Antara News
Published at
May 14, 2025 at 12:00 AM
Transisi energi di IKN: 50 MW dari PLTS, 150 MW dari batu bara
Hujan baru reda saat saya memulai perjalanan ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Nusantara, salah satu pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Kalimantan.
Meski hanya lima kilometer dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN), perjalanan ini tak semudah yang saya kira.
Jalan menuju PLTS dari jalan tanah padat bertabur gravel yang keras berubah menjadi jalan tanah merah dengan kubangan lumpur licin, membuat motor penuh lumpur dan tubuh basah kuyup oleh keringat.
Tak ada waktu istirahat. Setibanya di gerbang PLTS, saya segera mengeluarkan kamera, mengejar sisa cahaya matahari sebelum tenggelam.
Sehari sebelumnya, saya bertemu dengan Direktur Transformasi Hijau Otorita IKN, Agus Gunawan, yang menggantikan Mohammed Ali Berawi.
Di bawah kepemimpinannya, proyek energi bersih yang sebelumnya masih dalam tahap perencanaan, kini telah terwujud dan berfungsi.
Di kantor Otorita, saya melihat sebagian besar ruangan berdinding kaca, memaksimalkan cahaya alami, mirip dengan konsep Istana Wakil Presiden yang dirancang oleh Daliana Suryawinata untuk efisiensi energi.
Agus menjelaskan bahwa saat ini IKN membutuhkan listrik 200 Megawatt (MW), yang digunakan untuk perkantoran, rumah sakit, hunian Aparatur Sipil Negara (ASN), rumah tapak menteri, transportasi listrik, dan bahkan pusat latihan tim nasional Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Sebagai kota terencana, Nusantara berkomitmen pada energi bersih seperti PLTS, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), panas bumi (geothermal), dan gas bumi. Ke depan, hidrogen akan menjadi bahan bakar utama, terutama setelah tahun 2040, mendukung bus dan truk berbasis fuel cell.
Saat ini, IKN tengah menjalani transisi energi Tahap I (2025-2030), dengan pembangunan PLTS skala besar, serta panel surya di gedung pemerintahan.
Tahap berikutnya (2030-2040) akan mempercepat pembangunan PLTA dan PLTB, serta mengembangkan Hidrogen Hijau sebagai sumber energi baru. Baterai penyimpanan juga diperkuat untuk memastikan pasokan energi tetap stabil.
Pada Tahap III (2040-2045), Nusantara ditargetkan menjadi kota pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan, tanpa ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Teknologi penyerapan karbon dan konsep Circular Economy diterapkan untuk memastikan keberlanjutan.
“Nusantara di masa depan bukan hanya kota modern, tetapi juga sepenuhnya hijau,” ujar Agus.
Panel Surya Nusantara
Di batas cakrawala barat, hutan akasia berdiri membingkai hamparan 21.600 panel surya yang terbentang di PLTS Nusantara, menyerap cahaya terakhir sebelum malam turun di IKN.
Lokasi PLTS ini, yang ternyata hanya lima kilometer dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN), menurut kajian PLN, adalah areal yang paling tinggi menerima radiasi matahari di seluruh kawasan IKN.
Suhu di sini berkisar 31-34 derajat Celsius, cukup membuat bule mengeluh gerah, kepanasan, dan banjir keringat.
“PLTS IKN ini bukan hanya salah satu pembangkit terbesar di Kalimantan, tetapi juga menyerap 337 tenaga kerja lokal,” ungkap Agus.
Proyek ini dimulai dari 10 Megawatt (MW) pada Maret 2024, tepat setahun setelah Presiden Joko Widodo memulai pembangunannya pada November 2023. Kini, sejak Mei 2024.
PLTS Nusantara sudah memasok 50 Megawatt photovoltaik (MWp), mengalirkan listrik melalui jaringan 20 kV, yang kemudian masuk sistem kabel bawah tanah di KIPP dan kawasan hunian.
“Jadi tidak ada tiang listrik yang kabelnya malang melintang di KIPP,” tegas Agus.
Proyek senilai USD64 juta atau Rp998,4 miliar ini dikerjakan oleh PLN Nusantara Renewables untuk tahap pertama bekerjasama dengan anak perusahaan PLN lainnya, PLN Nusantara Power.
Tahap kedua dikelola oleh PT Nusantara Sembcorp Solar Energi (NSSE), yang merupakan kolaborasi antara PLN Nusantara Renewables dan SembCorp Utilities Pte. Ltd, perusahaan energi yang berbasis di Singapura.
