Kompas
Published at
April 15, 2025 at 12:00 AM
Bukit Asam Siap Hadapi Penurunan Harga Batubara Dunia
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan tambang batubara PT Bukit Asam Tbk mengantisipasi risiko penurunan harga batubara akibat perang tarif dan gejolak pasar global. Perseroan melanjutkan strategi efisiensi bisnis agar tetap menarik bagi pasar internasional. Selain itu, mereka terus mengembangkan diversifikasi bisnis di bidang energi terbarukan.
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, perseroan telah menyiapkan strategi menghadapi penurunan harga batubara dunia yang bisa merugikan perusahaan. Mengutip Bursa Berjangka Newcastle, harga batubara, pada Senin (14/4/2025), senilai 94 dollar AS per ton.
Harga yang berhasil menembus di bawah 100 dollar AS per ton itu menandakan penurunan lebih dari 20 persen sejak awal tahun yang menjadikannya terendah hampir empat tahun terakhir. Hal ini dilatarbelakangi kelebihan pasokan batubara dari negara-negara produsen, termasuk Indonesia.
”Kami sudah melakukan simulasi, ketika harganya menjadi di bawah 100 (dollar AS per ton), kami akan melihat ketahanan perusahaan sampai di mana. Mudah-mudahan jika masih di atas 95-an (dollar AS per ton), insya Allah, Bukit Asam masih siap untuk menghadapi gejolak seperti ini,” tuturnya dalam konferensi pers kinerja perseroan sepanjang 2024, di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Sejauh ini, Arsal mengungkapkan, perseroan yang terdaftar di bursa dengan kode PTBA itu masih melayani permintaan ekspor batubara ke negara-negara seperti China yang menjadi pasar ekspor terbesar, India, Korea Selatan, Bangladesh, dan baru-baru ini ke Vietnam. Ekspor ke negara-negara tersebut masih terjadi sampai triwulan I-2025.
Di sisi lain, Bukit Asam mengkhawatirkan perang tarif yang didengungkan Pemerintahan Amerika Serikat dan negara mitra dagangnya serta implementasinya kepada banyak negara yang masih maju-mundur. Perang tarif ini, menurut Arsal, kontradiktif dengan kebijakan Trump yang mengangkat kembali industri batubara setelah keluar dari Perjanjian Paris yang mengupayakan penghentian batubara sebagai pengemisi karbon.
Kebijakan tarif AS diperkirakan akan membuat permintaan batubara global berkurang dan harga batubara dunia semakin turun karena kelebihan pasokan. Ini dikhawatirkan terjadi pada China, yang belakangan sedang menggenjot pasokan untuk kebutuhan domestik hingga 5 miliar ton per tahun, yang sekitar 300 juta ton diimpor dari negara lain, termasuk Indonesia.
”Kami sudah melakukan strategi supaya kami bisa tetap masuk (ke China), karena di sana, dari utara sampai selatan, ongkos distribusinya tinggi. Nah, untuk itu kami melakukan cost leadership, apabila kondisi harga ini terus-menerus turun, kalau masih berubah sampai di atas 90 (dollar AS per ton) dan bawah 100 (dollar AS per ton), PTBA sudah menyiapkan langkah-langkah (antisipasi),” ungkap Arsal.
Cost leadership adalah strategi untuk mengefisiensikan produksi agar dapat menghasilkan produk murah di industrinya. Dengan ini, PTBA berharap bisa mengoptimalkan kinerja bisnis, tidak hanya di dalam, tetapi juga di luar negeri.
Strategi menghadapi hambatan ekspor sendiri penting bagi perseroan, karena pada 2024 lalu, kinerja ekspor menopang laba bersih tahunan mereka. Pertumbuhan ekspor mereka tahun lalu melesat 30 persen dari tahun sebelumnya menjadi mencapai 20,26 juta ton. Penjualan PTBA di pasar ekspor sudah mencapai 47 persen dibandingkan domestik yang masih mendominasi sebesar 53 persen.
Sepanjang 2024, PTBA membukukan kenaikan pendapatan 11 persen menjadi Rp 42,76 triliun. Ini didapat dari penjualan pada tahun lalu yang mencapai 42,89 juta ton atau tumbuh 16 persen secara tahunan.
Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, kepada Kompas, berpendapat, perang dagang akan mengganggu rantai pasok batubara dan mengurangi permintaan di pasar-pasar utama. Hal ini bisa menurunkan aktivitas industri dan pergeseran kebijakan energi yang menurunkan harga batubara.
”Eskalasi perang dagang AS-China, khususnya di bawah kebijakan tarif Presiden Trump, telah menciptakan ketidakpastian ekonomi dan mengurangi permintaan global terhadap komoditas seperti batubara,” katanya.
Ia pun memprediksi batubara bisa diperdagangkan pada harga 98 dollar AS per ton pada akhir triwulan ini dan 103 dollar AS per ton untuk jangka panjang.
Diversifikasi bisnis
Dalam menghadapi potensi lesunya bisnis batubara, PTBA juga mengembangkan diversifikasi usaha untuk pemanfaatan lain batubara di luar kebutuhan energi konvensional. Strategi diversifikasi ini itu menyasar pengembangan energi terbarukan, sesuai misi pemerintah mencapai net zero emission (nol emisi bersih) pada tahun 2060.
Arsal menyebut, proyek yang mereka telah mereka kerjakan antara lain pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bandara Soekarno-Hatta sebagai bagian proyek strategis nasional.
PTBA juga melakukan budidaya kaliandra merah untuk dikembangkan sebagai biomassa. Tanaman itu akan diolah menjadi pelet kayu (wood pellet) sebagai bahan campuran batubara untuk PLTU. ”Tanggal 24 Oktober 2024, PTBA telah melakukan peluncuran pabrik percobaan wood pellet dari kaliandra merah di Tanjung Enim, Sumatera Selatan,” katanya.
Mereka juga tengah menjalankan proyek percontohan konversi batubara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion). Proyek yang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu diluncurkan pada 15 Juli 2024.
”Jadi, pengembangan batubara menjadi artificial graphite dan anode sheet itu merupakan wujud komitmen Bukit Asam dalam mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batubara, menjaga ketahanan energi nasional, serta mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri,” jelasnya.
Source:
Other Article
IDX Channel.com
Published at
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Published at
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Ekonomi
Published at
Adaro, Arutmin Cs Segera Dikenai Tarif Baru Royalti Batu Bara, Ini Besarannya
Warta Ekonomi
Published at
APBI Nilai Kebijakan Batu Bara Trump Tak Ganggu Ekspor Indonesia
Majalah Tambang
Published at