Bloomberg Technoz

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

Ambiguitas Termal Vs Kokas Jadi Celah Bank Tetap Danai Batu Bara

Bloomberg, Satu dekade sejak Perjanjian Paris mencoba mengekang eksposur perbankan terhadap pendanaan bahan bakar fosil yang paling berpolusi, muncul polemik atas penggunaan dua jenis batu bara yang berbeda — dengan dua perangkat aturan yang juga sangat berbeda.

Jenis pertama adalah batu bara termal, yang dibakar di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk menghasilkan listrik. Batu bara jenis ini menghadapi pembatasan dari sekitar 150 perusahaan perbankan terbesar di dunia, menurut lembaga nirlaba Reclaim Finance yang berpusat di Paris.

Kedua adalah batu bara kokas atau metalurgi, yang digunakan untuk membuat baja. Komoditas kategori ini menghadapi penolakan dari hanya 13 perusahaan keuangan.

Pembatasan pendanaan pada batu bara termal telah digembar-gemborkan oleh para pegiat perubahan iklim sebagai tuas penting dalam memutus hubungan jangka panjang antara sektor keuangan dan bahan bakar fosil, sehingga membantu mempercepat pendanaan untuk transisi energi melalui proyek tenaga surya atau angin.

Masalahnya, perbedaan antara dua kategori batu bara tersebut dinilai tidak selalu begitu tepat sasaran. Bahkan, dalam beberapa kasus, perdagangan batu bara di dunia nyata justru dapat merusak upaya untuk mengisolasi penggunaan komoditas tersebut di sektor energi.

Sebagian batu bara kokas untuk pembuatan baja ternyata juga cocok untuk digunakan oleh pembangkit listrik, sehingga dapat memicu terjadinya pergantian kargo antarpasar saat permintaan berfluktuasi atau harga lebih menarik.

Meski volumenya kecil, perdagangan batu bara kokas telah mengalami kebangkitan di Asia karena sektor industri baja telah mendingin tahun ini, menurut pedagang komoditas di kawasan tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.

Hal ini mengikuti lonjakan dinamika setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, ketika utilitas pembangkit Eropa menuntut lebih banyak bahan bakar dan membuat harga batu bara termal melonjak.

Walau skala perdagangannya terbatas, penjualan batu bara kokas menimbulkan keraguan atas klaim perusahaan-perusahaan perbankan bahwa mereka akan membatasi paparan mereka terhadap pendanaan batu bara bagi industri energi, sambil terus mendukung penggunaan bahan bakar fosil di pabrik baja.

"Jika harga rendah, batu bara berkualitas tinggi [kokas] memang dapat digunakan untuk listrik dan panas," kata Daan Wentholt, seorang petugas pers di ING Groep NV yang berbasis di Amsterdam, salah satu kreditur terbesar bagi pedagang komoditas dan yang mulai keluar dari batu bara termal sekitar satu dekade lalu.

Hasilnya adalah bank "tidak dapat 100% yakin" bahwa mereka mematuhi komitmennya sendiri untuk mengurangi paparan pendanaan untuk batu bara termal hingga "hampir nol" tahun ini, katanya.

Pembangkit listrik di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan pembelian batu bara kokas semi-lunak, sejenis bahan metalurgi yang biasanya diklasifikasikan sebagai bahan baku pembuatan baja, menurut para pedagang.

Penambang, termasuk Whitehaven Coal Ltd. dan Peabody Energy Corp., produsen bahan bakar terbesar di Amerika Serikat (AS), telah mencatatkan peningkatan penjualan batu bara kategori kokas kepada pembangkit listrik.

"Tidak ada perbedaan 100% antara batu bara kokas dan batu bara termal dalam praktiknya," kata Nazmeera Moola, kepala bagian keberlanjutan di Ninety One Plc yang berkantor pusat di Cape Town, yang mengelola aset sekitar US$170 miliar dan memegang saham Thungela Resources Ltd., pemasok batu bara untuk sektor energi.

"Jadi, itu risiko yang masih ada."

Baik penambang maupun bankir telah lama berpendapat bahwa sangat penting untuk mempertahankan dukungan terhadap batu bara metalurgi karena hanya sedikit pembuat baja yang memiliki alternatif yang tersedia secara luas atau murah untuk proses yang membutuhkan bahan bakar fosil, dan karena produk mereka diperlukan untuk digunakan dalam segala hal mulai dari jaringan listrik hingga turbin angin.

"Batu bara untuk pembuatan baja diakui sebagai mineral penting di banyak negara," kata Gary Nagle, CEO Glencore Plc, salah satu penambang dan pedagang komoditas terbesar di dunia, kepada investor pada Februari.

"Diakui bahwa [batu bara kokas] ini diperlukan untuk transisi, jadi batu bara untuk pembuatan baja berada dalam kategori yang sama sekali berbeda dengan batu bara energi [termal]."

Sekitar 1,5 miliar ton batu bara diperdagangkan secara global setiap tahunnya — sekitar tiga perempatnya diperuntukkan bagi pembangkit listrik, menurut perkiraan pemerintah di Australia, pengirim utama produk metalurgi dan kedua setelah Indonesia untuk kategori termal.

Batu bara kokas semi-lunak dapat mencakup sebanyak sekitar 20% dari total pasar metalurgi, kata analis S&P Global Commodity Insights Paul Bartholomew.

