Bloomberg Technoz
Published at
July 24, 2025 at 12:00 AM
DME Batu Bara Dijatah Terbesar dari 18 Proyek Prioritas Danantara
Bloomberg Technoz, Jakarta – Gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) senilai Rp164 triliun tercatat memiliki nilai kebutuhan investasi terbesar dari 18 proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi yang akan dibiayai oleh BPI Danantara.
Dalam paparan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, terungkap bahwa pemerintah berencana membangun proyek DME batu bara di 6 lokasi, yakni; Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali hingga Banyuasin.
Bahlil menjelaskan DME batu bara tersebut masuk menjadi salah satu dari delapan proyek di sektor mineral dan batu bara (minerba). Nantinya, proyek tersebut akan terdiri dari proyek yang belum dijalankan dan juga proyek baru.
Dia pun menyinggung bahwa dirinya pernah melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek DME batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan ketika masih menjadi Menteri Investasi.
Bahlil tak menampik proyek DME batu bara di Muara Enim tersebut mangkrak pembangunannya. Meskipun menjadi salah satu proyek prioritas yang akan digarap pemerintah, ujarnya, DME batu bara masih berpotensi tidak dilanjutkan.
“Proyek baru yang dimasukkan itu adalah proyek yang belum dijalankan. Akan tetapi, kalau yang sudah dikaji, memang kajiannya butuh waktu yang lama,” kata Bahlil usai penyerahan dokumen pra studi kelayakan proyek hilirisasi dan ketahanan energi, dikutip Rabu (23/7/2025).
“Kan pernah juga kita melakukan groundbreaking di Sumsel, dahulu waktu itu saya masih jadi Menteri Investasi. Pernah kita melakukan groundbreaking, tetapi kan enggak jalan. Itu masih bagian ikutan, cuma memang tempatnya belum tentu di situ,” tegas dia.
Adapun, proyek DME itu mengambil bagian sekitar 26,52% dari keseluruhan nilai investasi proyek yang diajukan Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional ke Danantara. Proyek itu juga diklaim dapat menyerap 34.800 tenaga kerja.
Besarnya porsi DME batu bara dalam proyek hilirisasi yang akan disokong Danantara sekaligus mengonfirmasi sinyal yang dilempar Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno pada Maret.
“Paling gede DME. Proyek DME-nya 4, itu [nilai investasinya] sekitar US$ 11 miliar,” ujar Tri ditemui di kantornya, Selasa (4/3/2025).
Saat itu, bagaimanapun, rencana hilirisasi yang akan diajukan ke Danantara mencakup 21 proyek. Tri mengatakan nilai investasi gasifikasi batu bara menjadi DME ditaksir mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp180,8 triliun dari total investasi untuk 21 proyek hilirisasi tahap pertama yang menembus Rp659,2 triliun.
Tri ketika itu memerinci proyek hilirisasi dari sektor pertambangan akan mencakup 4 proyek hilirisasi batu bara menjadi DME, 1 proyek hilirisasi besi, 1 proyek hilirisasi alumina, 1 proyek hilirisasi alumunium, 2 proyek hilirisasi tembaga, dan 2 proyek hilirisasi nikel.
Daftar 18 Proyek Prioritas Hilirisasi dan Ketahanan Energi:
Proyek Sektor Minerba
Industri Smelter Aluminium (Bauksit) Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp60 triliun.
Industri DME (batu bara) di Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, Banyuasin dengan nilai investasi Rp164 triliun.
Industri aspal di Buton, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi Rp1,49 triliun.
Industri Mangan Sulfat di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nilai investasi Rp3,05 triliun.
Industri Stainless Steel Slab (Nikel) di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan nilai investasi Rp38,4 Triliun.
Industri Copper Rod, WIre & Tube (katoda tembaga) di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp19,2 triliun.
Industri Besi Baja (Pasir Besi) di Kabupaten Sarmi, Papua dengan nilai investasi Rp19 triliun.
Industri Chemical Grade Alumina (Bauksit) di Kendawangan, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp17,3 triliun.
Proyek Sektor Pertanian
Industri Oleoresin (Pala), di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan nilai investasi Rp1,8 triliun.
Industri Oleofood (Kelapa Sawit) di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK) Rp3 triliun.
Industri Nata de Coco, Medium-Chain Triglycerides (MTC), Coconut Flour, Activated Carbon (Kelapa) di Kawasan Industri Tenayan, Riau dengan nilai investasi Rp2,3 triliun.
Proyek Sektor Kelautan dan Perikanan
Industri Chlor Alkali Plant (Garam) di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT dengan nilai transaksi Rp16 triliun.
Industri Fillet Tilapia (Ikan Tilapia) di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan nilai investasi Rp1 triliun.
Industri Carrageenan (Rumput Laut) di Kupang, NTT dengan nilai investasi sebesar Rp212 miliar.
Proyek Ketahanan Energi (Kilang 1 Juta Barel)
Kilang Minyak (Oil Refinery) dengan nilai investasi sebesar Rp160 triliun.
Tangki Penyimpanan Minyak (Oil Storage Tank) dengan nilai investasi sebesar Rp72 triliun.
Proyek tersebut tersebar di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak
Proyek Transisi Energi
Modul Surya Terintegrasi (Bauksit dan Silika) di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah dengan nilai investasi Rp24 triliun.
Industri Bioavtur (Used Cooking Oil) di KBN Marunda, Kawasan Industri CIkarang dan Kawasan Industri Karawang dengan nilai investasi Rp16 triliun.
(azr/wdh)
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Published at
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Published at
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Published at