APBI-ICMA Ikut serta dalam acara Focus Group Discussion (FGD) mengenai Strategi Pengembangan Bisnis Berkelanjutan di Area Pascatambang di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan dalam Studi Innovation Regions for a Just Energy Transition (IKI JET) bersama dengan Indonesia Center for Renewable Energy Studies (ICRES) (22/1). Salah satu yang menjadi diskusi adalah bagaimana mengembangkan bisnis di areal pascatambang, baik yang sudah berjalan maupun kedepannya. Selain reklamasi dan rehabilitasi, pengembangan sektor lain yang merupakan pengembangan dari pertambangan diharapkan dapat dijalankan di era transisi energi. Narasi transisi energi menjadi dilematis dan kekhawatiran banyak pihak bahwa saat tambang tutup, masyarakat lingkar tambang menjadi sangar terdampak.
Studi dari Anwar Muhammad Foundation (AMF) di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan dengan melakukan riset lapangan dengan pihak-pihak yang terkait termasuk Dinas setempat, masyarakat dan perusahaan, menyimpulkan bahwa sejumlah altenatif bisnis yang cocok di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur serta klasifikasi keunggulan sebagai berikut:
Sumatera Selatan
1. Perbangkit Listrik Tenaga Surya - Unggul
2. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa - Unggul
3. Budidaya Ikan Air Tawar Unggul - Unggul
4. Agroforestri - Unggul
5. Industri Komoditas Pertanian - Unggul
6. Cultural Tourism - Potensial
7. Eco-Tourism - Unggul
Kalimantan Timur
1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya - unggul
2. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa - unggul
3. Budidaya Ikan Air Tawar - unggul
4. Agroforestri - unggul
5. Silvopastura - Potensial
6. Industri Komoditas Pertanian - unggul
7. Cultural Tourism - Potensial
8. Eco-Tourism - unggul
Sektor perkebunan dan pertanian paling memungkinkan sebagai awal dari pengembangan bisnis pascatambang. Diharapkan dengan bisnis agroforestry ini akan menjadi pengembangan model bisnis berikutnya. Namun perkembangan bisnis ini tentunya harus mempertimbangkan sisi regulasi, keuangan, dan sosial.
Terkait dengan reklamasi Tiyas Nurcahyani, S.T., M.Si, Koordinator Pengawasan Teknik Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI menjelaskan bahwa reklamasi ini terus berkembang, dari sekedar misi untuk menghijaukan, reklamasi sebagai sebuah kewajiban diharapkan juga memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar. Reklamasi bentuk lain juga terus dievaluasi agar programnya tepat sasaran.
Sementara dari perusahaan yang hadir juga memberikan contoh pengembangan bisnis yang sudah berjalan. Nanang Supriyadi dari PT?Kaltim Prima Coal (KPC) menyampaikan bahwa keberhasilan reklamasi baik atau buruk nya dapat dilihat dari air pada wilayah lahan reklamasi tersebut karena terdapat segregasi tanah pada penimbunan yang di reklamasi. Nanang mengatakan strategi jitu pengelolaan air tambang akan memberi nilai tambah sebagai pengendali banjir dan juga manfaat lainnya Pengembangan pascatambang yang dilakukan PT KPC juga ada seperti Serah terima Beasiswa Berdaya, Pelaksanaan USK, Kendaraan Ringan Otomotif, dan Workshop Literasi Digital.
Selain KPC, Axel T.I. Daely dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyampaikan juga mengenai bisnis perkembangan berkelanjutan yang ada di lahan pascatambang, Di PTBA sudah banyak dilakukan upaya seperti elektrifikasi listrik, PLTS, dan Penanaman kembali, Axel mengatakan bahwa sudah 2220 Ha Lahan yang sudah di reklamasi oleh PTBA khususnya daerah Tanjung Enim. Kegiatan termasuk pengembangan biomassa dilakukan untuk memberikan manfaat bagi lingkungan.
Sementara dari APBI menyampaikan potensi kebijakan dan penerapan Bisnis Berkelanjutan pascatambang perlu memperhatikan sejumlah hal penting. Hal ini terkait dengan sinkronisasi kenijakan dan startegi antara semua pemangku kepentingan. Anggota APBI selain KPC dan Bukit Asam banyak pula yang sudah berhasil dalam mengembangkan lahan reklamasinya. Perusahaan seperti ITM, Berau, TIA, PKN dan masih banyak lagi mempunyai banyak contoh keberhasilan reklamasi. Tidak hanya itu adapula pengembangan biodiversity dan hingga pengembangan wisata maupun pengembangan industri coklat. Tentu saja yang menjadi PR juga dari Asosiasi adalah agar bisa mensharing informasi kepada seluruh anggota IUP dimana reklamasi ini tidak sekedar pelaksanaan kewajiban namun juga berpikir bagaimana pengembangan bisnis model untuk masyarakat sekitar.
Keterlibatan Perempuan dan Ketahanan Pangan
Dalam diskusi tersebut, salah satu pemanfaatan bisnis di lahan pascatambang yang perlu terus digalakkan adalah yang berhubungan dengan pangan. Hal tersebut disampaikan Ir. Hanifah Husein, Direktur Utama Holding PT Syahid Indah Utama.
Dari berbagai hasil studi menyatakan kalau lahan pascatambang dapat ditanam berbagai tanaman pangan seperti sayur dan lainnya. Dengan pengembangan agrobisnis dari wilayah pascatambang akan memberikan nilai tambah untuk ketahanan pangan. Tidak hanya itu ia juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam mengelola lahan pascatambang.
Hal ini juga diamini oleh Prof Endah Sulistyawati – Dekan Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati ITB. Peran perempuan di wilayah lingkar tambang dalam memanfaatkan lahan pascatambang untuk ketahanan pangan perlu mendapat asistensi agar sasaran untuk keberlanjutan terpenuhi.
Selain ketahanan pangan, Prof Endah juga menyoroti tentang pengembangan spesies tanaman lokal yang dapat menjadi alternatif tanaman untuk reklamasi. Dari hasil penelitian, hanya ada sekitar 60-an spesies tanaman yg dikembangkan di Kalimantan Timur untuk reklasasi. Padahal ada sekitar 3000-4000 spesies tamanan lokal yang terdapat di daerah tersebut. Menurutnya pengembangan biodiversity sangat mungkin dilakukan perusahaan tambang karena kelengkapan fasilitasnya.