Investor Daily
Published at
April 17, 2025 at 12:00 AM
Harga Batu Bara Jatuh, Dibayangi Data China
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara jatuh pada Rabu (16/4/2025). Hal itu karena dibayangi data pembangkit listrik termal China menurun pada Kuartal I-2024, sedangkan sumber energi terbarukan meningkat.
Harga batu bara Newcastle untuk April 2025 turun US$ 1,25 menjadi US$ 94,25 per ton. Sedangkan Mei 2025 jatuh US$ 2,25 menjadi US$ 98,25 per ton. Sementara itu, Juni 2025 terkoreksi US$ 1,55 menjadi US$ 103,1 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk April 2025 melemah US$ 0,8 menjadi US$ 103,5. Sedangkan, Mei 2025 turun US$ 1,25 menjadi US$ 101,15. Sedangkan pada Juni 2025 terkoreksi US$ 0,7 menjadi US$ 102,15.
Dikutip dari Reuters, pembangkit listrik termal di China, yang sebagian besar berasal dari batu bara, mengalami penurunan sebesar 2,3% pada bulan Maret dan 4,7% pada kuartal pertama tahun 2024, menurut data resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) pada hari Rabu.
Peningkatan pembangkit listrik dari tenaga air dan sumber energi terbarukan lainnya turut menjadi penyebab penurunan pembangkit listrik termal di China tersebut.
Pada Maret, pembangkit listrik termal China tercatat mencapai 509,9 miliar kilowatt-jam (kWh), sementara pada kuartal pertama totalnya mencapai 1,53 triliun kWh. pembangkit listrik yang menggunakan gas alam juga memberikan kontribusi kecil terhadap total pembangkit listrik termal tersebut.
Sebaliknya, pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan sumber energi terbesar kedua di China, meningkat sebesar 9,5% menjadi 78,1 miliar kWh pada bulan Maret.
Pertumbuhan total pembangkit listrik secara keseluruhan kembali mencatatkan angka positif sebesar 1,8% pada bulan Maret setelah sempat mengalami penurunan sebesar 1,3% pada dua bulan pertama tahun ini. Penurunan ini sebagian disebabkan oleh musim dingin yang lebih hangat dari biasanya yang mengurangi permintaan energi.
Penurunan Permintaan Listrik
Data untuk Januari-Februari 2024 menunjukkan penurunan permintaan listrik pertama kali sejak 1998, kecuali pada masa pandemi Covid-19 dan krisis finansial 2008. Data tersebut digabungkan untuk kedua bulan agar dapat menghaluskan pengaruh Tahun Baru Imlek.
Namun, data dari Administrasi Energi Nasional (NEA) menunjukkan bahwa permintaan listrik justru meningkat 1,3% selama dua bulan tersebut. Laporan NEA ini juga mencakup pembangkit listrik dari energi terbarukan berskala kecil, seperti solar distributed, yang tidak termasuk dalam laporan NBS.
NBS melakukan survei terhadap perusahaan industri dengan pendapatan tahunan setidaknya 20 juta yuan (sekitar US$ 2,8 juta) dari operasi utamanya.
Secara keseluruhan, pembangkit listrik termal China diperkirakan akan meningkat sebesar 1,5% untuk 2024. Meskipun demikian, angka ini merupakan laju pertumbuhan terendah dalam sembilan tahun terakhir, kecuali pada masa pandemi Covid-19.
Batu bara di China sebagian besar digunakan untuk sektor pembangkit listrik, namun juga dimanfaatkan dalam aplikasi industri dan pemanas.
Source:
Other Article
Warta Ekonomi
Published at
APBI Nilai Kebijakan Batu Bara Trump Tak Ganggu Ekspor Indonesia
Majalah Tambang
Published at
AS Balik ke Batu Bara, Genjot Produksi Pasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Majalah Tambang
Published at
Berau Coal Gelar Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Cokelat Bagi Masyarakat Lingkar Tambang
CNBC Indonesia
Published at
Bukan Pasar Utama, Tapi Begini Efek Tarif Trump ke Ekspor Batu Bara RI
Kontan
Published at