Katadata
Tayang pada
1 Juli 2025 pukul 00.00
Menghitung Kans Saham Emiten Batu Bara di Tengah Kabar Buruk dari Cina dan India
Harga saham sejumlah emiten batu bara menghijau di awal pekan ini seiring meredanya ketidapastian geopolitik usai gencatan senjata antara Israel dan Cina. Namun, kabar buruk datang dari Cina dan India yang memangkas impor batu bara dari Indonesia karena beralih ke batu bara dengan nilai kalori tinggi dari negara lain.
Mengutip data Stockbit, harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melesat 5,3%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 2,5%, PT United Tractors Tbk naik 1,66%, dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) naik 0,37%.
Menurut laporan Reuters, penurunan pembelian dari Indonesia lebih dalam dibandingkan dengan total penurunan impor batu bara Cina dan India secara keseluruhan pada lima bulan pertama tahun ini.
Cina mencatatkan impor batu bara turun hampir 10% menjadi 137,4 juta ton, sedangkan India mencatat penurunan impor lebih dari 5%, menjadi 74 juta ton. Di sisi lain, ekspor batu bara Indonesia ke dua pasar utama turun lebih tajam, yakni 12,3% ke Cina dan 14,3% ke India.
Adapun secara total, ekspor batu bara Indonesia dalam periode Januari hingga Mei 2025 merosot 12% menjadi 187 juta ton.
“Cina dan India beralih ke batu bara bernilai kalori tinggi karena mampu menghasilkan lebih banyak energi per ton,” ujar seorang pejabat industri kepada Reuters, Kamis (26/6).
Analis Kpler Zhiyuan Li menjelaskan, kondisi ini terjadi antara lain karena Rusia saat ini menawarkan diskon untuk batu bara berkalori tinggi. Hal ini membuat pasar batu bara menjadi lebih kompetitif.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menilai tren harga batu bara global masih dibayangi tekanan. Meski ada sentimen positif jangka pendek akibat kondisi geopolitik, tekanan akan datang dari sisi permintaan.
Menurut David, gencatan senjata yang terjadi di Timur Tengah sempat meredakan kekhawatiran pasar terhadap gangguan pasokan energi global, khususnya minyak dan gas. Dampaknya, komoditas energi seperti batu bara sempat mendapat dorongan harga.
Namun, ia menekankan bahwa batu bara tidak terdampak langsung oleh jalur distribusi energi dari kawasan tersebut, sehingga dampaknya hanya bersifat sementara.
David juga menyoroti bahwa pelemahan permintaan dari Cina dan India menjadi faktor utama yang akan menekan harga batu bara saat ini. “Pelemahan ekonomi serta pergeseran ke energi bersih di kedua negara itu menjadi tekanan besar terhadap harga dalam jangka menengah,” kata dia.
Harga batu bara acuan Newcastle sempat menyentuh puncaknya pada 2022 hingga awal 2023. Namun, sejak saat itu, harga cenderung menurun, meskipun sempat mengalami rebound sesekali. David menilai, tren jangka menengah tetap bersifat bearish jika permintaan dari dua raksasa ekonomi tersebut tidak segera pulih.
Di tengah kondisi tersebut, ia menyarankan investor untuk lebih selektif dalam memilih saham emiten batu bara. Strategi yang direkomendasikan antara lain fokus pada emiten yang efisien dan rutin membagikan dividen, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR).
Selain itu, investor disarankan menghindari spekulasi berlebihan mengingat tren harga global masih melemah seiring percepatan transisi energi. Ia juga menyarankan untuk mencermati harga acuan Newcastle Coal di atas US$ 130 per ton sebagai sinyal awal pergerakan bullish.
Di sisi lain, Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memproyeksikan bahwa permintaan batu bara global berpotensi membaik pada semester kedua tahun ini. Ia melihat mulai pulihnya perekonomian global, khususnya di Cina dan India, akan menjadi penopang utama tren positif tersebut.
“Menurut saya, permintaan batu bara akan membaik seiring meningkatnya aktivitas ekonomi di Tiongkok dan India, dua negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia,” ujar Nafan.
Menurut dia, batu bara Indonesia berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut. Karena itu, pemulihan ekonomi di kawasan Asia menjadi katalis positif bagi ekspor RI.
Nafan juga optimistis bahwa peningkatan permintaan akan mendorong harga batu bara global. “Kondisi ini tentu bisa mendongkrak harga dan berdampak positif terhadap kinerja emiten batu bara, termasuk dari sisi pergerakan harga saham,” kata dia.
Lantas, bagaimana prospek saham-saham emiten batu bara ke depan?
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI)
Saham emiten bidang batu bara milik Garibaldi Thohir alias Boy Thohir PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) ditutup naik 0,37% atau 25 poin ke level 6.725 pada perjalanan perdagangan hari ini. Namun dalam seminggu terakhir, saham Adaro justru turun 2,88% dan berfluktuatif pada satu bulan ke belakang dengan turun 6,57%.
Nafan menganjurkan investor mulai melakukan pembelian saham AADI secara bertahap atau accumulative buy. Adapun target harga AADI di level 7.425.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melesat 5,31% atau 6 poin ke level 119 pada perdagangan siang ini. Bila menilik gerak sahamnya selama sepekan terakhir, saham BUMI naik tipis 0,85%, begitu pula dengan periode satu bulan ke belakang.
Nafan juga menyarankan investor untuk membeli saham BUMI secara bertahap dengan target harga di level 176.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Harga saham emiten batu bara milik negara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terkerek 2,5% atau 60 poin ke level 2.460. Dalam sepekan terakhir, harga saham PTBA terkoreksi 1,99% dan minus 14% selama satu bulan terakhir.
Analis CGS Sekuritas, Mino mengatakan, koreksi saham PTBA selama sepekan terakhir diakibatkan tanggal ex date dari pembagian dividen jumbo yang akan digelarnya. Ia menyarankan investor untuk menanti perkembangan saham emiten tambang BUMN ini.
Ia pun memperkirakan PTBA sedang menguji level support di Rp 2.300. “Saya kira lebih baik wait and see (tunggu dan lihat) dulu,” kata dia.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada