IDXChannel - Bisnis batu bara masih menghasilkan cuan meski harga acuan batu bara sepanjang 2024 tercatat turun. Kondisi ini berdampak pada laba bersih emiten batu bara yang tertekan.

Harga batu bara acuan (HBA) pada Desember 2024 untuk kalori 6.322 tercatat USD122,51 per ton. Penurunan terus terjadi sejak harga menyentuh level tertinggi pada Oktober 2022 sebesar USD330,97 per ton.

Meski harga jual rata-rata (average selling price/ASP) turun, perusahaan-perusahaan batu bara tetap menggenjot produksinya. Pada 2024, total produksi batu bara nasional mencapai 836 juta ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 2023 yang sebesar 775 juta ton.

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang baru saja spin-off dari induknya menjadi perusahaan dengan pendapatan tertinggi di antara emiten batu bara lainnya. Produsen batu bara termal milik Adaro itu meraup pendapatan Rp84 triliun dengan laba bersih Rp19 triliun.

Lalu dimanakah posisi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang tengah fokus menggenjot produksinya hingga 50 juta ton tahun ini. Kemudian, bagaimana kinerja emiten batu bara milik Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN)?

Sebagian emiten batu bara di bawah ini tidak murni berbisnis batu bara. Misalnya, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang juga memiliki bisnis lain meskipun pendapatan utamanya masih berasal dari batu bara. Atau, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), perusahaan holding yang kinerjanya ditopang oleh anak usaha, AADI dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang memproduksi batu bara metalurgi.

Di samping itu, beberapa emiten batu bara juga tercatat tak masuk daftar 10 besar. Di antaranya PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) dan PT ABM Investama Tbk (ABMM) meski keduanya memiliki laba triliunan.

Berikut laba bersih emiten batu bara tahun buku 2024 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diurut dari yang terbesar dirangkum Kamis (24/4/2025):

1. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp21,87 triliun
2. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp19,53 triliun
3. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) Rp19,19 triliun
4. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Rp14,62 triliun
5. PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) Rp7,51 triliun
6. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) Rp6,92 triliun
7. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Rp5,93 triliun
8. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Rp5,10 triliun
9. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) Rp4,90 triliun
10. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) Rp2,55 triliun