Batu bara kokas atau metalurgi biasanya memiliki harga premium dibandingkan dengan batu bara termal yang ditujukan untuk pembangkit listrik, meskipun untuk beberapa jenis produk harganya baru-baru ini hampir sama.

Jika harga batu bara di sektor kelistrikan lebih menguntungkan, atau jika permintaan baja terus melemah, lebih dari sepertiga ekspor batu bara kokas semi-lunak Australia dapat dialihkan ke pasar termal tahun ini, kata Matt Anderson, direktur penelitian dan konsultasi di Commodity Insights Pty yang berpusat di Brisbane.

Australia mengekspor sekitar 24 juta ton batu bara kokas tersebut setiap tahun, menurut perkiraan perusahaan tersebut.

Para penambang mengakui bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengganti beberapa produk di antara pasar.

"Ini hanyalah masalah ekonomi" untuk jenis material kokas semi-lunak tertentu, kata CEO Whitehaven Paul Flynn dalam panggilan pendapatan pada Februari. Whitehaven menolak berkomentar lebih lanjut.

Menetapkan definisi yang tepat untuk kategori batu bara tidak selalu mencerminkan realitas dunia nyata yang "semuanya tentang nuansa abu-abu," kata Nick Stansbury, kepala solusi iklim di Legal & General dan sebelumnya kepala penelitian komoditas.

Sejak Agustus, selisih antara harga acuan kokas semi-lunak dan batu bara termal telah menyempit — dan produk-produk tersebut secara teratur diperdagangkan dalam kisaran US$10 per ton, menurut penyedia data globalCOAL dan Platts, S&P Global Commodity Insights.

Harga batu bara kokas semi-lunak turun pada Mei menjadi sekitar US$3 lebih rendah daripada beberapa produk batu bara termal.

Karena pasar termal memperhitungkan nilai kalor batu bara, yang sangat berharga karena menentukan jumlah panas yang dilepaskan selama pembakaran, para penjual baru-baru ini dapat memperoleh harga yang lebih tinggi untuk kargo semi-lunak dari produsen listrik daripada dari produsen baja, kata para pedagang.

Hal itu berpotensi menarik bagi para penambang yang berjuang dengan margin yang ketat. Di Queensland, sebanyak 30% produksi batu bara metalurgi saat ini tidak menguntungkan, menurut Stuart Bocking, CEO Coal Australia, sebuah badan advokasi industri.

Bank-bank besar, dan khususnya pemberi pinjaman AS, sudah meninjau pembatasan yang telah mereka terapkan pada proyek bahan bakar fosil, dan bersiap untuk meningkatkan aktivitas di sektor minyak, gas, dan batu bara, kata orang-orang yang mengetahui diskusi tersebut pada April.

Pembatasan pada batu bara sudah dapat sangat bervariasi. Beberapa mencegah pendanaan untuk tambang batu bara termal, sementara kebijakan lain mengambil pendekatan ambang batas dan mengecualikan perusahaan yang menghasilkan lebih dari persentase tertentu dari pendapatan dari komoditas tersebut, atau menghasilkan lebih dari volume tertentu.

Ambiguitas atas pengalihan beberapa kargo batu bara metalurgi ke pasar tenaga listrik dapat makin mengurangi dampak kebijakan tersebut, kata Yann Louvel, analis kebijakan lembaga keuangan senior di Reclaim Finance.

"Celah dapat membuat komitmen lembaga keuangan menjadi tidak berarti," ujarnya.

Sejak Desember, Goldman Sachs Group Inc., JPMorgan Chase & Co. dan rekan-rekan Wall Street telah memimpin eksodus pemberi pinjaman global dari Net-Zero Banking Alliance yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang telah menetapkan target emisi sukarela untuk sektor tersebut dan mendorong pembiayaan energi bersih yang lebih besar.

Presiden AS Donald Trump menandatangani serangkaian langkah pada April yang bertujuan untuk memperluas konsumsi dan produksi batu bara di dalam AS.

Dukungan politik tersebut dapat memacu pembiayaan untuk sektor tersebut, yang berjumlah sekitar US$13,9 miliar tahun ini hingga pertengahan Juni, dibandingkan dengan US$20,4 miliar pada periode yang sama 2024, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Perusahaan yang berbasis di China menyumbang lebih dari 80% pinjaman dan obligasi yang diterbitkan untuk perusahaan batu bara pada 024, dan 19 dari 20 entitas penjaminan emisi terbesar semuanya berkantor pusat di negara tersebut, data tersebut menunjukkan.

Di luar China, Bank of America Corp. (BofA) dan Jefferies Financial Group Inc. adalah penyedia pinjaman batu bara terkemuka.

Pada Desember 2023, BofA mengganti janji untuk tidak membiayai tambang batu bara termal baru dengan persyaratan untuk pemeriksaan yang ditingkatkan sebelum melakukannya, sebagai bagian dari penarikan yang lebih luas dari pembatasan bahan bakar fosil.

Tahun lalu, Macquarie Group Ltd. yang berkantor pusat di Sydney juga melonggarkan aturannya untuk mengizinkan pinjaman atau layanan konsultasi, dan investasi di tambang batu bara metalurgi, yang mencerminkan "alternatif yang layak terbatas" dalam pembuatan baja, kata bank tersebut dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Mei.

(bbn)

Source:

IDX Channel.com

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

6/25/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

6/25/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Detik Kalimantan

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

6/25/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

CNBC Indonesia

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

6/25/25

Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega

Bloomberg Technoz

Published at

June 25, 2025 at 12:00 AM

6/25/25

Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by