Kontan
Published at
May 28, 2025 at 12:00 AM
Harga Batubara Bangkit Lagi, Dipicu Cuaca Buruk yang Menghambat Produksi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga batubara berjangka merangkak naik, keluar dari tren penurunan dua bulan terakhir. Namun, situasi ini disebut tak berkaitan dengan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang belakangan memantik ketidakpastian global.
Mengutip Trading Economics, Selasa (27/5), harga batubara berjangka dibanderol seharga US$ 100,40 per ton. Dalam sebulan, nilainya naik 5,02%.
Jika dibandingkan, pada bulan April lalu batubara berjangka memang sempat menyentuh harga US$ 93,7 per ton, titik terendahnya dalam empat tahun terakhir.
Pekan lalu, batubara berjangka berhasil kembali ke level harga US$ 100 per ton dan masih bertahan hingga hari ini. Itu terjadi seiring kesepakatan penundaan tarif AS dengan sejumlah negara, yakni China dan Uni Eropa.
Namun, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut sentimen positif soal penundaan tarif itu bukan katalis utama dalam penguatan harga batubara berjangka kali ini.
“Saya melihat investor tidak akan terlalu gegabah merespons sesuatu yang berkaitan dengan tarif mengingat inkonsistensi dan kontroversi Trump, hanya kecuali ada kesepakatan resmi,” kata Lukman kepada Kontan, Selasa (27/5).
Lukman menilai penguatan harga batubara berjangka ini lebih disebabkan oleh cuaca buruk yang mengakibatkan banjir besar di Australia dan menghambat produksi.
Secara historis, banjir di Australia, sebagai negara penambang utama, memang otomatis mendorong naik harga batubara. Ini sudah pernah terjadi pada 2022 lalu.
Namun, Lukman bilang penguatan harga ini hanya sementara. Pasalnya, pasar masih mengantisipasi kelebihan stok seiring peningkatan produksi dari negara-negara penambang.
“Belum ada data positif yang mendukung. Pasokan masih melimpah, seperti dari Indonesia. Produksi di China dan India pun masih sangat tinggi,” sebut Lukman.
Pada April lalu, produksi batubara India diketahui tumbuh 3,63% secara tahunan (yoy). Dus, China juga berencana meningkatkan produksi sebesar 1,5% secara yoy menjadi 4,82 miliar ton tahun ini. Tak beda jauh, Kementerian ESDM juga menargetkan peningkatan produksi batubara sebesar 3,52% secara yoy menjadi 735 ton tahun ini.
Pasokan yang melimpah itu semakin diberatkan dengan risiko penurunan permintaan akibat peralihan ke sumber daya alternatif.
Proyeksi Lukman, harga batubara berjangka bakal kembali turun ke rentang US$ 90 – US$ 95 per ton hingga kuartal III-2025. Menurutnya, ekonomi China dan India sebagai konsumen terbesar dunia bakal menjadi penentu arah pergerakan harga batubara ke depannya.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Published at
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Published at
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Published at