CNBC Indonesia
Published at
July 23, 2025 at 12:00 AM
Inspeksi Tambang China Bikin Heboh, Batu Bara Langsung Meledak
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya menguat setelah dua hari ambruk.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (22/7/2025) ditutup di posisi US$ 112,5 per ton. Harganya terbang 2,32%. Penguatan ini memutus tren negatif batu bara yang turun 2,7% dalam dua hari sebelumnya.
Kenaikan harga batu bara ditopang oleh penguatan batu bara jenis kokas. Harganya di China menyentuh batas atas untuk hari perdagangan kedua berturut-turut.
Kenaikan ini terjadi di tengah spekulasi pasar terkait kemungkinan inspeksi pemerintah di pusat-pusat produksi batubara utama di negara tersebut, yang berpotensi menyebabkan gangguan pasokan.
Kontrak coking coal paling aktif di Dalian Commodity Exchange melonjak hampir 8% ke level tertinggi sejak 19 Maret, yaitu CNY 1.048,5 (sekitar US$146,19) per ton.
Batu bara kokas atau metallurgical coal, biasanya digunakan untuk memproduksi kokas dalam proses pembuatan baja. Harga kokas juga tercatat menyentuh batas atas harian.
Kenaikan harga ini dipicu oleh beredarnya dokumen yang diklaim berasal dari Administrasi Energi Nasional (NEA) yang menyerukan dilakukannya inspeksi di tambang batubara di delapan provinsi, untuk memeriksa apakah produksi melebihi kapasitas yang diizinkan. Hal ini disampaikan oleh Simon Wu, konsultan senior di Wood Mackenzie.
"Hal ini berpotensi mengurangi pasokan efektif ke pasar," ujar Wu, dikutip dari Reuters.
Reuters belum dapat memverifikasi keaslian dokumen yang beredar di media sosial dan dikaitkan dengan pemerintah provinsi Henan, yang konon memuat perintah inspeksi dari NEA.
Selain itu, harga juga menyentuh batas atas harian pada Senin, didorong oleh ekspektasi meningkatnya permintaan setelah pemerintah Beijing mengumumkan telah memulai pembangunan bendungan tenaga air terbesar di dunia yang berlokasi di Tibet.
Analis dari lembaga konsultasi Lange Steel memperkirakan proyek raksasa ini diperkirakan akan menciptakan permintaan baja antara 3,5 juta hingga 6 juta ton.
Sebaliknya, Filipina, salah satu pasar listrik yang paling bergantung pada batu bara di dunia, telah meningkatkan impor LNG (gas alam cair) dan pembangkit listrik berbahan bakar gas dalam beberapa tahun terakhir.
Porsi pembangkit listrik berbahan bakar gas melonjak menjadi 17,5% pada paruh pertama 2025, naik dari 14% pada tahun penuh 2024 dan dari rekor terendah 13,9% pada 2023.
Di saat yang sama, pangsa batu bara dalam bauran energi listrik Filipina merosot menjadi 57,2% pada Januari-Juni 2025, turun dari rekor tertinggi 61,9% sepanjang tahun 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mae/mae)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Published at