Agus menegaskan, bahwa PLTS Nusantara di IKN adalah satu tonggak dari transformasi energi hijau yang sedang berlangsung di Indonesia. Pembangkit ini juga berkontribusi mengurangi emisi karbon hingga 104,864 ton per tahun. “Angka ini setara dengan menanam ribuan pohon,” kata Agus lagi.
Saat peresmian oleh Presiden Joko Widodo, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo sempat menegaskan bahwa kelak PLN juga akan memanfaatkan potensi hidro seperti sungai dan danau yang ada di sekitar IKN.
Rencana jangka panjang untuk pengembangan energi di kawasan IKN juga mencakup pembangunan PLTA Kayan Cascade di Kalimantan Utara dengan kapasitas hingga 9.000 MW.
Selain itu, potensi energi terbarukan lainnya seperti mini-hidro dan mikro-hidro di Sungai Mahakam terus digali untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus berkembang.
“Tapi, harap diingat, ini masih masa transisi,” sebut Agus.
PLTS baru memproduksi 50 MW. Solar panel di atap gedung juga belum maksimal. Sementra kebutuhan listrik di Kota Nusantara sekitar 200 MW untuk mendukung operasional Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan fasilitas pendukung lainnya sudah terjadi.
Angka 200 MW juga mencakup kebutuhan listrik untuk perumahan, infrastruktur transportasi, serta fasilitas umum seperti rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, juga fasilitas olahraga.
“Sementara kita melayani ibu kota negara, tempat keputusan penting dibuat dan banyak hal dirancang dan dipikirkan,” jelas Agus. Di sini jangankan padam, berkedip saja listrik tidak boleh.
Kekurangan 150 MW pun ditutupi PLN dengan menyambungkan IKN dengan jaringan distribusi listrik Sistem Mahakam, jaringan yang selama ini memenuhi energi untuk Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, dan sekarang juga termasuk Bontang dan Sangatta.
PLN membangun gardu induk (GI) khusus yaitu GIS 4 Sepaku/KIPP. GIS adalah singkatan Gas Insulated Switchgear, gardu induk yang menggunakan gas sebagai isolasi, yaitu sulfur hexafluoride (SF6) yang memiliki sifat menolak listrik yang sangat baik. Selain itu, GIS lebih kompak sehingga membutuhkan ruang fisik bangunan yang lebih kecil.
“GIS juga lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti cuaca buruk, polusi, dan gempa bumi. Keandalannya tinggi karena isolasi gas tidak dipengaruhi oleh kelembaban atau polusi,” jelas General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Kalimantan Bagian Timur, Raja Muda Siregar.
“GIS menjadi jawaban atas tugas yang diberikan kepada PLN dalam membangun sistem kelistrikan dengan konsep IKN yang mengedepankan listrik yang smart,” jelas Raja.
Ia menambahkan, GIS 4 IKN adalah bagian dari empat infrastruktur ketenagalistrikan yang masuk dalam stream 1 atau menjadi tanggung jawab PLN UIP KLT untuk melistriki IKN.
Selain GIS 4, terdapat pula proyek pembangunan GI 150 kV Kariangau Ext 2 LB Arah GIS 4 IKN/Sepaku, jalur transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dari Kariangau ke Landing Point GIS 4 IKN/Sepaku, dan SKTT/SUTT 150 kV Landing Point GIS 4 KIPP ke GIS 4 IKN/Sepaku.
Sistem Mahakam saat ini memiliki daya mampu sebesar 911 MW, dengan beban puncak sekitar 501 MW. Ada surplus daya hingga 410 MW.
Sistem Mahakam juga telah tersambung dengan Sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Seluruhnya menghasilkan daya mampu sebesar 2.369 MW. Daya tersebut surplus jauh di atas beban puncak yang saat ini masih 1.545 MW sehingga tersedia banyak kalau hanya untuk memasok IKN yang perlunya hanya 150 MW.
Namun demikian, bagi IKN, pasokan dari Sistem Mahakam adalah catatan, sebab listrik Sistem Mahakam dipasok oleh pembangkit dengan bahan bakar batubara.
Ada 26 pembangkit penopang Sistem Mahakam yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk merebus air untuk mendapatkan tekanan uap guna memutar turbin dan mendapatkan listrik.
Batubara jelas bukan energi bersih karena pembakarannya menghasilkan berbagai emisi, terutama gas karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang berkontribusi pada polusi udara dan perubahan iklim.
Selain itu pembakaran batubara juga menghasilkan partikel debu dan polutan lain yang mencemari lingkungan.
“Karena itulah ini disebut masa transisi,” tegas Agus sekali lagi. Transisi, perubahan, pergantian, secara bertahap dan terencana.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Published at
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Published at