Bloomberg Technoz
Published at
May 9, 2025 at 12:00 AM
Sederet Aral Ekspor Batu Bara RI, Tak Cuma Saingan Lawan Rusia
Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan analis komoditas berpendapat tantangan ekspor batu bara Indonesia dalam memperebutkan pangsa pasar di China tidak hanya persoalan kompetisi dengan pemasok Rusia, yang menawarkan harga lebih murah.
Equity Research Analyst Ajaib Sekuritas Rizal Rafly mengatakan kondisi pasar batu bara global saat ini saja sudah oversupply, sehingga permintaan dan harga turun tertekan.
“Tantangan utama Indonesia bukan cuma dari Rusia, tetapi juga dari oversupply [batu bara] global dan perubahan struktural energi, sehingga respons terbaik adalah efisiensi biaya, perluasan pasar, dan percepatan hilirisasi,” kata Rizal saat dihubungi, Kamis (8/5/2025).
Rizal menyebut persaingan batu bara Indonesia dengan Rusia di pasar China makin ketat karena Moskwa menawarkan harga lebih murah dan lokasi yang lebih dekat. Namun, ancaman utama justru datang dari sisi permintaan batu bara yang lesu dari Beijing.
Bagaimanapun, dia mengutip harga batu bara di Newcastle Coal sempat rebound ke level US$98/ton dari titik terendah US$93,7/ton.
Akan tetapi, nilai tersebut masih turun sebesar 20% year to date (ytd) akibat musim dingin hangat di China, penurunan output pembangkit listrik sebesar 1,3% yoy pada awal tahun, serta peningkatan produksi domestik China yang ditargetkan naik 1,5% ke 4,82 miliar ton pada 2025.
Di sisi lain, Indonesia juga mencetak rekor produksi batu bara sebesar 836 juta ton pada 2024 atau 18% di atas target yang ditetapkan di tengah permintaan yang stagnan karena investasi energi alternatif di Asia.
Secara terpisah, Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga ekspor batu bara ke China.
Pertama, fleksibilitas dalam kebijakan harga. Kedua, peningkatan kualitas melalui bauran batu bara dan coal upgrading. Ketiga, dorongan hilirisasi batu bara seperti menjadi metanol, dan diversifikasi ekspor.
Dalam kesempatan terpisah, Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani membenarkan ekspor batu bara tidak hanya diadang oleh faktor permintaan dari pasar utama—seperti China dan India — yang kian tergerus.
Namun, penambang kini dihadapkan pada persaingan dari Rusia yang makin agresif masuk ke pasar Asia setelah Moskwa dilarang mengekspor ke Eropa. Negeri Beruang Merah disebut kian getol memasok ke China, yang selama ini menjadi pasar andalan batu bara RI.
“Rusia menawarkan harga lebih kompetitif, memperketat persaingan dengan batu bara Indonesia,” ujarnya.
Untuk diketahui, pada Maret, impor batu bara Rusia oleh China naik 6% secara anual menjadi 7,33 juta ton. Namun, China juga menaikkan pembelian batu bara dari pemasok lain seperti Australia dan Mongolia. Adapun, Indonesia masih menjadi penyuplai utama batu bara ke Negeri Panda.
Tidak hanya itu, masalah geopolitik global dan perang tarif Amerika Serikat (AS)-China makin menambah ketidakpastian bagi pasar komoditas batu bara.
“Banyak pembeli menahan diri dan mengambil posisi wait and see terhadap kontrak pembelian baru,” terang Gita.
Hal ini menjadi salah satu alasan di balik turunnya kinerja ekspor batu bara Indonesia pada kuartal I-2025, yang merefleksikan adanya tekanan nyata dari sisi permintaan global dan kompetisi pasar.
Kendati demikian, Gita mengatakan Indonesia masih memiliki celah untuk bisa memacu ekspor ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang masih membutuhkan batu bara sebagai bagian dari bauran energi mereka.
“Meski tidak bisa sepenuhnya menggantikan porsi ekspor ke China atau India,” kata Gita.
(mfd/wdh)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Kontan
Published at
Ada Rencana Pemberian Insentif Hilirisasi, Emiten Batubara Berpotensi Diuntungkan
Reuters
Published at