Bloomberg Technoz
Published at
July 24, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Naik 2% Setelah Turun 2 Hari Beruntun
Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara naik pada perdagangan kemarin. Penguatan datang setelah harga si batu hitam turun 2 hari beruntun.
Pada Selasa (22/7/2025), harga batu bara global di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$112,5/ton. Menguat 2,32% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Sebelum penguatan signifikan ini, harga batu bara sempat turun 2 hari berturut-turut. Selama 2 hari tersebut, harga terakumulasi melemah 1,9%.
Selama sebulan perdagangan belakangan, harga batu bara masih mampu menghijau 1,08% berdasarkan data Bloomberg per 23 Juli.
Lalu bagaimana ‘ramalan’ harga batu bara untuk hari ini? Berapa saja target yang perlu dicermati oleh pelaku pasar?
Secara teknikal dengan perspektif harian (time frame daily), batu bara mulai memasuki tren bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 54.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI batu bara tidak terlalu jauh dari 50, sehingga boleh dibilang cenderung netral- sedang menguji tren baru, atau sudah jenuh jual (oversold).
Aura oversold juga terasa dari indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 15. Paling dalam dan terendahnya, sangat jenuh jual.
Untuk itu, sepertinya harga batu bara bisa lanjut naik hari ini. Target resistance terdekat ada di US$114,4/ton. Jika tertembus, posisi US$116 bisa menjadi target selanjutnya.
Target paling optimis ada di US$123/ton yang merupakan sMoving Average (MA) 200.
Sementara support terdekat adalah US$111/ton. Penembusan di titik ini bisa menyeret harga batu bara tertekan menuju US$110/ton.
Target paling pesimistis adalah US$107/ton, jika gagal melangkahi target pertama.
Sedangkan indikator Average True Range (ATR) 14 hari ada di 1,96. Menunjukkan volatilitas harga mulai melaju fluktuatif cepat.
Dengan penurunan yang sudah terjadi 2 hari beruntun, rasanya harga batu bara akan rebound dan melanjutkan tren penguatan. Ada kemungkinan naik, dengan target resistance terdekat di kisaran US$114—US$116/ton.
Produksi dan Persediaan Melimpah
Sepanjang tahun ini (year–to–date/ytd), harga batu bara masih jatuh 15%. Dalam setahun perdagangan, harga terpangkas lebih dari 22%.
Faktor utama yang membebani manuver harga batu bara adalah pasokan yang melimpah, terutama di China. Baru–baru ini, Pemerintah China menegaskan akan menutup tambang batu bara yang terbukti berproduksi melebihi batas izin.
Sikap itu belakangan menunjukkan keseriusan otoritas dalam menertibkan kelebihan kapasitas di berbagai industri.
Seperti yang dilaporkan Bloomberg News, Administrasi Energi Nasional (National Energy Administration/ NEA) tengah melakukan inspeksi selama 1 bulan di 8 provinsi dan wilayah, termasuk pusat produksi batu bara terbesar seperti Shanxi, Mongolia Dalam, Shaanxi, dan Xinjiang.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya penertiban aktivitas tambang berlebih yang dinilai telah menyebabkan distorsi pasar.
Beijing bermaksud mengendalikan kelebihan kapasitas — mulai dari industri baja hingga panel surya dan otomotif — kembali mengemuka dalam beberapa pekan, seiring upaya Pemerintah menahan tekanan deflasi yang membebani ekonomi.
Adapun sebagai catatan, China memproduksi hampir 5 miliar ton batu bara pada tahun lalu, dan diperkirakan akan mencatatkan rekor produksi untuk tahun ketujuh berturut–turut pada 2025.
Wilayah yang menjadi target inspeksi—termasuk provinsi Anhui, Henan, Guizhou, dan Ningxia—menyumbang lebih dari 90% total produksi batu bara nasional.
(fad/wdh)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Published at