Kabar Bursa

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

AADI Tersengal: Era Superprofit Batu Bara Resmi Tutup Buku

KABARBURSA.COM - Setelah sempat menikmati masa kejayaan selama dua tahun terakhir, industri batu bara kini memasuki babak yang lebih realistis. Laporan riset UOB Kay Hian edisi 4 November 2025, menempatkan sorotannya pada tanda-tanda perlambatan di sektor energi.

Di sisi lain, pasar modal Indonesia justru menunjukkan ketahanan luar biasa. IHSG naik 1,4 persen ke level 8.275, dan menjadikan Jakarta sebagai salah satu bursa dengan kinerja terbaik di kawasan, bahkan ketika pasar global bergerak tanpa arah yang jelas.

Dari sisi makroekonomi, tekanan inflasi mulai terasa ringan namun nyata. Data menunjukkan inflasi Oktober naik menjadi 2,86 persen (yoy), didorong lonjakan harga pangan dan efek rambatan kenaikan harga emas dunia.

Pemerintah disebut ikut menambah tekanan harga lewat program makan siang gratis nasional, yang memperluas permintaan bahan pokok di pasar domestik. Namun, analis UOB menilai kenaikan ini bukanlah ancaman besar, melainkan konsekuensi dari faktor suplai yang bersifat sementara.

Proyeksi inflasi 2025 tetap di kisaran 2,70 persen, masih aman dalam target Bank Indonesia, dengan asumsi bahwa permintaan domestik tetap lemah. Dalam situasi ini, BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen sebelum akhir tahun. Ini menjadi langkah terukur untuk menjaga momentum pemulihan tanpa mengguncang stabilitas rupiah.

Tekanan Eksternal Masih Menempel Pada AADI

Pada level korporasi, Adaro Andalan Indonesia (AADI) menjadi contoh paling jelas bagaimana tekanan eksternal menekan kinerja pemain besar di sektor batu bara. AADI tengah berjuang mempertahankan profit di tengah penurunan harga batu bara dan tekanan biaya operasional yang meningkat.

Laba bersih kuartal ketiga merosot 32 persen secara kuartalan dan 60 persen secara tahunan menjadi USD159 juta. Ini terpukul oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP) hingga 19,5 persen dan kenaikan stripping ratio ke level 5x, yang menggerus efisiensi produksi.

Meski volume penjualan masih naik tipis 3 persen, dampaknya tak cukup besar untuk menahan penurunan margin. Meski begitu, UOB menilai kinerja sembilan bulan pertama masih sejalan dengan ekspektasi, yaitu setara 75 persen dari target setahun penuh.

Itulah mengapa rekomendasi BUY tetap dipertahankan, dengan target harga Rp13.000 per saham, atau potensi kenaikan 56 persen dari harga pasar Rp8.325.

Penyesuaian valuasi juga dilakukan. UOB memangkas asumsi harga batu bara 2025 sebesar 2 persen menjadi USD69,1 per ton, yang otomatis menurunkan proyeksi laba bersih sekitar 5,6 persen. Namun sisi menariknya, saham AADI kini diposisikan sebagai mesin dividen baru.

Dengan ekspansi capex yang rampung tahun depan dan utang yang hampir lunas, perusahaan akan beralih ke fase cash-generative. Inilah yang memungkinkan pembayaran dividen jumbo di kisaran 12–16 persen mulai 2026.

UOB memperkirakan margin EBITDA AADI akan kembali stabil di level 23–24 persen pada 2026–2027, seiring menurunnya beban bunga dan depresiasi. Faktor musiman juga menjadi katalis tambahan, yaitu menjelang musim dingin, permintaan batu bara untuk kebutuhan listrik global biasanya melonjak.

Dalam empat tahun terakhir, harga batu bara Newcastle 6.000 kalori naik rata-rata 72 persen dari kuartal pertama ke kuartal keempat, dan tren serupa diperkirakan kembali berulang tahun ini.

Valuasi AADI Termurah Dibanding Rekannya

Dari sisi valuasi, AADI masih relatif murah dibandingkan pemain sejenis. Dengan PE 2026 di 3,8x dan EV/EBITDA 2,7x, saham ini jauh di bawah rerata global yang berada di kisaran 12–14x PE, sekaligus mencerminkan potensi rerating jika sentimen sektor membaik.

Struktur modal perusahaan pun semakin kokoh: rasio utang terhadap ekuitas turun ke 0,3x pada 2025, bahkan diperkirakan hanya 0,1x pada 2027, jauh lebih sehat dibandingkan masa ekspansi besar-besaran pada 2021–2023.

Meski begitu, UOB juga mengingatkan bahwa proyeksi laba dua tahun ke depan masih berisiko tinggi. Permintaan dari Tiongkok yang menurun akibat transisi energi membuat harga batu bara sulit menembus kembali ke atas US$75 per ton.

Margin laba bersih yang turun ke 15,8 persen pada 2025 dari 22,8 persen pada 2024 menunjukkan bahwa pertumbuhan volume tidak lagi menjamin efisiensi. Selain itu, sensitivitas tinggi terhadap perubahan harga energi global tetap menjadi faktor yang membatasi fleksibilitas AADI. Pergerakan 1 persen pada harga jual bisa menggerakkan laba bersih hingga 3 persen.

Era superprofit sudah lewat, digantikan era disiplin modal. Fokus perusahaan kini bukan lagi ekspansi besar-besaran, melainkan menjaga arus kas bebas, memperkuat struktur keuangan, dan memberikan imbal hasil langsung kepada pemegang saham.

Dalam konteks itu, pandangan UOB Kay Hian tampak rasional, tetap optimistis terhadap nilai jangka menengah, tetapi sadar bahwa pertumbuhan spektakuler sudah menjadi bagian dari masa lalu sektor energi konvensional Indonesia.

Source:

Bisnis Indonesia

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

11/5/25

10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi

IDX Channel.com

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

11/5/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

Kontan

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

11/5/25

190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman

CNBC Indonesia

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

11/5/25

190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya

CNBC Indonesia

Published at

November 5, 2025 at 12:00 AM

11/5/25

2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by

Secretariat's Address.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Secretariat's Email.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Website created by