:00 AM

12/18/25

10 Perusahaan Tambang RI Paling Tajir Melintir, Cuannya Gak Masuk Akal

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by